CHAPTER -15

201 16 1
                                    

HALLO EVERYONE

WELCOME BACK TO MY FIRST STORY



HAPPY READING

🕊️🕊️🕊️

Kini, jam telah menunjukkan pukul 07:00, Namun langit masih belum juga memperlihatkan keceriaannya. Langit pagi hari ini sangat begitu muram tidak ada cahaya matahari, hanya ada awan hitam saja yang melapisi langit pagi kali ini.

"Pagi-pagi, kok kamu udah sedih?" Tutur pemuda tampan yang kini tengah duduk di tempat Favoritnya itu.

"Pagi-pagi itu, kamu harus ceria. Kamu harus membangkitkan keceriaan semua makhluk yang ada di bumi. Kalau kamu pagi-pagi sudah muram seperti ini, makhluk yang berada di bumi pasti ikut muram." Lanjut nya.

Oh iya, hari ini dewa izin untuk tidak pergi ke sekolah. Dia sedang merasa tidak enak badan, katanya. Mungkin karena kejadian yang kemarin, jadi hari ini tubuhnya sedikit kurang vit.

Tidak lama kemudian, akhirnya rintikan air bening, berhasil di tumpahkan oleh sang langit. Anak itu tersenyum, dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh buliran air bening yang sangat dia sukai.

"Yahhh, baru aku kasih tau, kamu malah nangis." lalu dewa terkekeh.

Dewa yang tengah asik bermain dengan buliran air hujan, di buat terperanjat ketakutan. Ketika suara petir ikut serta dalam hujan kali ini. Ternyata kali ini hujan membawa teman-temannya, yaitu kilat dan suara gemuruh petir yang begitu mengerikan.

Dewa berlari, menuju ranjang tempat tidur miliknya dia menarik selimut tebalnya, lalu menutupi seluruh tubuhnya.

Dewa di buat semakin ketakutan, ketika kedua telinganya mendengar suara gemuruh petir yang yang semakin mengencang. Dewa menutup kedua telinganya oleh kedua telapak tangannya. Tubuhnya gemetar, dan keringat dingin kini mengguyur seluruh tubuhnya.

"Bunda.... Dewa takut..." Lirihnya.

Namun tidak berselang lama, dewa merasakan ada yang mendekapnya di luar sana, dengan begitu erat.

"Lo gak usah takut, ada gw disini." Tutur seseorang yang memeluk dewa itu.

Seseorang yang mendekap dewa dapat merasakan betapa gemetarnya tubuh dewa. Dia semakin mengeratkan dekapannya ketika cahaya kilat dan suara gemuruh petir kian bersautan dengan sangat kencang.

Setelah berselang beberapa menit, akhirnya suara gemuruh yang sangat dewa takuti, kini sudah tidak terdengar lagi di kedua telinganya. Perlahan dewa membuka selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, dan menatap seseorang yang telah mendekap tubuhnya.

"A-abang." Lirihnya.

Iya, seseorang yang sudah mendekap dan menenangkan dewa itu adalah dikta. Kaka sulung dari seorang dewa.

"Gak usah takut lagi, petir nya udah gada." Katanya.

Dewa menggangguk, dengan tatapan yang tak lepas dari sosok yang kini berada di hadapannya.

Seketika air matanya menggelosor begitu saja, "ma-makasih ya bang." Dewa kembali memeluk tubuh dikta.

Dikta membalas pelukan itu, dikta mengelus pundak dewa dengan penuh kasih sayang. "Lu pasti ketakutan banget yah?" Dewa melepaskan pelukannya lalu mengangguk.

DEWA SANJAYA DIRGANTARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang