Perkataan Lia tidak main-main. Benar saja, hari ini Lia benar-benar tidak menjemputnya, padahal menurut Karina teman sebangkunya itu adalah tebengan paling nyaman. Meskipun Karina harus duduk di depan bersama supir karena bangku belakang adalah hak milik Lia dan Soobin. Yang paling membuat Karina tidak mengerti yaitu mengapa Yeonjun yang menjemputnya?
Karina tambah bingung ketika ayahnya menanyakan Yeonjun itu siapanya Karina dan apa mungkin pacarnya, malah diiyakan oleh Yeonjun.
"Ayah, jangan interogasi Yeonjun terus," Karina merasa harus turun tangan karena ayahnya mulai bertanya hal-hal yang terlalu pribadi, "dia hari ini ulang tahun dan mau jemput Karina karena Lia sedang ada urusan."
Seketika Karina merasa menyesal karena mengatakan hal itu karena ayah dan ibunya justru membawa Yeonjun untuk sarapan bersama. Bukannya Karina tidak percaya pada masakan ibunya karena hei asal kalian tahu, ibunya punya rumah makan bahkan sebelum memiliki Karina sebagai anaknya yang membuktikan kapasitas ibunya sebagai koki ulung. Tetapi, Karina lebih kepikiran pada perutnya Yeonjun. Apakah perutnya bisa menerima makanan rakyat jelata?
Karina tidak yakin perut Yeonjun akan familiar dengan makanan kaum biasa seperti Karina. Kalau Lia sih Karina percaya, karena meski anak itu tidak peduli menghabiskan uang berapa pun, tetapi kalau ditanya mau jajan apa pasti jawabannya jajanan di depan SD Negeri. Entah kenal jajanan ini dari siapa, mengingat Soobin tidak mau makan jajanan yang Lia makan. Suatu misteri dunia yang tidak bisa dipecahkan oleh Karina sampai detik ini.
"Kenapa lo jemput gue sih?" Karina akhirnya bisa protes saat berjalan menuju mobil sport Yeonjun yang berlogo Ferrari. "Pake acara bilang pacar gue, ikutan sarapan di rumah gue dan malah bisa-bisanya salim sama ayah ibu gue."
"Jadi, apa nggak boleh gue samperin lo ke rumah?" tanya Yeonjun.
"Ya gapapa sih, cuma aneh aja." Karina tidak melanjutkan perkataannya meski ingin menyampaikan lebih banyak protesan, Karina membuka pintu mobil dan sempat ragu masuk karena mewah sekali interior dalamnya.
Yeonjun sudah masuk, menatap Karina. "Lo mau bengong dan kita telat ke sekolah atau masuk sekarang dan kita sampai on time?"
"Aneh banget denger tukang bolos ngomong datang tepat waktu," Karina akhirnya masuk dan menutup pintunya. Namun, kebiasaan Karina sering lupa memakai sabuk pengaman kalau tidak diingatkan, sehingga dia tidak memakainya. Maklum saja, Karina kan jarang naik mobil pribadi seperti ini, dia lebih seringnya naik angkot atau gojek. Lalu, Karina mendengar suara sesuatu yang dilepas, dan saat menoleh ia menjadi panik karena Yeonjun mencondongkan tubuh ke arahnya, "Lo mau ngapain, anjir?!"
"Pakein lo sabuk pengaman." sahut Yeonjun yang tidak menatap Karina karena sedang memasangkan sabuk pengaman. Lalu lelaki itu melirik Karina dan menyeringai yang membuat Karina ingin mendorong Yeonjun agar menjauhinya. "Panik amat sih mukanya. Apa lo kebayang yang aneh-aneh?"
"Lo mendingan nyetir atau gue turun buat naik angkot?!"
Mendengar perkataan Karina tersebut Yeonjun hanya tertawa dan menjauh dari Karina. Sialnya, Karina merasa jantungnya berdebar tidak karuan, karena selain jarak mereka yang kelewatan dekat, juga aroma parfum Yeonjun yang pastinya mahal itu membuat pikirannya kemana-mana. Mengingat otaknya yang sudah hampir berpikiran kotor pagi-pagi membuat wajah Karina terasa panas sendiri.
"Astaga.. Asli sih, lo harus lihat muka lo di kaca," Yeonjun memasang sabuk pengamannya dan menekan tombol untuk menyalakan mesin mobil, "Rin, jangan gemes-gemes kenapa? Ntar kalo ada yang naksir lo, gimana gue ngadepinnya tanpa kekerasan?"
"Gue nggak gemes!" protes Karina hanya direspon tawa oleh Yeonjun. Karina merasa baru kali ini melihat lelaki itu tertawa selama momen ini, meski di dekat Lia yang katanya ditaksir oleh Yeonjun, lelaki itu hanya tersenyum sebagai respon atas sikap teman sebangkunya itu. "Lagian apa urusannya gue sama lo, Yeonjun? Lo sukanya sama Lia, bukan sama gue."
Karina harusnya tidak merasakan apa pun saat mengatakan fakta ini. Namun, nyatanya ada bagian dari hatinya yang merasa tidak suka. Padahal dia yakin kalau tidak dekat-dekat amat dengan Yeonjun dan baru berinteraksi cukup sering karena mereka satu kelompok biologi. Itu juga seringnya Karina memperlihatkan hasil pekerjaannya dan mengawasi Yeonjun untuk menyalin karena entah mengapa lelaki itu payah sekali dalam menjaga atensinya untuk terfokus pada suatu hal.
Sialnya, Yeonjun ini sepertinya ingin membuat Karina mati muda karena debaran jantungnya yang abnormal lantaran saat mobil lelaki itu telah terparkir, dia melepaskan sabuk pengamannya. Seolah Karina tidak bisa melakukannya sendiri, tetapi mulutnya tidak bisa memberikan protes apa pun karena kepalanya sudah tidak bisa diajak berpikir dengan benar karena aroma parfum Yeonjun.
Karina jadi ingin bertanya nama parfumnya Yeonjun itu apa karena sumpah, itu membuat Karina kehilangan setengah kemampuannya untuk bersikap normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARALOKA [END]
Fanfiction"Hidup adalah serangkaian Kebetulan. Kebetulan adalah Takdir yang menyamar" -Fiersa Besari Pada awalnya ini merupakan hubungan yang biasa saja antara Yeonjun dan Karina. Namun, kebetulan yang terus menerus membuat perubahan untuk hubungan keduanya y...