Chapter 17: Ulang Tahun & Permintaan yang Terkabulkan (Last)

140 20 2
                                    

Yeonjun sengaja memperpendek jarak mereka berdua untuk memasangkan sabuk pengaman untuk Karina, menghiraukan Karina yang sedari tadi misuh-misuh agar mereka tidak jadi bolos karena Karina takut beasiswanya dicabut.

"Gue bisa pasang sendiri, Yeonjun!"

"Bodo, gue mau masangin buat lo."

Demi apapun Karina tidak mengerti isi pikirannya Yeonjun. Apa sekarang Karina adalah salah satu incaran Yeonjun untuk dimainkan dan akan dibuang begitu Yeonjun bosan? Meski Karina tidak begitu ingin mendengarkan gosip, tetapi siapa yang tidak akan membicarakan seorang Choi Yeonjun di sekolah setelah Julia Choi alias Lia? Kalau Lia dibicarakan karena menjadi manusia paling kaya di angkatannya dan juga juara olimpiade tingkat nasional, kalau Yeonjun lebih ke prestasi berganti pasangan lebih cepat dari pada bergantinya siklus bulanan perempuan.

Saat akhirnya mereka tiba di salah satu tempat yang berada di belakang sebuah mall, Karina baru menyadari kalau mereka tengah menghadap ke pantai. Suara sabuk pengaman dilepas membuat Karina menoleh kali ini dan dengan cepat melepaskan sabuk pengamannya, agar tidak seperti tadi pagi, di mana Yeonjun juga melepaskan sabuk pengamannya Karina. Begitu keluar mobil, aroma laut membuat Karina memejamkan matanya, dia melihat Yeonjun yang memegang hp ke arahnya.

"Lo ngapain, anjir?!" teriak Karina.

"Foto doang, elah." jawab Yeonjun.

"Hapus! Pasti hasilnya jelek." protes Karina yang membuat Yeonjun tertawa. "Lagian ngomong kek kalau mau foto, biar gue bisa siap-siap dulu."

"Lo nggak ngerti namanya candid apa? Itu yang gue coba tangkap dari lo tadi." Yeonjun hanya tersenyum, mengantongi hpnya dan kemudian merangkul Karina untuk mengikuti langkahnya. "Ntaran aja lo lanjut marah-marahnya, sekarang kita brunch dulu."

Karina ingin melepaskan rangkulan Yeonjun karena dengan jarak seperti ini, aroma lelaki itu kembali masuk indera penciumannya. Namun, lelaki itu merangkulnya yang entah mengapa memberikan rasa nyaman yang Karina tidak pikir akan merasakannya. Lalu saat rangkulan Yeonjun tidak terasa lagi karena mereka duduk di salah satu meja yang berada di dekat jendela yang menghadap ke laut, Karina merasa ada yang hilang, tetapi tidak ingin menjelaskannya kepada dirinya sendiri.

Dia tidak ingin merasa nyaman kepada semua perlakuan Yeonjun, sementara Karina tahu hati lelaki itu kepada Lia.

Sepanjang makan, Karina sebenarnya tidak tahu yang dimakannya namanya apa saja dan tidak ingin bertanya harganya. Perkataan Yeonjun untuk reservasi juga sepertinya benar adanya, karena tadi Karina beberapa kali melihat orang-orang berlalu lalang di dekat jendela meja makannya. Membuat Karina merasa tidak enak sendiri, apalagi yang dilihatnya pakaian orang-orang itu terlihat mahal, sementara Karina masih menggunakan seragam sekolahnya.

"Jun," Karina akhirnya menginisiasi percakapan di antara mereka, "lo seriusan reservasi satu tempat ini cuma buat makan berdua?"

"Kenapa? Nggak suka sama rasanya?" tanya Yeonjun.

"Bukan gitu," Karina melirik orang yang sudah Karina hitung lewat didekat jendela keempat kalinya dan menatap sinis, lalu menatap Yeonjun, "gue nggak enak sama yang di sini, tapi lo malah reservasi semuanya cuma buat... gue??"

Karina tidak yakin mengatakan hal terakhir, karena mana mungkin Yeonjun melakukan untuknya. Seharusnya yang ada di posisinya sekarang adalah Lia, bukannya...

"Emang buat lo," perkataan Yeonjun membuat Karina menatap lelaki itu yang menyangga kepalanya dengan sebelah tangan yang sikunya tertumpu di meja, tersenyum ke arahnya, "ini emang buat lo, Rin."

"Kenapa?" tanya Karina bingung.

"Kenapa nggak?" jawab Yeonjun sambil menatap Karina hangat.

"Lo yang ulang tahun, kenapa malah ngabisin duit buat gue?" ucap Karina merasa tak enak.

"Karena gue mau punya kenangan momen ulang tahun gue diabisin sama orang yang spesial," perkataan Yeonjun itu membuat jantung Karina berdebar tidak karuan, meski ada kekhawatiran kalau..., "dan saat memikirkan kata spesial, yang muncul di kepala gue adalah lo, Rin."

Karina tidak tahu rona wajahnya sekarang seperti apa, tetapi dia tahu wajahnya terasa panas. Mencoba untuk merangkai deretan kata untuk bertanya, tetapi tidak ada yang keluar dari mulutnya. Lalu, dia melihat Yeonjun tertawa dan tangannya yang tidak menyangga kepalanya, terulur ke sisi kanan wajah Karina.

"Rin, mau jadi pacar gue?"

"Hah?"

"Eh, kurang formal, bentar gue ulang." Yeonjun menarik tangannya dari sisi wajah Karina dan memperbaiki posisi duduknya. Tersenyum ke arah Karina dan dia berani bersumpah, jenis senyuman ini belum pernah dilihatnya sebelumnya pada Yeonjun. "Yoo Jimin, maukah kamu menjadi pacar seorang Choi Yeonjun yang kamu katain setan ini? Gue nggak janji nggak bakalan jadi setan meski udah sama lo, tapi seenggaknya gue bakalan berusaha menjadi orang yang terbaik buat lo."

"Konsisten dong, 'aku-kamu' atau 'lo-gue'?!" protes Karina, tetapi kemudian dia hanya menghela napas. "Gue jawab abis kita ciuman deh kayaknya."

"Yaudah, ayo kita lakuin sekarang." ucap Yeonjun semangat.

"Nggak di sini juga, bego!" ucap Karina sambil melirik sekelilingnya.

"Buset, calon pacar sendiri dikata bego setelah setan. Tabah aja gue punya nama aneh-aneh dari lo, Rin."

Karina tidak menjawab karena wajahnya terasa terbakar. Sumpah, kenapa mulutnya tidak ada remnya mengatakan hal memalukan itu? Hal yang dia memang ingin lakukan jika memiliki orang yang disukainya untuk menentukan apa yang dirasakannya benar-benar cinta atau tidak? Namun, sepertinya Yeonjun jadi manusia tidak sabaran karena begitu acara makan mereka selesai, lelaki itu menarik Karina untuk mengikuti langkahnya.

Keluar dari restoran dan mereka ke parkiran mobil. Begitu masuk ke dalam mobil, Yeonjun mendekatkan wajahnya pada Karina dan refleks membuatnya memejamkan mata. Karina pikir, Yeonjun akan menciumnya dengan liar, bukan hanya menempelkan bibir keduanya selama beberapa saat. Begitu mereka mengakhirinya dan Yeonjun hendak memasangkan sabuk pengaman untuk Karina, dia malah berkata, "Jun, maksud gue ciumannya bukan kayak gitu."

Gerakan Yeonjun terhenti dan memandang Karina dengan tatapan tidak percaya. Karina tidak tahu sekarang wajahnya bentukannya seperti apa dan rasanya seluruh wajahnya terasa terbakar, tetapi sudah kepalang tanggung."

"Lo... Karina, paham nggak sih lo baru minta apa sama setan modelan gue?"

"Paham."

"Gue nggak mau jadi pengalaman buruk buat lo."

"Lo mau gue terima jadi pacar apa nggak, Yeonjun?"

Hanya perlu seperti itu, Karina ditarik untuk mendekati wajah Yeonjun dan bibir keduanya kembali bertemu. Kali ini bukan menempel seperti sebelumnya, tetapi Yeonjun memangut dan membuat Karina rasanya ingin melebur dengan udara karena sensasi yang belum pernah dirasakan olehnya. Kalau bukan Karina yang menarik jaket yang Yeonjun kenakan di atas seragamnya untuk memberikan tanda napasnya hampir habis, mungkin ciuman ini tidak akan ada ujungnya.

"Rin, gue anggap kita pacaran, ya." Yeonjun sedikit terengah dan menempelkan keningnya pada kening Karina dan deru napas keduanya menerpa wajah satu sama lain. "Dan juga... Makasih udah ngasih kado yang nggak ternilai buat gue."

Rasanya Karina ingin mempertanyakan semesta, apa alasannya membuat mereka jadi sepasang kekasih? Padahal rasa-rasanya mereka baru dua bulan yang lalu mulai berbicara dan itu juga karena hp Yeonjun yang tertinggal di kelas.

Namun, apa pun alasannya, Karina merasa yakin bahwa perasaannya untuk lelaki itu adalah cinta dan bukan sekadar ingin coba-coba.

ASMARALOKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang