Teman-teman sekelas Yeonjun dan Karina sudah berancang-ancang mempersiapkan kejutan untuk Yeonjun, dan begitu Yeonjun dan Karina sampai di kelas, teman-teman sekelasnya langsung menyalakan party popper dan menebar confetti. Yeonjun terkejut, tapi tak lama setelah itu ia tertawa sebagai respon. Karina bisa melihat teman-teman sekelasnya yang mengerumuni Yeonjun. Karina juga melihat Lia memegang kue yang dipasang lilin angka 17. Tidak tahu mengapa, rasanya ada sedikit sebal di hatinya, tetapi Karina mengabaikannya dan justru mencari keberadaan Soobin.
Tumben sekali dia tidak terlihat di sisi Lia, apalagi kalau sudah menyangkut Yeonjun yang sudah menjadi rahasia umum menyukai Lia. Karina memutuskan untuk tidak ikut berpartisipasi dengan euforia perayaan ulang tahun Yeonjun dan berjalan menuju kursinya untuk menaruh tasnya. Karina memutuskan untuk duduk di bangkunya dan melihat teman-temannya yang mengelilingi Yeonjun serta Lia. Hanya sedikit bagian dari keduanya yang terlihat, itu juga hanya rambutnya yang diwarnai dengan pewarna kimia.
Jangan tanya apa itu melanggar peraturan dan apa ada guru yang berani menyeret murid-murid yang melakukan hal serupa ke ruang BK untuk detensi, karena sesungguhnya prinsip semua orang di sekolah ini adalah peraturan ada untuk dilanggar dan selama nilai pelajaran mereka baik-baik saja, para guru sepertinya tidak mau membuat hal sepele menjadi perkara. Yah, kecuali guru baru yang masih idealis, itu juga biasanya berakhir berhenti dari sekolah karena dikerjai oleh murid-muridnya.
"Rin," panggilan itu membuat lamunannya buyar dan bingung melihat Yeonjun berada di depannya. Memegang kue yang sepertinya itu adalah kue yang dibawa Lia dan sebelah tangan Yeonjun yang memegang garpu plastik, terulur kepadanya, "Buka mulut lo."
"Hah?"
"Gak usah hah heh hah heh lo, buka mulut aja kenapa?"
Karina tentu tidak mau langsung menuruti Yeonjun, karena siapa dia yang seenaknya saja memerintahnya? "Kuenya banyak whip cream, gue nggak suka."
Yeonjun tidak mengulurkan garpu plastik ke arah Karina dan membuat Karina bersyukur, tetapi kemudian Yeonjun menyuap kue itu dan mengambil kue yang tidak terkena whip cream. Tangannya kembali terulur ke depan mulut Karina, "Buka mulut lo, udah nggak pake whip cream ini."
"Anjir lo pemaksaan banget," gerutu Karina dan terpaksa mengiyakan karena menyadari semua tatapan teman-teman sekelasnya kearah mereka berdua. Karina mengunyah dengan cepat dan sialnya, ternyata ini adalah cheese cake, kue yang paling tidak disukainya. "Udah gue makan, sana pergi."
"Buset, maung banget lo, Rin. Kayak kucing mau kawin aja."
"Kayak lo ngerti maung aja."
Yeonjun tertawa dan kemudian berlalu dari hadapan Karina. Seharusnya, Karina tahu saat mengiyakan suapan dari Yeonjun itu sama saja meletakkan dirinya untuk dihujat oleh fans-fans lelaki itu. Apalagi ternyata sialnya ada teman sekelasnya yang merekam aksi itu, mempostingnya di aplikasi X, lengkap dengan menandai postingan itu dengan dirinya serta Yeonjun.
Apa Yeonjun kalau ulang tahun tidak bisa baik-baik saja kelakuannya?
Iya sekarang sudah tidak badung, meski mengutip kata Lia masih belum bisa dianggap sikap Yeonjun itu valid, tetapi kalau itu artinya membuat Karina merana ya apa gunanya? Karina hanya ingin hidup tenang dan menjadi orang yang tidak dikenal oleh seantero sekolah apa terlalu muluk?
Namun, sepertinya Yeonjun punya dendam dengan Karina karena bisa-bisanya menukar Lia yang merupakan teman sebangkunya dengan presensinya. Karina hanya bisa memberikan tatapan kesal karena Yeonjun tersenyum tanpa dosa dan kalau tidak teringat sekarang sedang waktunya mengerjakan soal matematika karena guru mereka memilih bolos mengajar (memangnya hanya murid yang bisa bolos, guru juga bisa).
"Lo maunya apa sih?" Karina akhirnya tidak tahan lagi dengan semua sikap Yeonjun. "Kalau lo nukar tempat duduk buat Lia, gue ngerti loh. Tapi, kenapa Lia ditukar jadi diri lo?"
"Gue mau minta kado."
"Duh, kalo yang mahal, sorry aja gue nggak mampu nih. Gue masuk sekolah ini aja jalur beasiswa berprestasi, jadi tahu diri ya minta kadonya."
"Gue nggak minta kado mahal kok," Yeonjun tersenyum, tetapi Karina merasa yakin senyuman itu akan mendatangkan hal yang tidak baik setelahnya. Ternyata benar, karena selanjutnya Yeonjun berkata, "Gue minta waktu lo dua jam setelah kelas ini bubar, gimana?"
"Lo ngajak gue bolos?!"
"Yups."
"Emang cuma lo yang kepikiran begini," Karina melengos mendengar pemintaan Yeonjun, "dan gue nggak mau bolos. Pulang sekolah aja kenapa?"
"Ya gue reservasinya mulai jam sembilan, gimana dong?"
Karina yang mendengarnya langsung menoleh dan menatap Yeonjun bingung, sembari mengernyitkan kening. "Hah? Reservasi apaan?"
"Makanya ikut gue abis kelas ini." Yeonjun tersenyum. "Lagian lo lurus amat jadi orang. Bolos sekali-kali gapapa kali."
"Setan emang lo, Jun."
"Dan gue pastiin lo jatuh ke perangkap setan kayak gue."
Karina tidak menjawab dan memutuskan untuk mengerjakan soal matematika. Namun, sialnya perkataan Yeonjun memang benar, karena setan berwujud manusia itu berhasil membawa Karina keluar dari area sekolah dan meninggalkan tasnya tetap di bangkunya. Tipikal membolos Yeonjun, barang-barangnya masih tertinggal di sekolah, karena dia hanya membolos di jam tertentu dan akan kembali jika jam pelajaran berganti. Bukan gaya membolos yang umum dan Karina sebagai manusia yang baru pertama kali membolos, tentu saja merasa khawatir kalau catatan hitamnya ini akan membuat beasiswanya dicabut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ASMARALOKA [END]
Hayran Kurgu"Hidup adalah serangkaian Kebetulan. Kebetulan adalah Takdir yang menyamar" -Fiersa Besari Pada awalnya ini merupakan hubungan yang biasa saja antara Yeonjun dan Karina. Namun, kebetulan yang terus menerus membuat perubahan untuk hubungan keduanya y...