Mood booster

261 91 4
                                    

🍃 Selamat membaca 🍃

"Pergi sama teman, Ma, sebentar aja, boleh, 'kan?" izin Renata yang sudah bersiap, ia sedang menunggu Gentala jemput.

"Naik apa?" tanya papa.

"Belum tau. Temen Rena nggak kasih tau," jawabnya sambil memakai sepatu sneakers andalan.

"Mobil, 'kan?" sambung sang mama. Renata mengangkat bahu. Ia tidak tau, memang Gentala tidak memberitahu dirinya akan dijemput naik apa.

"Kakak! Ada yang cari, tuh, di depan," ujar Banu yang baru kembali dari tempat les bahasa inggris.

"Siapa?" Renata mengerutkan kening.

"Gentala." Banu berjalan santai menuju ke meja makan, ia mencuci tangan lalu menyambar satu buah apel di keranjang buah.

Renata terkesiap, ia hendak menghampiri ke pintu ruang tamu, tapi Gentala sudah berdiri di sana setelah pembantu membukakan pintu.

"Mama Papa lo, ada, 'kan?" Gentala beradu tatap dengan Renata yang mengangguk. Ia lalu mengajak Gentala masuk ke dalam rumah. Kebetulan mama papanya sedang menonton TV, siaran bisnis, apalagi.

"Ma ... Pa ..., ini teman Rena. Gentala namanya." Dengan sedikit ragu, ia memperkenalkan lelaki itu.

"Malam, Om, Tante ... saya Gentala, temannya Renata." Gentala menyalim kedua tangan orang tua Renata bergantian. "Saya mau izin ajak Renata keluar sebentar, kami pulang maksimal jam sepuluh."

"Renata besok ada kelas pagi. Jangan terlambat." judes mama walau mengizinkan. Gentala mengangguk.

"Naik apa kamu? Mobil, 'kan?" Papa kini bertanya.

Gentala tersenyum. "Motor, Om."

"Hah?! Nggak, deh. Jangan naik motor. Kamu bawa mobil saya aja!" protes papa. Gentala tersenyum lagi.

"Motor saya kondisinya baik, kok, Om. Lagi pula mau naik motor atau mobil kalau yang mengendarai nggak bener, celaka ya celaka aja. Mohon maaf saya bicara seperti ini, tapi memang itu kenyataannya, bukan?"

Ucapan Gentala masuk logika. Papa dan mama Renata hanya bisa diam. Dari arah meja makan, Banu ingin tergelak tapi ia tahan dengan menyelinap berjalan ke arah garasi mobil.

"Rena pergi ya, Pa, Ma," pamitnya kemudian berjalan keluar rumah. Tiba di samping motor, Renata menahan tawa dengan mengulum senyum.

"Gila, lo. Berani banget sama bokap nyokap gue?!" lirihnya.

"Kenapa harus takut. Toh, gue nggak kurang ajar ngomongnya, sama masuk logika, 'kan?" Gentala memberikan helm ke tangan Renata, gadis itu langsung memasangkan di kepala.

"Kak!" teriak Banu. Adiknya memberikan jaket ke tangan kakaknya. "Pake," pintanya. Renata mengangguk.

"Nu, mau ikut, nggak?" ajak Gentala.

"Nggak, lah. Ngapain ganggu orang mau ngedate," ledek Banu.

"Siapa yang ngedate. Jangan fitnah." Gentala naik ke atas motor lalu menstarter. Renata melirik Banu dengan sebal. Sang adik justru tertawa geli.

Secangkir kopi dan cerita ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang