Ch. 89 - TAKING BREAK

70 7 0
                                    

"Kamu pasti tahu alasan saya memanggil kamu ke sini..., Laura," kata Vivian Salim memulai pembicaraan setelah Laura duduk di depannya.

Berhadapan dengan Vivian Salim memang tak pernah mudah.

"Saya pikir... saya sudah melakukan hal yang tepat untuk diri saya sendiri," kata Laura dengan tegas meski ia agak ragu-ragu.

Jika Vivian Salim sampai mencarinya setelah selama ini wanita itu tidak menyukainya, pasti ada sesuatu yang besar.

Senyum sarkas terlihat angkuh di bibir wanita itu. "Sekarang kamu sudah tahu akibat dari sifat keras kepala kamu itu?" tanya dia, menyindir.

"Ibu... ingin menertawai saya sekarang?" balas Laura tersinggung.

Vivian tertawa satu kali. "Kamu tidak perlu merasa tersinggung, Laura. Saya ingin menemui kamu bukan untuk itu," ujarnya, namun masih tak terasa menyenangkan di telinga.

"Jadi... sebenarnya Ibu sudah tahu kalau Harish menyukai gadis yang dulu dia benci?" tanya Laura; pembicaraan mereka menjadi kian sinis saja karena pada dasarnya Vivian juga tidak menyukai Laura sejak dulu.

Namun jika dia sudah mengetahuinya, kenapa Vivian diam saja? Bukankah Sabine adalah jenis gadis yang tidak cocok dengan seleranya?

"Tampaknya itu seperti takdir buruk yang tidak bisa dihindari," komentarnya. "Tapi, saat ini saya hanya ingin meminta kamu untuk tenang."

"Apa?" sembur Laura disertai tawa sarkas. "Tenang?"

"Seperti yang kamu tahu, Harish berada di masa-masa pentingnya. Jika kamu berbicara yang tidak perlu, itu akan membuat keadaan semakin rumit untuknya," jelas Vivian.

Laura tertawa lebih keras. "Ibu sama sekali tidak memikirkan perasaan saya?" balasnya. "Lagipula... sejak kapan Ibu begitu mempedulikan Harish?"

"Kita punya persepsi dan perasaan yang berbeda terhadap masalah."

Laura segera berdiri dari kursinya dengan kesal. "Saya tidak ingin bicara lagi," tandasnya gusar.

"Mungkin kamu tidak akan mengerti latar belakang saya melakukan apa yang harus saya lakukan akan tetapi saya meminta kamu tenang bukan tanpa sebab," kata Vivian dengan cepat sebelum Laura benar-benar meninggalkannya.

"Tanpa sebab?"

"Kamu tahu alasan saya tidak pernah menjodohkan Harish dengan siapa pun karena dia adalah representasi yang buruk dari kegagalan dalam keluarga saya. Saya tidak ingin tingkah lakunya justru malah mempermalukan saya. Karena itu saya tidak pernah peduli dengan gadis mana dia pernah berurusan. Termasuk kamu. Kamu mengerti sekarang?"

Apa pun akan hancur di tangannya. Itulah yang ia tahu tentang putranya yang telah tumbuh dewasa menjadi pribadi yang rumit dan emosional.

"Memangnya salah siapa Harish jadi seperti itu?" gumam Laura.

"Akan tetapi ada sesuatu yang mengganggu saya akhir-akhir ini," ia mulai menjelaskan.

"Sabine?" tebak Laura.

"Tepat sekali."

"Kalau begitu kenapa Ibu diam saja kalau Ibu memang tidak menyukainya?"

"Semuanya tidak sesederhana yang ada di pikiran kamu, Laura."

"Apa hubungannya dengan saya sekarang? Bukankah Harish sudah membuat pilihannya? Dari awal Ibu juga tidak menyukai saya."

"Saya tidak pernah melakukan hal yang sia-sia. Kamu selalu tahu itu. Jika saya memanggil kamu berarti ada sesuatu yang penting yang harus saya sampaikan."

"Hal apa lagi yang terasa penting sekarang?" Laura semakin tidak sabar.

Ia kembali ke kursinya dan mengamati wajah Vivian yang masih terlihat begitu angkuh setelah mengisyaratkan bahwa dia membutuhkan bantuannya saat ini.

MY EVIL BOSS : NOTHING IN BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang