Ch. 94 - RETURNING

41 6 0
                                    

Ada apa kali ini? Sabine langsung berpikiran buruk begitu menghadapi kasak kusuk di depannya begitu ia datang. Apa ini tentang dirinya lagi? Sabine sedikit gelisah. Seingatnya ia tidak berurusan dengan hal-hal yang menyulut gosip jelek tentang dirinya lagi sejak Randy melabrak kumpulan tukang gosip di kafetaria minggu lalu. Ia sudah melewati hari-hari suram itu dengan susah payah.

Sabine menegur Maika yang sudah duduk di depan komputernya dan sama sekali tidak mengobrol dengan siapa pun.

"Hei, Sabine, kamu sudah datang?" sapa dia.

Sabine hanya mengangguk; tapi ia masih gelisah dengan sekelilingnya.

Maika yang sepertinya sadar bahwa Sabine lagi-lagi mengalami kecemasan; ia tampak memahami trauma Sabine yang selalu jadi bahan pergosipan dan perundungan.

"Bukan kamu," ia memberitahu untuk meredakan kecemasan Sabine. "Tenang saja."

Lalu siapa?

Sabine ikut penasaran karena tampaknya orang-orang begitu tersihir oleh gosip tak biasa itu.

"Kamu belum dengar kalau Laura kembali ke Athlon hari ini?"

Apa?

"Ya, ternyata dia mengundurkan diri karena akan menjadi Chief Financial Officer," jelas Maika. "Kabarnya itu perintah dari Vivian Salim."

Maika sama sekali tidak sadar bahwa itu membuat Sabine tertegun sangat lama.

Kepindahan Laura sebagai salah satu dewan direksi cukup membuat seisi kantor terkejut. Semua orang percaya bahwa Vivian Salim tidak menyukai hubungan Laura dan putranya yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, namun ternyata semua itu terpatahkan begitu Laura kembali dengan posisi yang baru.

Lalu dengan kembalinya Laura sebagai orang penting di Athlon, juga menimbulkan kabar yang lainnya bahwa mungkin wanita itu telah mendapatkan restu dari calon ibu mertuanya dan memberikannya jabatan penting –mendampingi putranya mengelola bisnis keluarga. Tidak tanggung-tanggung, kantor untuknya langsung dipersiapkan hingga satu lantai jadi heboh –dan itu berada di lantai yang sama dengan Sabine.

"Setidaknya mereka berhenti bicara yang aneh-aneh soal Sabine," komentar Maika di kafetaria begitu mereka berkumpul lagi seperti biasanya.

Gosip itu berkembang menjadi kabar pernikahan yang mungkin akan segera terwujud dalam waktu dekat. Menggantikan gosip-gosip sebelumnya yang sempat dihubungkan dengan Sabine; namun bagi Sabine itu tak terdengar lebih baik.

Pikirannya masih berada di hari pertama Laura berkantor di lantai yang sama; dia mengumpulkan semua pegawai dan memberi penyambutan yang sangat bagus hingga mendapatkan tepuk tangan meriah. Orang-orang tampaknya sudah lupa hampir sebulan lalu dia mengamuk di ruang CEO dan tampak begitu merana. Sekarang dia kembali dengan penampilan terbaiknya dan bicara dengan penuh percaya diri.

Saat wanita itu melirik padanya dengan tatapan permusuhan yang samar, Sabine bergidik ngeri. Wanita itu seolah menunjukkan pada Sabine bahwa ia hanya seekor tikus di depan seekor gajah dan Laura bisa sajak menginjak-injak Sabine saat merasa kurang senang.

"Tapi, kenapa harus Laura?" gerutu Maika tiba-tiba.

"Heh, memangnya kamu siapa mengatur hidup orang?" celetuk Randy.

"Bukanya aku benci Laura karena isu-isu miring tentang masa lalunya, tapi menurutku mereka tidak cocok," komentarnya. "Laura itu dominan sedangkan bos juga tipe alfa dan emosional. Kita lihat sendiri saat mereka bertengkar, satu lantai heboh seperti ada tawuran masal. Aku yakin kalau mereka bertengkar satu rumah pasti habis seperti gempa bumi."

"Kamu ini...," gumam Leon.

"Kenapa bukan aku saja?" gerutu Maika tiba-tiba dan disambut oleh tawa geli oleh Randy di sebelahnya. "Aku orang yang humoris, lucu dan santai. Denganku pasti lebih menyenangkan daripada wanita tukang marah seperti Laura."

Randy cekikikan. "Dia juga tidak mungkin menyukai kamu, Mai," ledeknya. "Lagipula apa kelebihan bos selain tampan dan kaya raya? Walaupun sudah punya pasangan yang sempurna dia masih suka melirik yang lebih cantik. Dia bukan tipe lelaki yang mudah puas, apa yang kamu harapkan?"

Sabine tersenyum; sepertinya sifat Harish yang seperti itu memang kelihatan sangat jelas bagi siapa pun.

"Kamu sudah mengatakannya sendiri. Dia tampan, kaya raya dan pastinya juga cerdas. Mungkin itu memang kekurangannya. Lagipula kamu tahu psikologis orang kaya? Mereka menyukai tantangan dan berbeda dengan orang yang pas-pasan. Lagipula bukankah tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini? Asalkan kamu tahu, kalau aku cantik, aku tidak akan keberatan jadi selingkuhannya sekali pun. Tidak akan ada ruginya."

"Hei, kenapa kalian bercanda sampai seperti itu?" tegur Leon; lagi-lagi melirik dengan segan pada Sabine yang mendengarkan saja tanpa bereaksi.

"Apa? Kemarin kamu menyebutnya keterlaluan dan tidak suportif kenapa sekarang kamu malah memujinya setinggi langit?"

Gerutuan Randy membuat Sabine ikut tertawa. Mereka benar-benar berdebat seperti anak kecil.

"Haah, dasar perempuan. Katanya benci dengan pasangan selingkuh. Tapi kalau soal laki-laki tampan dan kaya raya, bajingan pun juga tidak apa-apa. Selingkuh tidak masalah. Jadi yang ke-sekian juga tidak keberatan. Aneh!"

"Dengar, Randy, justru aneh, laki-laki dengan tampang dan uang pas-pasan malah jadi bajingan. Namanya tidak tahu malu," balasnya. Sindiran Randy membuat Maika menoyor kepalanya. "Tapi, kalau tampan dan kaya raya, bebas!"

"Benar 'kan? Si tampan dan kaya raya selalu menang banyak?" celetuknya melirik Leon di hadapannya yang disambut tawa jenaka setelah menepiskan tangan Maika dengan kesal.

"Kamu memang penuh dengan hal-hal negatif!" cerca Maika lagi.

"Eh, eh, sudah. Kalian itu sudah dewasa," lerai Leon saat kedua orang itu saling menoyor kepala. "Jangan seperti anak kecil."

"Aku sudah baik karena menyadarkan kamu dari delusi berlebihan."

"Aku tahu. Aku tahu," cetus Maika menatap Randy gusar. "Kamu memang tidak bisa melihatku senang ya?"

"Aku hanya mengatakan yang sebenarnya!" kata Randy tak berhenti mengejek Maika yang semakin panas. "Walaupun kamu cuma berandai-andai bukankah itu masih tidak masuk akal?"

Tapi keduanya tidak menghiraukan Leon. Sabine yang tadi merasa tidak enak tiba-tiba jadi tertawa memperhatikan dua orang yang sebenarnya saling menyukai sekaligus gengsi itu bertengkar.

Reminder:

Kalian bisa baca semua novelku di blog untuk pengalaman membaca tanpa iklan video wattpad yang terlalu lama saat peralihan chapter. (LINK BLOG ADA DI PROFIL -tinggal klik aja)

Update chapter di blog lebih cepat karena aku mempunyai lebih banyak pembaca di sana.

Jangan lupa FOLLOW, VOTE dan COMMENT nya untuk bantu cerita ini naik ya. Dukungan kalian sangat berarti, sekecil apa pun itu. Thanks

MY EVIL BOSS : NOTHING IN BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang