Ch. 93 - TO DISSAPPEAR

47 6 1
                                    

"Ada apa, Sabine? Kenapa kamu cemberut?" tegur Randy saat Sabine lagi-lagi ketahuan melamun di kafetaria dan bahkan menyentuh makan siang yang sebenarnya hanya formalitas –ia tidak punya selera makan sama sekali.

"Tidak ada," jawab Sabine hanya tersenyum sekenanya lalu mulai membuat suapan pertama dengan makan siang-nya nasi dengan sup yang sudah dingin.

Maika hanya menatapi Randy dengan wajah murung.

"Kenapa kamu juga ikut kusut?" tanya Randy pada Maika yang mendadak pendiam. "Kamu seram kalau cemberut. Aku kira kamu hantu penasaran yang ingin membalaskan dendam."

"Sabine lagi-lagi digosipkan yang tidak-tidak," jelas Maika melirik Sabine yang diam dengan prihatin; ia tidak menanggapi ledekan Randy sama sekali seperti biasanya.

"Apa lagi sekarang?" Randy agak kesal, melirik Sabine yang murung dan Maika yang ikut berempati padanya. "Apa mereka tidak lelah menggosipkan orang terus?"

Sabine dan Maika diam saja.

"Leon mana? Kenapa dia belum datang?"

"Dia masih di ruangan bosnya dan tidak bisa makan siang bersama kita."

Randy menatap Sabine; wajahnya gusar, bukan pada gadis itu. Namun sekelilingnya yang sesekali menengok ke arah mereka seolah ikut membicarakan dirinya dan Maika juga.

"Aku rasa aku harus pergi," kata Sabine tiba-tiba berdiri dari kursinya.

"Sabine?" panggil Maika. "Kenapa kamu harus pergi? Biarkan saja mereka."

Tiba-tiba Randy berdiri lagi dari kursinya, ia menghampiri meja sebelah.

"Kalian punya masalah apa?" tanya dia pada sekelompok orang di sana dengan gusar.

Orang-orang itu hanya menanggapinya dengan wajah sinis.

"Kamu mau apa?" balas salah seorang dari mereka dengan wajah jengkel sementara yang lainnya pura-pura acuh.

"Kalau kalian ingin mengatakan sesuatu, jangan berbisik. Katakan dengan jelas kalau kalian merasa itu memang benar," tantang Randy.

Tak ada yang menanggapi Randy. Mereka semua memalingkan wajah sementara Maika sudah panik dan Sabine tertunduk hampir menangis.

"Kenapa tidak mau bicara?" tantang Randy lagi. "Ayo, katakan!"

"Randy!" jerit Maika yang ketakutan setengah mati. "Jangan cari masalah...."

Kelompok itu yang terdiri dari lima orang itu tampak mulai tidak nyaman saat semua orang di kafetaria memandang ke arah mereka.

"Kalau apa yang kalian bicarakan itu fakta, tidak apa-apa keluarkan saja!" Randy masih menantang semuanya. "Lain halnya kalian hanya membuat gosip, kalian tidak berani bicara karena kalian sendiri juga meragukan kebenarannya!"

Pada akhirnya mereka semua bubar dan tak satu pun yang berani menjawab. Setelah itu Randy kembali ke kursinya selagi Maika kembali mengajak Sabine duduk lagi.

"Orang-orang sialan...," gerutu Randy yang masih kelihatan kesal. "Tadi aku benar-benar lapar dan sekarang jadi kehilangan selera makan."

Sabine akhirnya menangis; bukan karena ia bersedih. Namun begitu senang melihat ada seseorang yang membelanya. Dulu ada Jessica tapi sekarang mereka sudah tidak berteman karena ia tak bisa mempercayainya lagi; tak ada seorang pun bisa ia percayai lagi. Sabine khawatir akan merasakan kekecewaan yang sama seperti yang pernah Jessica tinggalkan.

"Aduh, Sabine, jangan menangis...," ujar Maika khawatir.

"Kamu tidak perlu menangis untuk gosip-gosip sampah semacam itu, Sabine," kata Randy kemudian.

MY EVIL BOSS : NOTHING IN BETWEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang