Ayah

2.4K 371 4
                                    

ALMADEO SECOND LIFE
•••

AYAH.

•••

"Deo, bisakah kau mengantarkan surat ini pada ayah? Aku ada keperluan sebentar" Setelah menyerahkan surat, Janendra lantas pergi tanpa menunggu jawaban dari Deo.

Deo melihat kembali surat itu "Barsoom?" Tanyanya pada diri sendiri setelah melihat stempel yang ada di depan surat itu.

"Sepertinya aku tak asing dengan namanya" Menggaruk dagunya sebentar.

"Tentu saja tuan, itu adalah rumahmu" Clao datang tiba-tiba yang mendapat reaksi kaget Deo.

"Sialan kau! Dari mana kau berasal?" Deo clingak-clinguk.

"Aku bisa muncul kapan saja di dekatmu tuan, jika kau memikiarkanku aku pasti aku akan langsung datang. Karena kita terhubung" Deo menatap ngeri Clao yang sepertinya makhluk goib ini.

"Omong-omong tuan, kemarin kau di datangi oleh Almadeo kan? Dia mengatakan apa saja?" Deo duduk di tangga karena merasa sudah tidak kuat berdiri lagi.

"Hanya hal kecil dan dia akan menuruti permintaanku untuk menebus kesalahannya" Clao tertawa.

"Astaga! Ternyata itu hak otoritas yang diminta Almadeo!" Clao tersenyum aneh.

"Jadi ... kau meminta apa?" Deo mendongak menatap langit yang kebetulan ini tidak ada awan. Setelahnya ia menatap burung-burung yang tak sengaja lewat di atas langit.

"Aku meminta satu hal, akan tetapi aku akan mengatakannya satu minggu kedepan ... jadi tinggal enam hari lagi"

Senyum Clao memudar, ia menatap serius Deo "Jika kau mengajukan permintaan untuk bunuh diri , maka hal itu tidak akan terjadi ... Pangeran" Deo menatap Clao yang juga menatapnya.

"Mana ku tau ... biar waktu yang menjawab pertanyaanmu" Deo kembali menatap langit.

"Kalaupun iya, ini adalah permintaan terbaik untuk hal ini" Senyum tipisnya tercetak jelas di bilah bibir Deo.

Clao juga ikut menatap langit "Tuanku, anda berhak hidup dengan bahagia ... seberat apapun masalahmu, aku tak akan membiarkan kau mati Pangeran .... karena kau adalah tanggung jawabku" Deo terkekeh geli mendengar penuturan itu.

"Dengar, matiku hanya tergantung suasana hatiku"

---

"Yang mulia, ini ada surat untukmu" Deo menyerahkan surat itu dan berniat pergi dari ruangan raja menyebalkan yang sudah merusak hidupnya tempo hari.

"Untukku? Bukankah ini untukmu?" Deo menautkan alisya.

"Tidak, Janen—maksudku kakak memberi tahuku jika surat ini untukmu" Reynon membukanya.

Ia membacanya dengan keras "Yang terhormat Raja Reynon ... dengan ini saya adalah utusan dari Barsoom mengundang anda bersama putra anda, Pangeran Deo dan juga Pangeran Janendra untuk menghadiri acara pernikahan putri Relia dengan pangeran Xiao Cheng lima hari kedepan ... untuk itu kami mengharapkan kehadiran anda bersama Pangeran Deo dan pangeeran Janendra"

Deo terdiam. "Lima hari mendatang? Almadeo sudah datang menghampiriku belum ya?"

"Mengingat aku mengajukan pertanyaan itu pukul dua belas malam dan hari itu sudah dihitung tidak?" Jangan tanyakan kenapa kok tau ya met.

"Oh! Ini luar biasa, namamu bahkan ditulis lebih dahulu" Reynon meletakkan kertas itu dan menyangga dagunya menatap Deo yang melamun.

"Sial, aku bahkan tidak tau dia nanti datang dengan wujud apa" Reynon menatap serius pada putra angkatnya.

Menghampiri Deo dan menepuk pelan punggungnya "Ada yang mengganggumu?" Tanyanya lembut.

Deo terlonjak dan menatap Reynon yang sudah ada di dekatnya dan dengan refleks ia menjauh. Reynon terdiam beberapa saat "Jangan takut, aku tidak akan memukulmu lagi ... maafkan ayah" Reynon kembali mendekat.

Mengetahui pria besar dihadapannya ini mendekat, Deo lantas mundur lagi.

Reynon menegakkan punggungnya. "Ayah tidak akan memukulmu" Dengan sigap, Reynon memeluk Deo.

Yang dipeluk hanya mampu terdiam "Ayah tidak akan melukaimu lagi, sebagai permintaan maaf ... ayah akan mengajakmu jalan-jalan di pusat kota bagaimana?"

Pangeran itu hanya mampu membisu ... sekalipun ia tak pernah dipeluk orang lain kecuali Janendra waktu itu. Dan ini rasanya sangat aneh.

"Baiklah"

---

Acara jalan-jalan kali ini hanya sunyi canggung dari keduanya. Deo tak mengerti ia harus bersikap seperti apa. Sedangkan Reynon diam menikmati suasana ramai ibu kota ini.

"Ah! Itu ada kue kering, kau mau?" Deo menoleh ke arah telunjuk Reynon dan menggeleng.

"Aku ingin membeli gelang itu saja, aku sudah makan tadi" Reynon mengangguk dan menggiring Deo ke arah kios penjual pernak-pernik.

"Ada yang bisa saya bantu tuan?" Omong-omong kedua orang itu tengah menyamar dengan mengenakan jubah yang menutupi kepalanya.

"Bisakah aku membeli ini sepasang?" Sang penjual mengangguk.

"Harganya satu keping perunggu tuan" Reynon mengangguk dan mengeluarkan uang yang dimaksud.

Setelah dari kios itu, Kedua ayah anak itu berjalan dalam keheningan lagi sampai suara Reynon memecah keheningan yang dibuat "Untuk siapa gelang yang satu?" Deo menengok dan berhenti yang diikuti Reynon.

"Untukmu, aku berniat memberikannya padamu" Senyum kecil terbit di wajah rupawan itu.

Reynon berjongkok menyamakan tingginya dengan Deo, setelahnya ia mengulurkan tangan kanannya. Deo yang paham memakaikan gelang itu pada tangan kanan Reynon dan memakaidi tangan kirinya.

Saat Reynon kembali berdiri terlihat dua tangan beda pemilik mengenakan gelang yang sama.

"Terimakasih sudah memungutku"

---

Almadeo Second Life [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang