Almadeo [End]

3.7K 471 54
                                    

Almadeo Second Life

Almadeo

---

Selama beberapa hari ini Deo memutuskan untuk lebih dekat dengan keluarga angkatnya.

Ia juga tak melupakan kehadiran sosok Felix yang selalu membuat hatinya sedikit murka entah kenapa.

Belakangan ini juga sering terjadi tindakan kecil yang mempererat hubungan mereka.

Segalanya yang ia lakukan adalah untuk menjadi lebih dekat dan berusaha terlihat nyaman di dunia barunya.

Berusaha menjadi pribadi yang disenangi dan mandiri seperti dulu. Terlalu banyak permintaan dari sang sistem.

Ia juga menjadi orang yang beruntung karena dialah orang pertama dan terakhir yang menggunakan hak otoritas Almadeo.

Harus dengan apa ia memilih satu permintaan untuk kebaikan semua orang?

Ingat, ini hanya cerita singkat yang kubuat karena permintaan Almadeo. Jadi tokoh utama adalah orang yang akan selalu selamat dari kemanitan atau hal buruk.

Tapi disini yang menjadi tokoh utama bukanlah orang malas pecinta pudding itu.

Omong-omong ini sudah lima hari lamanya sejak kejadian itu.

Dan ini saatnya untuk membuat karakter menjadi sedikit berkuasa, atau yang paling berkuasa.

Dulu aku sudah memperingatkan, jangan membaca cerita ini.

Tetesan air ini sangat menenangkan.

End cerita ini mungkin akan sangat membosankan.

Berawal dari mimpi, kini Deo sudah berhadapan langsung dengan hologram Almadeo.

Canggung memenuhi keduanya.

"Pangeran, anda sangat menderita karena saya. Saya minta maaf untuk itu" Almadeo semakin bersalah ketika melihat senyum Deo yang sedari tadi tak pudar.

"Tidak, itu sudah takdir ... mengapa kamu merasa bersalah?" Duduk dibangku taman dan melihat cahaya remang-remang dari hewan yang bernama kunang-kunang itu, mereka terdiam sejenak.

"Aku juga menikmatinya, sebetulnya dulu aku juga ingin menjauh dari semua ini" Tengkuknya ia garuk canggung.

Angin malam membuat tubuh Deo merinding.

"aku juga sudah terbiasa dengan ini" Yang dimaksud adalah angin malam.

"Justru, aku berterimakasih padamu ... karena sudah mau menjadi teman bicaraku" Berdiri dari duduknya dan bersedekap dada melihat air mancur itu.

"Pangeran, anda adalah orang tulus yang saya temui ... mengapa anda menerima semua ini dengan lapang dada?"

Menggosok hidungnya, Deo berkata "Bukankah sudah kubilang, aku sudah terbiasa" Menikmati angin malam tidaklah buruk.

"Aku hanya ingin menjadi diriku yang tidak merepotkan orang banyak" Lanjutnya. Terlalu banyak cobaan yang ia hadapi, oleh karena itu dia sudah terbiasa dipermainkan takdir.

"Pangeran, mengapa anda sangat baik?" Almadeo berucap begitu saat netranya melihat rambut Deo yang bergoyang lembut terbawa angin.

Berkata dengan sedikit sombong "Mungkin karena aku adalah tokoh utama" jawabnya yang benar adanya.

Almadeo mengangguk malas.

Menghela nafas pelan, Deo kembali duduk bersandar "mungkin sifat baik adalah kebiasaanku" Ucapnya terkekeh pelan.

Lonceng berdetang ringan saat hari ini tepat tengah malam Almadeo yang mendengarnya segera berlutut didepan Deo.

"Tuanku, apa permintaan anda?" Ucapnya memecah keheningan.

Deo mengusap telapak tangannya sebentar dan terdiam cukup lama. Ia tak yakin apakah permintaannya ini sangat baik atau tidak.

Melihat kembali sekitar, ia memejamkan mata.

"Al ... aku harap kau bisa mengabulkan permintaan ini" Almaeo menunduk.

"Tidak ada yang tidak bisa kukabulkan. Ini adalah hak otoritas yang ku minta karena sudah menyelesaikan misi" Deo menghembuskan nafas pelan.

"Aku berharap juga begitu" Telinganya memerah karena kedinginan.

"Al, ini permintaan pertama dan terakhirku ..." Almadeo mengangguk. Ia merasakan telapak tangan dingin berusaha menggenggam hologramnya akan tetapi tidak bisa.

"Almadeo, aku ingin kau menghapus karakter Almadeo, baik Almadeo aku dan Almadeo kau. Aku ingin mereka tidak mengingat siapa kita dan tidak mengetahui apapun tentang kita. Aku hanya ingin mereka melupakan karakter yang bernama Almadeo ini" Sempat terkejut, Almadeo mengerti.

"Anda yakin pangeran?" Deo membulatkan tekadnya.

"Aku yakin, sangat yakin ... mulai besok, ah! Maksudku nanti siang saat mereka menghadiri perjamuan pernikahan kakakmu, mereka akan melupakan kita" Deo berucap sedikit tegas.

"Baik, permintaan anda akan saya kabulkan" Almadeo berdiri.

"Dengan begitu kita tidak lagi ada"

--End--

Almadeo Second Life [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang