18. Apa yang Kamu Sembunyikan?

116 16 2
                                    

Panorama jingga semakin pekat di depan mata. Dari sini dapat terlihat burung-burung terbang kembali menuju sarang mereka masing-masing. Arah angin yang berhembus memang belum berubah, tapi pemandangan hijau dan rumah-rumah penduduk, termasuk bangunan villa sudah mulai menggelap. Ditinggal sang mentari yang berganti tempat ke belahan bumi lainnya.

Pluem masih merenung, isi kepalanya dipenuhi hal-hal yang dirinya sendiri masih belum tahu, apakah ini pantas dikhawatirkan atau tidak. Semuanya masih dalam dugaannya saja. Ia mengambil gambar korek yang barusan ia ambil dengan ponselnya. Siapa tahu itu bisa berguna. Selepas itu, ia meletakkannya kembali ke atas meja, persis seperti posisi sebelumnya. Agar tidak ketahuan jika benda tersebut pernah berpindah.

"Phi Pluem, ayo pulang! Sudah sore nih!" pekik Nanon yang sudah berada di depan tangga bangunan yang masih belum terpasang pegangannya. Nampak cukup mengerikan.

"Phi Tay dan yang lainnya pasti sudah pulang juga," sambung Frank.

Pluem mengangguk, ia mengikuti dua rekannya itu untuk keluar dari bangunan mangkrak tersebut.

"Pemiliknya kemana sih? Kok gak balik-balik ya?" Frank merasa heran. "Kalau pun pergi jauh, kenapa mobilnya masih ada di sini?"

Apa yang dikatakan Frank benar. Mereka memang menemukan sebuah mobil truck pick up mewah yang terpakir manis di samping rumah. Tepat di dekat tangga lipat yang sebelumnya ingin Frank pinjam.

"Mungkin dia pergi pakai kendaraan lain," gumam Nanon yang sedang membuka pintu gerbang. Ia ingin segera pulang, karena rumah ini lama-lama tampak mengerikan seiring malam yang mulai datang.

Pluem dan Frank mengangguk setuju. Mereka tidak mau mengambil serius hal aneh ini. Lagipula ini rumah orang lain, tidak masuk akal juga mereka mencurigakan sesuatu. Ini bukan urusan mereka.

***

Ciiss... Ciss... Tang tung... Ciss...

Suara wajan memanas dan adukan spatula di atasnya. Suara-suara seperti itu nyaris tidak pernah terdengar di dapur villa. Sejauh ini, dapur hanya dipakai untuk memanas air dan membuat makanan instan. Bahkan di hari pertama villa ini ditempati, si jago merah hampir melalap dapur dan sekitarnya.

Frank dan Nanon terkesima di meja makan. Mereka memperhatikan Philip yang dengan lihainya menggoyang-goyangkan wajan dan menuangkan bumbu-bumbu dengan kedua tangan kekarnya. Ditambah lagi Philip malam ini memasak dengan mengenakan kaos putih tanpa lengan beserta celemek berwarna kuning cerah. Oh my god! Pemandangan suami idaman banget!

Sementara Off, dia hampir tak bisa menahan liurnya yang menetes. Semerbak wangi hidangan nikmat mengudara memenuhi indera penciuman semua orang. "Aku bersedia menikah dengannya..." gumamnya ngasal.

Tay terkekeh mendengar perkataan Off. Ia baru saja selesai menyiapkan piring untuk makan malam. New sendiri memilih diam, duduk di sebelah Pluem sambil memainkan ponsel tanpa peduli apapun.

"Phi New, apa sebaiknya aku membantu?" tanya Pluem berbisik.

"Sudah, biarin aja." New memegangi lengan Pluem. Melarangnya untuk menyumbangkan tenaga.

"Makanan sudah siap!" Philip datang sembari menyajikan hidangan buatannya.

Tay juga datang membawa teko berisi air mineral. "Tampaknya makan malam kita sekarang terasa lebih spesial ya..."

Semua orang di meja makan sudah siap dengan pisau dan garpu mereka masing-masing. Di depan mereka, daging ikan fillet panggang dengan saus racikan khusus begitu menggoda iman-iman manusia yang kelaparan. New melemparkan tatapan geram kepada kekasihnya.

TayNew Met in Bali 2 : T-Rex Beach, We Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang