10. Gangguan

95 18 10
                                    

"Haciuuhh!" Suara bersin Pluem mengejutkan semua orang di ruang tengah. Ia kini berakhir dengan balutan selimut di seluruh tubuhnya yang menggigil.

"Haciuhh!" Pluem tak bisa menahannya. Matanya begitu berair, begitu pula dengan hidungnya yang terasa tersumbat karena ingusnya yang tak kunjung behenti keluar.

"Mukamu memerah." Tay menyentuh kening Pluem. "Kamu demam Pluem."

Pluem hanya mengangguk. Ia tahu benar bahwa kondisi kesehatannya sudah tidak terlalu baik. Ia memilih untuk duduk lemas saja di atas sofa.

"Sebentar lagi Off akan balik bawa obat," ujar Tay lagi.

"Aaaawwww! Mamaaa! Sakit!" Sementara Frank masih tersiksa dengan pelayanan pijat yang dilakukan oleh New.

"Bisa gak jangan teriak-teriak gitu?" New jadi merasa kalau dirinya menyiksa Frank. Padahal ia tidak memijat terlalu keras.

"Sakitlah phi!" balas Frank dengan wajah yang sudah penuh keringat karena menahan sakit.

"Aku kira kamu terkilir ringan, tapi ternyata parah juga ya..." New memperhatikan pergelangan kaki kanan Frank yang sudah memerah.

Frank mendengus. "Kalian pasti berpikir kalau aku ini sedang mengada-ngada."

"Kamu memang sulit dipercaya Frank," sahut Nanon.

Frank mengancam Nanon dengan menunjukkan kepalan tangannya.

"Jangan banyak gerak Frank," New memperingatkan, dilanjutkan dengan kegiatan memijatnya dengan kemampuan seadanya.

"AAAAAA!!! PHII NEWW!!" Sekarang raungan Frank sudah mengalahkan bersin Pluem yang tak bisa berhenti.

Off baru saja tiba dari luar, membawa belanjaan yang mampu menyelamatkan hidup manusia-manusia malang ini.

Nanon dengan sigap menerima kantong kresek dari Off. "Biar aku saja yang nyiapin phi."

"Gimana mereka berdua?" tanya Off.

"Ya kaya yang kamu lihat," ucap Tay seraya mengusap kepala belakang Pluem.

"Aku sudah membeli obat buat mereka. Tenang saja." Off menghampiri New yang masih mengurus Frank. "Biar aku saja, kamu bisa bantu Nanon di dapur."

New menurut, setelah itu Off yang kini duduk di hadapan Frank. "Mana yang sakit?"

Frank membenarkan posisi duduknya di sofa lalu menunjuk ke bagian pergelangan kakinya. "Ini phi..."

"Hmm... Makanya jangan caper jadi orang ah. Nemu yang cakep sedikit, langsung aja bertingkah aneh-aneh. Repot kan sekarang," gumam Off.

"Phi, ini gak ada hubungannya sama caper! Please deh! Ini murni kecelakaan!" Frank menggerutu kesal. Memang siapa sih di dunia ini yang rela menyakiti dirinya sendiri cuma biar dapat perhatian?

"Iya-iya deh... Bawel!" Off mempercayai saja.

"Tapi cowok yang namanya Drake itu seriusan ganteng sih." Tay akhirnya mengutarakan pendapatnya.

Untuk seorang pria bernama Tay, rupanya bisa juga memuji cowok lain? Pluem sendiri bahkan sampai menoleh kaget. Apa jangan-jangan Tay itu orang yang gampangan?

"Iya! Ganteng kan, Phi Tay? Hehehe... Aku sudah dapat kontaknya dong!" jawab Frank girang sambil menggoyang-goyangkan ponselnya.

Off mendesis. "Beneran modus ternyata..."

"Tapi aku gak suka dia!" sambung Tay dengan kalimatnya yang bagai sambaran petir.

Pluem akhirnya tersenyum lebar. "Haha... Tahu rasa kamu Frank! Phi Tay memang panutanku. Uhuy..." batinnya.

TayNew Met in Bali 2 : T-Rex Beach, We Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang