02. Rumah Produksi atau Rumah Keluarga? (Part 1)

264 25 3
                                    

Seperti berada di sebuah arena pertandingan. Kamar tidur yang diatur agar terlihat aman dan nyaman, kini memiliki aura mencekam. Tiga lelaki muda berdiri di dekat pintu masuk kamar dengan nafsu akan kemenangan yang teramat tinggi. Mereka semua memegang erat masing-masing pegangan koper yang setia berdiri di samping mereka. Bak seekor singa jantan yang ingin mempertahankan wilayah kekuasaannya, aksi perebutan pun dimulai.

"Kamar ini jadi milikku! Kalian harus ngalah sama aku!" kata Nanon lugas.

Pluem langsung menolak, "Mana bisa semudah itu! Memang kamu anak siapa sampai aku harus ngalah."

"Guys, jujur aja nih ya. Aku ini orangnya cinta damai. Jadi demi menghindari keretakan hubungan pertemanan di antara kita, mending kamar ini buat aku aja ya," ujar Frank dengan senyuman menyeringainya. Ia menarik kopernya, berjalan mendekati kasur berukuran king size dan bersiap melompat untuk menikmati empuknya pulau kapuk mewah tersebut.

"Eits, gak semudah itu ferguso! Mau seenaknya aja ngambil kamar." Pluem menahan lengan Frank sebelum ia benar-benar merusak sprei kasur yang masih mulus. "Di rumah ini ada tiga kamar, kan? Kenapa kalian gak pilih kamar lain aja?" sambungnya.

Frank cekikikan, "Phi Pluem, harusnya Phi sudah tahu juga, kalau dua kamar lainnya sudah diambil Phi New sama dua om-om, siapa sih namanya? Sshh... Aa! Om Tay sama Off! Gimana sih phi ini?"

"Ya udah, kalau begitu kamu sama Nanon tidur sama Phi Off aja. Dia sendirian, kan?" balas Pluem dengan mudahnya.

"Big no! Buat cowok seganteng aku, aku perlu namanya privacy! You know? P-R-I-V-A-C-Y!" Frank menekankan nadanya ketika ia mengeja.

Pluem dan Nanon memasang wajah jijik mendengar cara berbicara Frank yang lebay seperti itu. "Ew! Privacy pantatmu! Palingan mau olahraga tangan tiap malam, kan?!" serang Pluem.

Nanon dan Frank terkesiap dengan apa yang dikatakan Pluem. Namun, reaksi Frank memang paling mencurigakan. "A-apa sih phi? Memang phi tahu apa?" Ia mendengus kesal. Entah karena dipermalukan atau gara-gara ia memang sedang menyembunyikan sesuatu.

Pluem tersenyum jahat, sepertinya ia punya alibi untuk menjatuhkan harga diri teman lama seagensinya ini. "Alah, dari mukamu aja sudah kelihatan. Cowok ganteng katanya, yang ada tuh cowok mesum! M-E-S-U-M!" Pluem mengeja kata tersebut dengan meniru logat Frank tadi, ditambah lagi dengan gerakan tangan melambai seperti mas-mas salon.

"Phi Pluem, ngomong apa sih?!" Tanpa disadari, air muka Frank mulai memerah.

"Tuh kan! Malu ya?! Berarti itu beneran? Hayooo hayoooo...." Pluem mulai suka dengan permainan ini.

"Enggah ah phi! Mana ada kaya gitu!" elak Frank.

"Bohong!" Pluem semakin membuat Frank geram dengan menjulurkan lidahnya.

"Phi Pluem..." Tiba-tiba Nanon menyela.

"Apa?" balas Pluem.

Nanon terdiam, mukanya menunjukkan bahwa ia sedang memikirkan sesuatu. "Ummm... Memang olahraga tangan apa yang Frank lakuin? Memang bagus ya olahraga malam-malam?"

"Bocil gak usah ikut campur ah!" pekik Frank seraya menggeplak jidat nanon.

Nanon meringis akibat ulah Frank, namun ia masih bersikukuh. "Nanon kan cuma mau tahu... Kenapa malah dipukul sih????"

"Kamu mau tahu?" tanya Pluem.

"Eh, phi mau ngapain?" Perasaan Frank mulai tak enak, karena ia tahu phi-nya yang satu ini dari muka memang kelihatan sok kalem dan sok bijak, tapi dalamnya bisa menggegerkan.

"Lihat tanganku ya..." Pluem mengangkat sebelah telapak tangannya. Sedangkan Nanon begitu memperhatikan penjelasan Pluem dengan antusias, seantusias anak SMP yang sedang belajar mata pelajaran biologi dengan topik tentang alat reproduksi.

TayNew Met in Bali 2 : T-Rex Beach, We Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang