11. Petugas Kebersihan

106 16 8
                                    


Semua penghuni villa kini hanya duduk diam hingga tengah hari. Mereka hanya memikirkan apa yang akan terjadi satu detik kemudian, atau satu menit kemudian, mungkin satu jam kemudian. Kecemasan mereka sudah berada di puncak tertinggi. Bagaikan sedang duduk di kursi persidangan, nasib setelah ini tidak akan ada yang tahu.

Bibir Frank terus berkomat-kamit, merapalkan setiap ayat-ayat suci demi memohon perlindungan sang kuasa. Hidup dan mati sedang dipertimbangkan oleh malaikat pencabut nyawa. Apa mereka akan merasakan sakit? Ataukah kesadaran mereka akan menghilang secara mendadak hingga jantung mereka berhenti berdetak? Sampai detik ini tak ada yang berani mengabaikan bayang-bayang mengerikan itu.

New sendiri yang menjadi biang keributan di pagi hari begitu resah setengah mati. Ia terus saja menggigiti kukunya. Sebelah kakinya bahkan tak berhenti gemetar saking takutnya. Sebagai satu-satunya orang yang tidak menyantap makanan penutup tersebut, tentunya mendapatkan tekanan yang lebih tinggi. Ia merasa membawa tanggung jawab hidup semua orang yang ada di sini.

Ia merutuki dirinya sendiri, apakah perkataannya itu terlalu bodoh atau ceroboh? Namun, siapa yang tidak panik jika mendapat pesan yang mengerikan di kartu ucapan? Terlebih lagi itu datang bersama dengan makanan yang sudah dimakan orang-orang. Spekulasi yang paling pertama muncul pastilah mengira kalau semua makanan manis tersebut sudah diberi racun.

"Bukankah lebih kita memanggil dokter saja untuk memeriksa kalian?" saran New.

"Tapi sampai sekarang kita belum menunjukkan gejala apa pun," tukas Tay.

"Tapi kalau kalian khawatir kenapa harus menunggu gejalanya muncul?" New bermaksud untuk mencegah sebelum hal yang lebih buruk terjadi.

Pluem menyela, "Tapi jika memang benar kita mengonsumsi racun, dengan keadaanku yang masih sakit, bukankah aku harusnya sudah ambruk lebih dulu?"

Apa yang dikatakan Pluem membuat yang lainnya jadi tertegun. Seketika mereka meragukan kecemasan yang sudah menyelimuti mereka.

"Selain itu pada umumnya racun akan bereaksi satu sampai lima belas menit setelah masuk ke dalam tubuh," tambah Tay.

"Haaahhh ayolah... Yang benar saja! Aku sampai gak berani untuk makan siang," desah Off frustasi.

"Aku juga terlalu kenyang karena perutku kebanyakan minum susu dan air kelapa." Nanon mencoba merapikan botol-botol susu kosong yang berserakan.

"Jadi, apa kita di-prank?" tanya Frank kepada semuanya.

"New, apa fans-mu segila ini?" Off setuju dengan dugaan Frank.

New membantah, "Kamu masih percaya kalau itu dari penggemarku?"

Semuanya mengedikan bahu, tak ada yang mau berkomentar lagi.

"Apa jangan-jangan ini ulah orang asing yang mencurigakan itu?" Pluem menoleh ke arah Tay.

"Memangnya ada hubungannya?" Off semakin bingung dengan keadaan ini.

New berdecak. "Pluem, kamu terlalu cepat menyimpulkan. Jangan bahas orang itu lagi."

Pluem berdecak, "Dia gak pernah mendengarkanku." Ia mengangkat kedua tangannya lalu bergegas pergi dari tempat duduknya.

Tay mencegat, "Pluem, mau ke mana kamu?"

"Tidur phi, aku masih gak enak badan," jawab Pluem dengan perangai kesal.

"Kalau kamu ada keluhan sakit kasih tahu aku ya..."

"Biarin aja aku mati phi!" pekik Pluem yang diakhiri dengan bantingan pintu kamar.

TayNew Met in Bali 2 : T-Rex Beach, We Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang