04. Rumah Produksi atau Rumah Keluarga? (Part 3)

176 24 4
                                    

Jay tengah duduk santai di teras depan rumahnya. Hanya ditemani secangkir teh hangat, ia merasa dirinya sangat tenang di usianya yang tak lagi muda. Setelah hari-hari yang melelahkan di kantor, berdiam diri sembari memandang tamannya yang tertata rapi bisa jadi salah satu cara baginya untuk mencapai keheningan barang sejenak. Walaupun lampu-lampu taman yang berjejer menyala dengan cahaya putihnya, ia tidak mampu melihat dengan jelas seluruh tanaman-tanaman yang dirawat tukang kebunnya. Namun, ketika dedaunan bergoyang dan saling bergesekan, ia bisa merasakan sensasi alam lokal di rumahnya sendiri. Sederhana, tapi memang seperti itulah pemikiran seseorang yang telah melewati berbagai fase kehidupan selama bertahun-tahun lamanya.

Gerbang depannya yang lebar dan tinggi tiba-tiba terbuka. Sebuah mobil sedan sedang melesat masuk menuju garasi. Jay yang masih berada di kursi putihnya sesungguhnya tidak begitu peduli. Ia memilih untuk menyeruput teh buatas istrinya. Tak lama kemudian, seorang pria yang keluar dari mobil berjalan dengan muka kusutnya, hendak masuk ke dalam rumah.

"Joss, dari mana saja kamu? Kenapa baru pulang jam segini?" tanya Jay Vihokratana.

Joss yang mendengar pertanyaan ayahnya sontak menghentikan langkahnya. Keningnya berkerut, entah apa yang menyebabkan dirinya jadi seperti itu. "Ketemu temen tadi ayah."

Jay mengangguk kecil. Dari raut wajahnya ia nampak tidak percaya. Toh, ia bisa menebak kalau putranya itu berbohong. Ia hanya tidak mau ambil pusing. "Ambilin ayah koran dong!"

Dengan keadaan masih mengenakan setelan jas kantor, Joss terlihat ogah-ogahan ketika ayahnya menyuruhnya. Namun, bukannya menurut, ia malah menghampiri ayahnya dan ikut duduk di kursi yang lain. "Haaahhh..." Tubuh Joss merosot di sandaran kursi.

"Ngapain malah duduk? Ayah gak ngundang kamu bergabung," ujar Jay.

Joss langsung menengok ke arah Jay. "Yah, kenapa sih ayah ngebiarin Tay sama New ke Nusa Penida?"

"Memang kenapa? Itu kan pekerjaan mereka."

"Tapi kenapa mesti Off sih yang ikut sama mereka? Kenapa bukan aku aja?" tuntut Joss.

"Kalau kamu ikut, yang ngurus di kantor siapa? Kamu tega lihat ayahmu makin cepet tua gara-gara kerjaan?"

Joss menumpu dagunya di atas meja. "Kerja gak kerja ayah juga pasti bakal makin tua," gerutunya.

"Kamu bilang apa?" tanya Jay dengan mata yang memicing.

"Enggak kok enggak. Hehehe..." Elak Joss. Ia kembali bertanya, "Tapi bukannya lebih baik aku yang pergi sama Phi Tay?"

Jay menghela napas. "Kamu kok ngotot banget sih mau ke Nusa Penida? Gak usah pake alasan mau bantu kakakmu deh... Bilang aja kamu mau senang-senang sama cowok raksasa itu kan?! Siapa tuh namanya? Temannya Off itu, Luke ya? Ya benar, Luke!"

Terlalu cepat terbongkar. Joss cuma bisa cengar-cengir sembari menggaruk tengkuknya. "Yaaaa sekali-sekali lah yahh... Gak adil banget sih sama aku!"

"Jangan protes, sana ke dalam ambilin ayah koran!" perintah Jay.

Joss lantas berdiri. "Idih, ayah kuno banget masih baca koran. Baca berita pake iPad dong... Udah ah, Joss capek!" Setelah itu ia mengeluyur masuk ke dalam rumah begitu saja.

Jay yang melihat tingkah putranya jadi heran sendiri. Ia berpikir sejak kapan anaknya yang punya muka sangar itu jadi suka ngambekan belakangan ini? Ah, itu pasti gara-gara cowok raksasa bernama Luke itu.

'Drrtt... Drrtt...' Ponsel Jay di sebelah cangkirnya bergetar.

Jay langsung mengecek ponselnya dan ternyata ia menerima sebuah pesan singkat.

Kayanya ini gak akan berjalan dengan mudah.

***

Malam merenggut segala kecerahan tropis yang biasanya bersinar di Nusa Penida. Suara desiran angin pantai terdengar mendamaikan. Melodi dari deburan ombak di bibir pantai seakan menggelitik indera pendengaran. Malam di pulau kecil ini memang terasa berbeda, tidak sama seperti di Denpasar. Jika dari lokasi villa, mata masih bisa disilaukan oleh fasilitas penerangan. Namun, jika menengok keluar, semua tampak hitam. Bukan daerah pegunungan, namun aktivitas penduduk disini juga tidak berlangsung sampai larut malam.

TayNew Met in Bali 2 : T-Rex Beach, We Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang