16. Hujan di Pagi Hari

98 18 7
                                    

Dengan wajah kusutnya, Frank dan Nanon masih terus menatap keluar jendela yang ada di ruang tengah. Dengan posisi duduk terbalik dan dagu yang bertumpu pada sandaran sofa, mereka seakan meratapi cuaca hari ini yang tak bersahabat. Sejak mereka baru bangun, hujan turun dengan derasnya.

Hujan memang bukan hal yang aneh. Tapi untuk daerah Nusa Penida yang biasanya selalu panas membara, itu terasa cukup mengejutkan. Gemericik air yang begitu bising di luar sana membungkam mulut mereka yang biasanya selalu berisik dengan ocehan maupun celotehan.

Frank mendesah, tampak bosan. Suara gemuruh yang menggelegar tanpa peringatan mengagetkan Nanon. Ia spontan meringkuk dan memeluk Frank untuk mendapat perlindungan. Kali ini berbeda, Frank membiarkan rekannya yang paling bontot itu memeluknya. Ia sebenarnya tidak peduli. Kalau biasanya ia pasti akan menghempasnya hingga ke seberang lautan.

Di sebelah sofa panjang yang mereka duduki, Pluem tengah membaca buku sambil duduk di sofa single dengan tenang. Ia tentu tidak akan cemberut hanya karena cuaca buruk. Walaupun demikian, sesekali ia mencuri pandang ke arah Frank dan Nanon hanya untuk sekedar memperhatikan. Terkadang tingkah mereka cukup menghibur meski tidak sampai membuatnya tertawa berguling-guling.

"Kalian gak ada sesuatu yang bisa dilakukan?" tanya Pluem. Ia sedikit menurunkan buku di tangannya.

"Hmmm... Gak," jawab Frank malas. Ia sama sekali tidak melirik ke arah Pluem.

"Andai Ohm dan Drake ada di sini, pasti menyenangkan," gumam Nanon.

"Mereka juga punya kesibukan. Gak mungkin mereka bisa mengasuh kalian selamanya," balas Pluem. Ia membalik lembaran bukunya.

Frank berbicara serius kepada Nanon. "Jangan dengarkan orang itu. Dia tidak memahami apa yang kita rasakan, Non. Pantas saja Phi Pluem sikapnya selalu berubah-ubah. Kadang dingin, kadang tiba-tiba senyum ramah sendiri, lalu kadang juga bisa jutek kaya cewek lagi PMS."

Nanon hanya mengangguk, tanda setuju.

Pluem tentu saja bisa mendengar apa yang Frank katakan. Ia hanya mendesah, tapi sebenarnya ia sedikit tersindir juga. "Memang apa yang kalian rasakan?"

"Percuma kalau dijelaskan," jawab Frank acuh.

Cukup. Pluem bukan orang sebodoh itu. Ia menutup bukunya dan meletakkannya ke atas meja. Kemudian ia ikut duduk bersama Frank dan Nanon hingga sofa menjadi sesak. "Heh kalian, dengarkan aku. Kalian belum kenal lama dengan Ohm dan Drake itu. Apa kalian benar-benar langsung berharap banyak dengan mereka?" tanya Pluem mendelik.

Frank dan Nanon saling pandang. Tumben sekali Pluem bertanya serius soal dua laki-laki baru tersebut.

Nanon mengulum bibirnya. "Aku tidak berharap banyak. Cuma aku ngerasa nyaman aja kalau sama Ohm." Ia menunjukkan wajah polosnya.

"Mmm... Semacam itulah." Frank sepemikiran dengan Nanon.

Pluem juga seorang laki-laki muda. Ia paham jika dua temannya ini mulai menumbuhkan perasaan terhadap dua laki-laki lokal tersebut. Pluem hanya sedikit terganggu jika mereka terlalu terobsesi, padahal tujuan mereka kemari harusnya fokus terhadap project perusahaan.

Pluem bergeming setelah mendengar jawaban lemas Frank dan Nanon, lalu ia berkata, "Sejak kalian kenal aku. Sejak kita sering menghabiskan waktu bersama dulu. Apa menurut kalian phi kalian ini gak sayang sama kalian?"

Frank dan Nanon terkesiap lagi, tapi mereka memilih menundukkan kepala. Tak tahu harus menjawab apa.

"Aku di sini bertanggung jawab atas kalian. Aku pasti akan menjaga kalian dengan baik, bagaimana pun suasana hatiku," sambung Pluem.

TayNew Met in Bali 2 : T-Rex Beach, We Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang