15. Kolega

97 14 4
                                    

Pandangan mata New sesekali kehilangan fokus. Kepalanya seketika pening saat ia menengok ke arah bawah. Ombak biru dari arah samudera menghantam tebing dengan eloknya, itu menurut beberapa orang. Tentu penilaiannya tidak akan sama jika posisinya berada seperti New sekarang.

Hukum gravitasi bekerja dengan optimal. Kedua kakinya bergerak-gerak tidak jelas karena ia hanya mampu memijak ruang hampa. Namun, ia masih berusaha meraih-raih tebing di dekatnya untuk sekedar mendapat pijakan, barang hanya ujung kakinya yang berhasil menggapai. Di saat yang bersamaan, jantungnya berdetak kencang. Bahkan setiap detakannya lebih terasa seperti pukulan keras di dadanya. Sehingga membuatnya sulit untuk bernapas teratur.

Pikirannya membeku. Ia hanya punya satu pertanyaan.

Apa aku akan mati sekarang?

Terpaan angin laut yang lembut bagaikan sebuah serangan badai yang mengerikan. Menambah kepanikan New yang sedang menunggu batas waktu dari sang malaikat maut. Hidupnya hanya bergantung pada otot-otot lengannya yang akhir-akhir ini jarang ia latih. Lengan kirinya berpegangan erat pada sebuah besi yang masih menjadi bagian dari tangga biru Air Terjun Peguyangan. Sedangkan lengan kanannya...

Entahlah... New tidak tahu apa itu. Akhirnya ia menengok ke atas. Seorang pria dengan ciri fisik khas orang Eropa tengah memegang tangan kanan New dengan pergelangan tangannya yang berurat.

"Bertahanlah New," kata si pria asing tersebut.

Bibir New bergetar. Ia tak bisa mengatakan apa pun. Ia hanya berharap pria di atasnya ini berhasil menyelamatkan hidupnya.

"NEWW!"

"PHI NEWW!" Teriak Tay dan yang lainnya yang menyusul untuk melihat keadaan New.

"Hey, please slow down! This is very dangerous!" ucap seorang turis perempuan setelah tahu bahwa Tay datang dengan terburu-buru. Membuat tangga besi ini semakin terguncang.

Tay tidak membalasnya. Ia ingin menolong New sesegera mungkin. Dan beruntunglah, ia menemukan New sudah berhasil ditarik ke atas. Nampak dari raut wajahnya jika New begitu shocked. Kedua kakinya lemas. Tak mampu lagi membayangkan dirinya yang bergelantungan pada tebing yang tingginya puluhan meter di atas permukaan laut.

"New, New, kamu baik-baik saja kan?" Tay membantu menyeret New untuk menjauh dari jalur tangga yang sudah rusak, meninggalkan lubang yang menganga cukup lebar. Orang-orang dari pihak pengelola objek wisata baru saja tiba. Mereka meminta agar pengunjung bersikap tenang dan tidak panik. Sebentar lagi bantuan akan datang untuk membantu orang-orang menyeberangi tangga yang sudah rusak tersebut.

Telapak tangan New masih gemetaran. Ia menyandarkan kepalanya pada dada Tay yang sudah memeluknya. Berharap ketakutan New bisa segera mereda.

"Phi New..." Panggil Nanon diikuti oleh rekan yang lainnya. Tay mengangkat sebelah tangannya, meminta agar semua tidak menumpahkan kalimat-kalimat kepanikan kepada New yang masih mencoba menenangkan dirinya.

"Tenanglah. Semua sudah baik-baik saja. Kamu aman sekarang," ujar Tay seraya mengusap-ngusap kepala New.

"Are you okay New?" Turis laki-laki yang menyelamatkan New datang menghampiri.

New mengangguk pelan. Ia hanya melirik pria berperawakan besar itu, sedangkan kedua tangannya memeluk Tay lebih erat.

"Terimakasih sudah menyelamatkannya," ucap Tay sopan. "Tapi, dari mana kamu bisa mengetahui namanya?"

Turis laki-laki itu bergeming saat Pluem, Frank, Nanon, dan yang lainnya juga melemparkan tatapan penasaran kepadanya.

.

TayNew Met in Bali 2 : T-Rex Beach, We Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang