20. Sudut Pandang Yang Berbeda

1.2K 198 41
                                    

⑅H A P P Y R E A D I N G⑅

"Jangan kelamaan liatnya," Ucap Saga yang sudah mengenakan helm miliknya. "Entar suka." Lanjutnya dengan kekehan mengikis jarak di antara mereka.

Aurora mengerjapkan matanya seperti anak kecil. "Emm... Makasih buat yang tadi kak, gue gak nyangka bakal ketemu lo kayak gini.

"Lo mau pulang apa gimana?" Tanyanya yang membuat Aurora kembali menatapnya.

"Iya ini mau pesen ojol," ucapnya menunduk dalam.

"Bareng gue aja kebetulan gue juga mau ke arah yang sama."

"Hah lo satu komplek sama gue?" Kagetnya, yang di balas gelengan kepala dari orang di hadapannya. "Terus?"

"Mau kerumah temen," ucapnya menyerahkan helm milik Ajun pada Aurora yang masih kebingungan di tempatnya. "Ngapain diem cepet naik mau bareng apa nggak?"

"Hah... Eh iya," dia bergegas mengambil helm yang ada di tangan Saga lalu memakannya. "Thanks." Ucapnya saat sudah memposisikan dirinya di motor milik Saga.

Saga hanya mengangguk singkat lalu mulai melajukan motornya membelah padatnya jalanan ibukota. Semenjak kejadian dimana mereka di hukum oleh Pak Kim mereka merasa tembok yang menjulang tinggi di tengah-tengah mereka seakan-akan mulai runtuh dengan sendirinya.

"Lo buru-buru?" Tanya Saga pada Aurora.

"Hah... biru-biru? Nggak kok tadi kan cuma di tampar gak di tonjok jadi masih aman!" Ucapnya dengan senyum yang merekah dan pose jempol di angkat ke atas.

"BURU-BURU!"

"Hah! Ngilu apa yang ngilu kak? Lo kan gak di apa-apain."

Wajar sih kalo mendadak budek pas naik motor gue juga gitu wkwk. Kayak udara tuh masuk ke kuping kita dengan kencangnya hehe😂. Kalian gitu gak?

Saga menghentikan motornya saat lampu lalu lintas berubah warna menjadi merah "Lo buru-buru gak pulangnya? Kalo nggak gue mau makan dulu."

"Ooo... ngomong dong dari tadi! Boleh-boleh tapi lo yang bayar ya? Duit gue pas soalnya!" Cengir Aurora yang membuat Saga geleng-geleng kepala.

"Ngomong aja kalo pengen di teraktir!"

"Emang kalo ngomong bakal di traktir?" tanyanya tak tau malu.

"Iya gue traktir," jawab Saga yang membuat Aurora reflek menaruh kepalanya tepat di pundak cowok itu.

Tentu Saga terkejut dengan tingkah Aurora.

"Serius?" Tanyanya dengan puppy eyes yang sangat mengesankan di mata Saga.

"Hmm," Dehamnya tak menghiraukan Aurora yang masih menatapnya dalam diam. Terjadi keheningan di antara keduanya, Aurora yang masih setia memperhatikan mata elang milik Saga. Dan Saga yang terdiam entah memikirkan apa. "Kenapa?" Tanya Saga saat sadar Aurora masih menatapnya.

"Enggak, cuman baru sadar aja kalo mata lo bagus," Pujinya yang membuat Saga menahan senyumnya untuk mengembang. "Tapi sayang lo jutek banget." Tambahnya yang membuat Saga membuang jauh-jauh pikiran baik tentang Aurora.

Saga membuang muka, yang membuat Aurora gelagapan melihatnya. "Eh bukan gitu maksudnya!"

Saga tak menghiraukannya dia melajukan motornya saat lampu lalulintas berubah warna.

Aurora menghembuskan nafasnya saat melihat Saga yang kembali tak merespon ucapnya. Dia memejamkan matanya menikmati hembusan angin yang menerpa wajah cantiknya. Malam ini adalah malam yang indah di kota Jakarta. Bintang yang bertaburan di langit malam, serta bulan yang terlihat memikat jika dilihat dari tempatnya saat ini.

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang