27. Rasa Nyaman

951 95 10
                                    

H A P P Y R E A D I N G

<• . •>

Hari Minggu adalah hari yang sangat Aurora tunggu daripada hari-hari lain. Tapi berbeda dengan minggu-minggu sebelumnya, dia berharap hari ini segera berlalu dan hari Senin segera datang.

Drrrt

Ponselnya bergetar keningnya berkerut saat melihat nama Dania tertera di sana. Dia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas nakas tanpa rasa curiga sedikitpun.

"Hallo kenapa, Dan?"

"Hallo, Ra. Bukain pintu cepet kita di depan nih!"

"Hah ngapain?"

"Mau nebeng ngerjain tugas nih. Ada Fita sama Gina juga." Layarnya di penuhi oleh wajah ketiga gadis itu.

"Serius?"

"Yaa nggak lah. Mau jenguk lo nih." Ucapnya menunjukkan paper bag besar di tangannya. "Tapi sekali numpang ngerjain tugas." Tambah Dania, yang membuat Aurora geleng-geleng kepala.

"Tunggu bentar!" Ucapnya bergegas keluar dari kamar membukakan pintu untuk ketiga temannya itu.

"Raaa!" Seru Dania, langsung memeluk Aurora sangat kuat sampai-sampai gadis itu sesak nafas karenanya. "Kangen B-G-T."

"Siapa Ra?" Tanya Mira saat melihat Aurora berbincang-bincang dengan seseorang.

"Eh... ini, Mah."

"Kita Tante." Dania masuk begitu saja padahal Aurora belum mempersilahkan mereka untuk masuk. "Tante makin buger aja." Puji Dania.

Mira tersenyum malu menanggapi pujian Dania "Kamu bisa aja, ya udah temen-temennya di suruh masuk dong, Ra!"

"Iya Ma."

Mira meletakkan Jus dan juga piring berisi cemilan ringan di atas meja. Yang tentu saja langsung di sambut dengan antusias oleh Dania.

"Repot-repot, Tan." Kelakar Dania, sembari mencomot makanan dan juga minuman.

"Nggak repot kok, tente justru seneng kalian main kesini Aurora jadi ada temen." Balas Mira. "Ya udah tante tinggal dulu ya?"

"Iya Tan makasih◡ Ucap Dania, Fita, dan juga Gina bersama.

"Kemarin kalian jadi ikut?" Tanya Aurora mulai bertanya.

"Jadi tapi gak seseru kalo lo ikut, Ra. Lu sih pakek acara sakit segala."

"Gue juga gak mau sakit kali, Dan"

"Yaaa... Eh lu tau gak, Ra. Kemarin tuh kak Saga di tempelin mahluk halus." Cerita Dania dengan raut serius. "Gue aja merinding ngeliatnya apa lagi kak Saga, ya kan, Fit?"

"Hah masak sih aku gak liat tuh." Jawab Fita apa adanya.

Memang dari tadi yang bicara hanya Dania dan juga Aurora. Fita hanya menjawab seadanya, dan Gina gadis itu kini sedang menjalankan profesinya sebagai pendengar setia.

Aurora terkekeh saat Dania protes atas respon dari Fita. Dia akui Dania memang menyebalkan jika di abaikan. Tapi gadis itu adalah penghidup suasana di antara mereka. Lihat saja saat ini Dania bahkan berani merecoki Anggina yang sedang sibuk mengerjakan PPT tugas dari Bu Gayatri.

"Sebenernya lo sama kak Saga tuh apa sih, Ra?"

Mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Dania membuat gadis itu menoleh dengan sorot mata bingung. "Gue juga gak tau, Dan."

***

Jam dinding menunjukkan pukul 11.30, tapi Saga justru masih berdiam diri duduk di sofa sambil memperhatikan layar ponselnya. Sang Mama yang memperhatikan gesture berbeda putranya itu terlihat keheran.

Saga yang biasanya terlihat tak berekspresi sedikitpun hari ini seolah berada. Ada raut wajah kesal disana, apa yang terjadi pada anak bungsunya itu. Fina mendekat dan membelai rambut putranya itu.

"Ga."

"Eh kenapa, Ma?"

"Kamu kenapa! Mukanya kok di tekuk gitu?"

"Hah nggak kok, Ma. Perasaan Mama aja kali." Balas putranya itu dengan senyum yang terkesan di buat-buat.

"Udah jujur aja! Kamu tuh gak bisa bohongin Mama."

Saga menghela nafas sudah kalah jika sang Mama sudah berkata demikian. Dia menatap mata Fina yang masih menunggu jawabannya. "Menurut Mama, aneh gak sih kalo Saga mulai suka sama cewek?"

Fina kaget bukan main jarang sekali putranya ini, membahas tentang perasaannya bahkan orang yang dia suka. "Mama tau pasti ada yang gak beres sama kamu. Siapa sih calon mantu mama itu? Kenalin dong." Godanya meledek saga yang mulai galau karena cinta.

"Maa Saga yang nanya duluan." Rengeknya persis seperti anak kecil.

Fina terkekeh. "Iya deh maaf. Menurut Mama wajar sih kamu juga udah dewasa, untuk pacaran itu hal yang wajar. Tapii harus tau batas!"

Saga tersenyum sambil berucap. "Siap."

"Tapi kalo mama, boleh tau apa sih yang bikin kamu suka sama dia?"

"Namanya Aurora, gak ada yang istimewa sih dari dia. Cuman Saga ngerasa kayak selalu ada magnet yang narik Saga untuk perduli."

"Emm gitu?"

"Tapi alasan awalnya karna dia kayak Mama." Ucap Saga yang membuat Fina mematung. "Dia punya prinsip dan sifat yang kuat, galak tapi juga baik."

"Terus-terus dia tau?" Tanya Fina yang di angguki oleh Saga.

"Tau, tapi dia selalu anggep Saga bercanda."

"Sagaa. Cewek emang gitu, mungkin dia mau ngeliat kamu lebih berjuang buat dapetin hatinya."

"Emang gitu?"

"Yaa nggak tau sih!" Kelakanya yang membuat Saga memberengut. "Yee Mama!"

"Ya udah deh," Saga berdiri dari sofa dan membuat Fina mengerutkan keningnya.

"Mau kemana?" Tanyanya heran.

Saga tersenyum senyum yang sangat sulit di lihat olehnya beberapa bulan terakhir ini. "Mau merjuangin mantu Mama. Doain, semuga dia cepet luluh sama Saga."

"SEMANGAT!"

Fina tersenyum menatap kepergian anaknya. "Baru kemarin rasanya mama ngajarin kamu jalan, nggak kerasa sekarang kamu sudah dewasa."

...

Pengen deh punya mamer
Kayak Mama Fina

Follow Instagram
@sagara_darmawangsa
@flodina_ara
@wtr_nat

Dan follow akun ini dwinata22 buat tau perkembangan cerita-cerita ku😊

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang