44. Bidak Dalam Permainan

287 17 1
                                    

HAPPY READING

Maaf baru update😔
Mau cepet-cepet update,
Tapi mood swing banget anaknya😮‍💨
Yah semoga kalian suka
Kasi saran untuk part kali ini ya🤭
Vote juga kalo boleh😁
Maaf kalo ada salah-salah ketik
maupun tanda baca

Yang pasti semoga kalian suka❣️
Bacanya pelan-pelan aja ya
Selamat Membaca💖

Aurora menghembuskan nafas jengah dari pagi Saga tak bisa di hubungi. Dan cowok itu mengingkari janjinya untuk tidak membolos. Dia kecewa, tapi dia butuh cowoknya sekarang ini.

"Ra, ayo kita ke kantin lo belum makan dari tadi." Ajak Fita membujuk sahabatnya itu.

Cewek itu hanya diam dari tadi pagi hanya sibuk mengutak-atik ponselnya. Dia tau Aurora shock dengan kejadian yang menimpanya kali ini Cherry benar-benar keterlaluan.

Dania dan Fita saling tatap melempar isyarat mata. "Jangan gini, Ra! Kita bingung ngomong sesuatu dong!" Pinta Dania menatap sahabatnya itu. "Pulang aja deh ya? Gue teleponin orang rumah lo," Fita mengangguk setuju dengan saran Dania.

"Jangan! Jangan kasih tau orang rumah gue!" Ucap gadis itu tertunduk dalam. Dia takut dan bingung jika dia pulang dan kedua orang tuanya bertanya dia harus jawab apa?

"Ya terus kita harus gimana? Kasih tau, Ra! Biar kita bisa bantu."

"Bisa gak tolong panggil Saga," ucapnya lirih dengan air mata yang jatuh tanpa persetujuannya.

"Bukanya gue gak mau, tapi kak Saga kan gak masuk hari ini."

Aurora mulai terisak dia tak menyangka Saga tak ada di sisinya saat dia dalam keadaan yang tidak baik-baik saja seperti ini.

***

Sepulang sekolah Aurora hanya mengurung dirinya di dalam kamar tak ingin berbicara dengan siapapun. Yang membuat Baskara, dan kedua orang tuanya merasa kebingungan dengan tingkahnya.

Dia menangis sejadi-jadinya sambil menatap layar ponselnya. Ada deretan pesan yang dia kirim pada Saga. Namun nihil cowok itu seolah hilang di telan bumi, buktikan chat nya hanya centang satu warna abu-abu.

"Raa...kenapa woi? Keluar gak lo!" Perintah Baskara dari balik pintu. Cowok itu mengetuk pintunya sudah seperti ibu-ibu yang memergoki suaminya yang tengah selingkuh.

Aurora menghapus airmata nya cepat, menatap cermin yang memperlihatkan wajah sembabnya. Gawat kalau Baskara melihat wajahnya seperti ini. Namun mau bagaimana lagi mau tak mau dia membuka pintu kamarnya.

Dia menunduk menghindari tatapan Baskara. "Kenapa lo?" Tanya abangnya itu dengan alis tertaut. "Habis nangis lo? Di apain Saga?" Tanya Baskara asal menuduh saat sadar adiknya itu habis menangis.

"Apaan sih, Bang." Kesal gadis itu.

"Lo habis nangis kan?" Tanya Baskara lagi mengangkat wajah adiknya itu untuk melihat lebih jelas wajah adiknya itu. "Siapa Ra?"

Bukan jawaban dari pertanyaannya yang dia dapat. Melainkan Aurora yang menangis di dalam dekapannya. Dia terdiam tak memaksa adiknya itu untuk bicara lagi. Dia membelai surai hitam milik adiknya itu memberi ketenangan.

"Cerita kalo lo mau, Ra." Ucap Baskara lembut.

"E-e-e... Bas kamu ngapain adik kamu?" Tanya Mira dengan raut wajah kesalnya. Menarik Aurora kedalam pelukannya. "Kamu di apain Abang kamu? Biar Mama kasih paham!" Mamanya itu menatapnya tajam yang membuat Baskara ciut.

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang