Narael sudah 15 menit mondar-mandir di depan kamar Erina. Ia ragu untuk mengetuk pintu kamar perempuan itu. Ada perasaan takut dan gugup, tapi pada akhirnya Narael memberanikan mengetuk pintu kamar Erina untuk mengajak perempuan itu makan malam, "Erina" seru Narael dari luar
Erinaa yang dipanggil tidak perlu waktu lama membuka pintu kamarnya, "Gue ada sisa makan malam, lo mau?" ucap Narael ketika ia membukakan pintu
Erina merotasikan bola matanya, laki-laki ini berpikir apa memberikan Erina makanan sisa. Itu benar-benar merusak harga dirinya sebagai manusia, "Gue bisa masak sendiri, lo bisa habisin makanan SISA lo itu."
Narael menyadari ucapannya salah langsung menahan tangan Erina yang hendak menutup pintu, "Bukan sisa, gue sengaja buat makanan malam buat lo juga."
Erina masih belum terlihat menerima ajakan Narael yang tiba-tiba, Narael terlalu mencurigakan.
"Lo mau ngapain sih?"
"Gue mau ngomong sesuatu"
"Kayanya gak ada hal yang kita bicarain. Narael, ingat kesepakatan kita buat saling mengabaikan."
"Er, kali ini doang" ucap Narael agak memelas
Melihat Narael agak memelas dan memohon padanya Erina menurunkan sedikit egonya.
"Gue harap yang lo bicarain penting, kalau nggak gue pukul lo"
Walau ancaman Erina agak menakutkan, namun Narael tetap membawa membawanya ke meja makan. Makanan yang Narael sebut makanan sisas disajikan di meja makan jauh dari kata sisa. Erina rasa, Narael memang sengaja membuatnya kesal dengan merendahkan dirinya.
"Serius lo yang masak?"
"Lo gak bisa nemuin makanan kaya gini di restoran mana pun"
Erina menarik kursi dan mengambil beberapa lauk ke piringnya, di suapan pertama Erina sampai menutup mulut.
Erina menatap penuh selidik pada Narael, "Beneran masakan lo?" ucap Erina
"Gak percayaan banget lo? Enak kan masakan gue" ucap Narael memuji dirinya sendiri
"Lumayan"
"Lumayan doang?"
"Terus?"
Narael berdecak, "Emang gak bisa diharapkan"
"Siapa yang suruh lo berharap ke gue?"
Sudahlah Narael benci jika harus beradu argumen tidak penting Erina, perempuan itu selalu 1001 cara yang membuatnya kalah.
"Kita akan tinggal satu rumah untuk satu bulan ke depan, kayanya kita perlu membagi tanggung jawab untuk urusan rumah" ucap Erina di sela-sela makannya
Narael mengangguk, "Ide bagus. Bagaimana pembagiannya?"
Erina diam sambil berpikir, "Menurut lo gimana?"
Narael melipat tangannya di dada sambil menatap ke atas, ia juga berpikir tentang bagaimana pembagian tanggung jawab pekerjaan rumah antaranya dan Erina.