Erina menghela nafas lega karena Alana baik-baik saja dan bersama orang yang ia percaya. Erina sejak awal tidak diam saja, ia juga berusaha mencari keberadaan adiknya. Erina seyakin itu bahwa kaburnya Alana bukan karena keputusan impulsif adiknya.
"Erina"
Erina terperanjat ketika namanya dipanggil oleh Narael, "O-oh kenapa?" jawab Erina agak tergagap
Narael memandang aneh pada Erina yang tiba-tiba terkejut, "Lo kenapa?"
Erina menggeleng, "Lo udah beres?"
Narael mengangguk, "Taksi udah nunggu di bawah"
Erina mengangguk, Ia dan Narael akan pulang ke tanah air hari ini. Liburan mereka yang agak chaos dan unpredictable sudah usai. Baik Narael dan Erina sudah waktunya untuk kembali. Namun wajah pucat Narael menarik atensi Erina sebelum mereka keluar dari kamar hotel. Ia menempelkan punggung tangannya ke dahi dan pipi Narael.
"Lo demam?"
"Kayanya, habis balik kemarin gue agak pusing"
Erina berdecak, "Lo masih kuat pulang sekarang? Perjalanan kita jauh banget lho Na"
"Gue gak selemah itu, entaran juga sembuh" ucap Narael
Dilihat bagaimana Narael masih bisa ngotot menjawab Erina, sepertinya benar jika Narael masih cukup sehat untuk bisa melewati perjalanan jauh mereka.
"Gue gak tanggung jawab kalau lo ambruk" jawab Erina
"Gak akan"
"Padahal kalau lo bilang gak kuat juga gak masalah" ucap Erina
"Gue gak apa-apa Er, cepetan taksi udah nunggu dari tadi"
Perdebatan alot mengenai kondisi Narael berakhir Narael yang tetap memilih tetap pulang hari itu. Siapapun yang melihat Narael pasti punya penilaian yang sama dengan Erina, jika Narael sedang tidak sehat secara fisik. Dahi dan pipi Narael bukan sekedar hangat namun terasa sangat panas, bahkan hembusan nafas laki-laki itu terasa panas juga ketika tidak sengaja terhembus mengenai punggung tangan Erina.
"Kalau lo gak enak badan bilang aja"
"Er!" Seru Narael yang mulai jengah dengan obrolan mereka
"Gue serius"
"Lo bukan dokter Er"
Erina hanya diam dan ia melangkah lebih dulu sambil menarik kopernya, "cepetan, lo bilang taksi udah nunggu dari tadi"
***
Perjalanan pulang Erina dan Narael terbilang cukup tenang, tidak ada cekcok seperti ketika mereka berangkat. Ini karena sang pembuat onar, hanya diam sepanjang hari sambil menutup matanya.
Erina tahu jelas jika kondisi Narael tidak baik-baik saja, namun Narael tetap mengatakan ia baik-baik saja dan hanya perlu istirahat. Tapi kondisinya jauh berbanding terbalik dengan Narael ucapkan. Narael terlihat berkeringat dan mengigil.