Narael terus menggulir layar ponselnya setelah mendapat link berita viral mengenai Erina dari Hiro. Ia membaca sat persatu komentar dari berita viralnya Erina. Hampir semua pujian, namun sebagian kecil mengetik ucapan kebencian dan keraguan pada Erina."NARAEL!"
Narael terperanjat mendengar teriakan Erina yang melengking. Handphone yang berada di tangannya pun hampir saja terlepas.
"Apa sih lo teriak -teriak" protes Narael
"Masakan lo mau gosong" ucap Erina sambil mematikan kompor
Narael terbelalakan matanya melihat masakan yang hampir gosong. Ia segera mengangkat pan dari kompor.
"Lo ngapain sih main hp sambil masak. Lepas dulu kek itu hp lo"
Erina terus mengomeli Narael yang teledor dan hampir menyebabkan makan malam mereka hampir gagal. Ia mengambil handphone milik Narael dan melihat apa yang sejak tadi menarik perhatian Narael.
"Lo viral di sosial media. Heran banget pada muji lo segala. Mana netizen pada ganjen" Ucap Narael ketus
Erina cukup terkejut melihat dirinya tiba-tiba terkenal karena aksinya menolong korban kecelakaan tadi siang. Namun, Erina hanya menunjukan senyum tipisnya setelah membaca banyak komentar pujian.
"Dih kenapa senyum-senyum lo" semprot Narael
"Kenapa sih lo iri dengki banget sama gue. Ya terserah gue lah, dipuji cantik dan baik masa gue marah" jawab Erina sinis
"Belum kenal aslinya tuh mereka, aslinya lo kaya ibu tiri" ucap Narael
"Lo gak suka banget gue dipuji. Akuin aja kenapa sih. Cepetan deh siapin makannya gue laper banget!" jawab Erina yang sudah kesal
Erina melangkah dulu menuju meja makan, meninggalkan Narael yang tengah menyiapkan makan malam.
"Jadi lo bukan dokter bohongan?" Tanya Narael sembari meletakan hidangan makan malam.
Erina merotasikan matanya, ia sudah bosan mendengar pertanyaan itu. Entah mengapa Narael sulit mempercayai jika dia memang seorang dokter.
"Ngapain sih gue bohong. Kenapa juga itu penting buat lo?"