Erina mengakui bahwa di benar-benar kelelahan kemarin sampai membuatnya terbangun agak kesiangan dari jam biasanya. Matahari sudah mulai terik dan ketika Erina mengecek ponselnya ia melihat jam menunjukan pukul 09:17. Narael pun masih terlihat pulas tertidur.
Erina segera turun menuju dapur untuk membuat sarapan seperti biasanya. Ruang tengah tampak sepi, namun dari dapur terdengar suara gaduh. Ketika Erina hampiri, disana asa Felisha yang sibuk dengan urusannya dan kelihatan terbiasa berada di dapur Narael ini.
Menyadari kehadiran Erina disana, Felisha memberikan tatapan penuh kesinisan pada istri Narael itu.
"Ini udah jam sembilan lewat, tapi lo baru bangun. Gue kasian banget sama Narael harus nikah sama orang pemalas" ucap Felisha yang tampak berani melawan Erina
Erina menumpukan tangannya dan mencodongkan tubuhnya pada Felisha"Bukan urusan lo! Laki gue juga gak protes, lo orang luar gak usah komen. Harusnya ngaca ngapain lo di rumah cowok lain padahal udah punya suami" balas Erina
Felisha tersenyum sinis membalas Erina, "Narael bukan cowok lain, dia sahabat gue. Gue kenal dia jauh sebelum lo dan gue tau segalanya tentang Narael."
"Oh ya? Lo tau gak Narael punya tanda lahir di punggungnya? Lo pasti gak tau kan." Goda Erina
Felisha pikir ia bisa membuat Erina tidak berdaya karena Erina orang baru dihidup Narael. Semakin lama Erina yakin bahwa Felisha adalah akar masalah ini terjadi.
"Lo apain Narael?"
"Pertanyaan aneh. Gue istrinya, jadi menurut lo gue ngapain?"
Bibir Felisha bergetar, terlihat sedang menahan emosi karena balasan Erina. Sebelum sempat pertikaian antara dua perempuan ini berlanjut, Narael hadir diantara mereka.
"Kalian bicarain apa?" Tanya Narael dengan ekspresi datarnya
Felisha menunjukan senyum simpulnya, "Bukan hal penting. Aku cuman ngobrol biasa supaya bisa lebih dekat sama Erina"
Erina merotasikan matanya, hebat sekali wanita ini bersandiwara.
Narael mengalihkan pandangannya pada Erina yang hanya diam, "Kenapa gak bangunin gue?"
"Males. Bisa bangun sendiri juga lagian" itu yang ingin Erina ucapkan pada Narael.
"Gak tega Na, kita kan baru tidur jam 3." Ucap Erina dengan berakting melas pada Narael.
Narael tiba-tiba merinding sebadan-badan. Ia langsung menempelkan telapak tangannya di kening Erina. Memastikan jika wanita ini sedang tidak gila.
"Lo sakit?"
"Aku sedikit pusing sih. Tapi gak apa-apa" ucap Erina sambil menurunkan tangan Narael dari keningnya. Erina dengan ide cemerlangnya menelusup memeluk Narael. Kepalanya ia sandarkan ke dada Narael sambil menatap ke arah Felisha.