Lima orang gadis terduduk di atas karpet bulu tebal yang sejak tadi menjadi alas mereka bermain, mereka ingin menghabiskan waktu lebih lama disana meski teman-temannya telah pulang lebih dulu. Yap, kelima gadis itu adalah Jennie, Joy, Rose, Irene dan Yeri si pemilik studio.
Mereka diterpa keheningan selama beberapa menit, tak ada yang berani memulai pembicaraan. Jangan lupakan rasa tidak nyaman Yeri dan Rose setelah pembicaraan dengan Limario siang tadi, mereka merasa bersalah pada Jennie dan sedang menanti apa yang akan sahabatnya ucapkan kemudian. Yang pasti, mereka yakin Jennie tak akan marah. Hehe
"Haaah.. aku ngerti perasaan kamu Ocie. Senasib banget ya kita" ucap Irene, ia menghela nafas berat
"Bukan cuma kalian berdua, gw juga kali" timpah Jennie tersenyum kecut
Yeri, Joy dan Rose saling bertukar pandang. Mereka takut salah bicara.
"Tapi lu beda Jen.. Limario, nggak terikat perasaan sama siapapun.. mungkin sih" kata Irene ragu-ragu, kemudian mereka terkekeh. Namun bulir-bulir kecil air merembes keluar dari mata dua gadis cantik itu. Mereka menangis.
"Aduh.. gimana nih. Duh.." Yeri gelagapan, Joy sama paniknya ditambah Rose yang malah ikut bergabung dengan Jennie dan Irene. Rasanya mereka sedang berada di club patah hati sekarang.
"Joy! Hibur kek.. ah lu mah. Gimana nih mereka malah nangis berjamaah tuh" tunjuk Yeri pada tiga gadis yang kini saling berpelukan sambil terisak. Joy kelimpungan, ia berpikir apa yang harus ia lakukan.
Ketika dia yang kau cinta mencintai yang lain
Betapa dalamnya terluka hati ku
Dan bagaimanakah ku harus meyakinkan diriku
Saat ku dengar suara mu
Ku tak mampu pergi..Mendengar Joy yang tiba-tiba bernyanyi, bukannya mereda mereka semakin terisak. Tidak, suara Joy tidak buruk sama sekali malah sangat sopan didengar. Namun lagunya sungguh menyesakkan perasaan ketiga gadis itu. Yeri menganga tak percaya, diantara sekian banyak lagu, kenapa harus lagi itu? Ah Joy sungguh tak berperasaan.
"Yer, mereka butuh pelampiasan buat keluarin perasaannya. Jangan kesel dulu sama gw!" Potong Joy melihat Yeri yang hendak menghantam dirinya dengan bantal.
Sejenak Yeri diam, ia mencerna ucapan Joy ada benarnya juga. Tidak baik memendam kesedihan bukan? Dengan cekatan ia bangkit dan mengambil gitar di ruang editing dan memberikannya pada Joy. Paham dengan isyarat sahabatnya itu, Joy melanjutkan bernyanyi dengan diiringi petikan gitar. Yeri juga ikut mengiringi nyanyian Joy dengan suara emasnya, mereka bernyanyi untuk ketiga gadis remaja yang hatinya terluka.
"ku kira dia demen, taunya cuma dianggap temen hiks hikss" celoteh Rose
"a-aku mau cerita, tapi Joy sama Yeri jangan berenti nyanyinya ya. Suara kalian bagus" pinta Rose tiba-tiba, Joy dan Yeri menurut saja. Anggap saja ia sedang melakukan amal menjadi backsound kegalauan sang sahabat :)"Hiks hiks.. cerita aja Ocie.. hiks kita dengerin sampe selesai" ucap Jennie dan Irene, gadis itu mengangguk. 2 pasang mata lainnya hanya memperhatikan mereka bertiga dengan nyanyian yang masih mengalun
Rose POV
Dua hari setelah Yeri menunjukkan foto Jisoo dan Krystal malam Minggu kemarin di rumah Jennie, aku tak menghiraukan Jisoo sama sekali. Laki-laki itu mengirimi ku banyak pesan, biasanya aku sangat senang mendapat pesan darinya hingga berjam-jam saling berbalasan atau bahkan melakukan panggilan telepon. Tapi kali ini berbeda, hati ku sakit.
Di sekolah aku juga sebisa mungkin menghindari segala kemungkinan untuk bertemu dengannya, seperti tetap diam di kelas, sembunyi di perpustakaan, uks dan toilet setiap aku melihat bayang-bayang laki-laki itu dari kejauhan. Aku ingin menjauh darinya secara alami, tentu saja karena tak ingin ia membaca perasaan ku. Gengsi tahu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Meet Again!
FanfictionLight story. Gender Bender. Main Cast : BlackVelvet Boleh langsung aja. Terimakasih untuk kesediaan baca, beri vote dan komen :) kalo berkenan tolong baca cerita yang lainnya juga ya.. hehe Semua gambar diunduh dari pinterest