d e l a p a n b e l a s

348 29 0
                                    

Ke-9 remaja itu baru saja tiba di Kota Kembang, tepatnya di kediaman Limario daerah Ciwidey - Bandung Barat. Setelah kira-kira menghabiskan waktu tempuh 8 jam, akhirnya mereka tiba dengan selamat. Cukup lama bukan? Yap, selain diterpa kemacetan akhir minggu, masa-masa akhir tahun dengan suasana Natal dan tahun baru serta masa libur sekolah membuat arus perjalan semakin memadat sebab kebanyakan orang juga memilih liburan atau sekedar pulang kampung.

Dengan lelah para laki-laki menurunkan koper satu per satu begitu keluar dari mobil, kecuali Limario yang bergegas menuju ambang pintu dan membukanya mempersilahkan teman-temannya masuk. Seperti rumah-rumah tradisional pada umumnya, kediaman Limario sungguh asri. Rumah yang sederhana namun luas, khas rumah joglo. Sekeliling rumahnya penuh dengan pepohonan rindang, menambah hawa sejuk segar, halaman rumah cukup lapang yang bisa menampung 2-3 unit mobil membuat Jisoo leluasa parkir disana. Oh jangan lupakan bunga-bunga yang tersusun rapi di pot, bunga aster putih dan kuning kesukaan si pemilik rumah. Yap, laki-laki itu menyukai bunga.

Dengan sigap, Limario menyiapkan minuman untuk teman-temannya. Membawa sebuah ceret besar berisi teh tawar panas aroma melati lengkap dengan set cangkirnya, dan beberapa piring gorengan yang masih hangat lengkap pula dengan saus bumbu kacang. Seorang pengurus rumah telah menyiapkannya untuk para remaja itu, Limario hanya menyajikan saja.

"Aaahhh enak banget ya tuhan" ucap Jisoo setelah menyeruput teh hangatnya sambil berselonjor kaki di ruang tamu.

"Uummhh enak banget ini goreng pisangnya, crunchy gini. Manis banget lagi" sahut Wendy dengan sedikit menggeleng kepala, ia benar-benar menyukai makanan kampung itu.

"Lucu ya bentuknya, kaya kipas" celetuk Yeri sambil mencomot sedikit dari tangan Wendy

"Iya, kalo kalian beli gorengan di jalan itu namanya pisang kipas. Digorengnya sengaja kaya gitu" ucap Limario tersenyum

"Kalo ini apa Lim?" Tanya Seulgi, ia mencomot sebuah gorengan berbentuk bulat

"Oh itu namanya obi-obi, dibikin dari ubi jalar. Kalau orang Sunda nyebutnya 'boled', cobain Seul ada isiannya itu. Enak loh" jawab Limario antusias, ia juga memakannya sebutir

"Mmmh?? Apa ini? Gula merah ya? Melting banget. Enak" tanya Seulgi, ia baru pertama kali mencoba makanan itu. Limario mengangguk

"Mangga atuh sadayana, dileueut. Haneut keneh. Sok dicobian" tutur Limario dalam bahasa Sunda, membuat mereka semua menatapnya tak mengerti. Limario terkekeh
"Ayo dimakan, masih anget. Cobain" sambungnya

"Rio, kalo ini apa?" Jennie bertanya, ia menunjuk sebiji gorengan berbentuk oval berwarna kecoklatan.

"Kalo itu namanya Combro, Jennie. Oncom di Jero. Artinya, ada oncom di dalamnya. Kalo obi-obi dibikin dari ubi jalar dan rasanya manis, combro dibikin dari ubi kayu atau singkong. Rasanya asin. Cobain deh, enak loh. Ada pedes-pedesnya juga, kalo kurang pedes bisa dicocol sama saus kacang itu" jelas Limario.

Dengan ragu-ragu Jennie mulai mencobanya dan ia terkejut, rasanya sungguh enak! Cocok sekali dengan seleranya, ia menyukai makanan itu! (Imagine aja Jennie suka combro ya gais wkwkwk 🤣🤣🤣)

Lalu, bagaimana dengan gadis-gadis lainnya? Mereka juga menikmati makanan sederhana ala kampung itu, terutama Rose yang entah berapa buah yang ia nikmati sejak duduk beberapa menit yang lalu. Menurut Rose, camilan Sunda adalah yang terbaik. Terutama seblak, seperti toppoki makanan itu juga jadi favoritnya.

Rose memang tak asing dengan makanan seperti ini, tak seperti gadis-gadis lainnya yang memang sangat jarang jajan street food bahkan tak mengenal apa itu gorengan. Baru kali ini mereka mencicipi rasanya, dan ternyata enak juga. Seperti Wendy, Jisoo dan Seulgi mereka tak asing dengan gorengan namun beberapa baru mereka coba hari ini.

Let's Meet Again!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang