Let's Meet Again!

t i g a p u lu h - epilog 1 -

Entah untuk ke sekian kali ia menghela nafas panjang, kedua matanya tetap terpejam meski wajahnya mengahadap ke udara. Si cantik itu beruntung sebab rindangnya dedaunan pohon besar di dekatnya dapat menghalau hantaman sinar matahari ke wajahnya, dan seperti biasanya udara hari ini pun amat terik hingga terasa membakar. Sungguh khas udara di puncak musim panas, di tambah dengan padatnya populasi berbagai rupa di Ibu Kota. Ya, begitulah Jakarta yang akhir-akhir ini ia rasakan.  

Jennie Kim, si remaja cantik yang kini menjelma menjadi gadis dewasa yang matang juga rupawan tengah menikmati waktu senggang singkatnya di tempat yang menjadi saksinya berbalas kasih dengan laki-laki itu. Laki-laki yang hingga detik ini dan mungkin seterusnya memagar hatinya, laki-laki yang hingga detik ini tak juga ia ketahui keberadaannya. Bohong jika ia tak pernah merasa nyaris kehilangan kesabaran, nyatanya menunggu tanpa kepastian sangat melelahkan. 

8 tahun sudah sejak Limario menghilang begitu saja, meski laki-laki itu sempat memberinya aba-aba tetap saja ia tak bisa. Munafik rasanya jika Jennie mengaku-ngaku baik-baik saja, ia telah berusaha mengerti, berusaha mengikhlaskan, namun sekalipun hatinya tak pernah rela. Lebih dari apapun Jennie ingin Limario selalu berada disisinya, menghilangnya laki-laki itu diam-diam membuatnya patah. 

Namun bukan Jennie namanya jika mudah menyerah, hanya dengan memegang kata-kata lelaki remaja yang saat itu dimabuk cinta ia benar-benar tak membuka hatinya pada siapa pun yang datang menyapa. Terdengar konyol memang, namun Jennie tak pernah ragu Limario akan mengkhianatinya. Justru yang ia mulai takuti adalah dirinya sendiri, sampai kapan ia masih akan mempercayai perasaan ini? 

Bukankah ini sudah cukup lama kau bersembunyi?

Tes!

Setetes air mata lolos di sudut mata kucingnya, buru-buru Jennie menghapusnya kasar. Sekali lagi ia membuang nafas panjang sebelum bangkit, sejenak ia menoleh pada kursi taman yang baru saja ia duduki dan tersenyum tipis.

"sampe sekarang kamu bahkan gatau, sebenarnya first kiss kita bukan disini" 

Jennie terkekeh geli kemudian pergi, sudah cukup ia habiskan 30 menit dari jam istirahatnya di taman ini dan segera kembali ke tempatnya bekerja. Rumah Sakit.

Jennie berhasil meraih impiannya menjadi seorang dokter, ia baru saja menyelesaikan masa internship nya satu tahun yang lalu dan kemudian resmi bertugas sebagai dokter umum di bangsal UGD Rumah Sakit milik keluarga Kim. Ya, Jennie bekerja di Rumah Sakit milik sang kakek dan meniti karirnya dari bawah. Ia tak berminat terjun ke dalam sistem manajemen rumah sakit, ia hanya ingin menjadi dokter. Benar-benar tipikal anak orang kaya yang melakukan yang ia suka, lagipula apalagi yang ia cari? Materi? ia tak pernah kekurangan, jabatan? Jennie tak merasa cocok untuk itu dengan statusnya saat ini, jadi ia memutuskan untuk mulai meniti karirnya tanpa peduli nominal slip gaji hehehe (becanda yaaa..😂)

Ia benar-benar menikmati pekerjaannya saat ini, menjadi dokter umum di bangsal UGD artinya menjadi dokter yang memberi pertolongan pertama pada pasien. Dokter siaga 24 jam, sungguh tantangan luar biasa untuknya. Butuh kejelian, ketangkasan dan efektivitas dalam menganalisis kondisi pasien dengan waktu terbatas. Sejauh yang ia jalani, Jennie tak pernah membuat kesalahan dan itu cukup membuatnya merasa bangga dan semakin terpacu untuk menjadi lebih tinggi. Buktinya, di tahun ini Jennie mulai melanjutkan pendidikan profesi pasca sarjana dengan speasialis onkologi sebagai pilihannya. 

Salah satu yang memagari hatinya tetap terlindungi adalah kesibukan yang ia jalani, sejak menjadi mahasiswa kedokteran 8 tahun yang lalu Jennie dengan sengaja menenggelamkan diri pada buku-buku tentang medis, menjadikan mereka dunia keduanya - setelah Limario. Ah, lagi-lagi Limario! percayalah, tak sekalipun Jennie berniat mengeluarkan laki-laki itu dari logika dan cintanya!