t i g a p u l u h s a t u - epilog, finale -

642 32 4
                                    

Srek..

Srekk..

Srekkk..

Seseorang tengah sibuk mengeluarkan satu per satu isi dari tumpukan box yang tergeletak di lantai, dengan hati-hati ia mulai menyortirnya sesuai kelompok. Tak jarang ia juga bolak-balik menuju dapur, ruang makan, dan mulai menata seisi rumah sebisanya. Sesekali ia bersenandung riang, terlebih saat ini ketika ia menatap lekat sebuah potret yang baru saja dipajangnya di dinding ruang tamu, ruangan pertama jika seseorang berkunjung kesana potret itu akan terpampang jelas dan siapapun bisa menebak bahwa yang terekam disana adalah si tuan rumah.

"Uh cakep banget" ucapnya dengan senyum penuh yang tak sirna

Ia kembali berkemas menyelesaikan sisanya, mengumpulkan box yang tak lagi terpakai dan membuang yang sekiranya sama sekali tak lagi berguna. Lalu ia bergegas pergi ke kamar mandi, sedikit bergerak saja membuatnya mudah berkeringat akhir-akhir ini dan berendam di dalam air dingin akan cukup menyegarkan tubuhnya.

Ia berjalan perlahan sambil melucuti pakaiannya, membiarkannya berserakan di lantai. Tak lupa ia juga menyetel musik klasik untuk menemaninya selama berendam, sebuah kebiasaan yang selalu ia lakukan sejak mulai tinggal sendiri dan kini kebiasaan itu masih berlanjut.

"Haaahh" ia menghela nafas lega, tubuhnya merasa rileks begitu menyentuh air.

Ia bersenandung mengikuti alunan musik yang bergema, matanya terpejam sementara jari-jari kakinya menjentik membuat air dalam bath up terciprat keluar. Ia benar-benar menikmati momen santainya sendiri, sampai-sampai ia tak sadar jika seseorang tengah berjalan ke arahnya dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Sayang"

Suara berat orang itu sedikit mengejutkannya, membuat ia sontak membuka mata. Namun belum sempat ia membalas, orang itu membungkamnya dengan ciuman panjang.

Byurrr

Entah berapa ribu tetes air yang meluap dari bath up ketika orang itu ikut bergabung berendam bersamanya, tanpa melepas pagutan bibir mereka orang itu berhasil menguasai dirinya dalam sekejap.

"Eunghhh.. lilii-hh" ia melenguh panjang

Chuph

Chuph chuph

Chuph chuph chuph

Bertubi-tubi kecupan kecil ia terima dari orang yang ia sebut "Lili", menutup kegiatan panas singkat mereka.

Benar, orang itu adalah Limario Manoban yang beberapa bulan lalu resmi menjadikan ia istrinya. Jennie Kim, si wanita cantik yang seharian ini sibuk menata ulang rumah mereka.

"Ish! Kamu kebiasaan! Suka nyerang tiba-tiba!" Ia geram dan memukul-mukul bahu Limario pelan.

Bukan merasa sakit, Limario hanya tertawa dan kembali merekatkan dirinya pada sang istri. Entah bagaimana caranya, ia membuat Jennie duduk di pangkuannya.

"Lagian kamu siap-siap aja tuh" balas Limario sambil menyeringai, ia kembali menghujami wajah kesal Jennie dengan ciuman

"Stop!" Tahan Jennie sambil menutup mulut suaminya dengan kedua tangan

Limario masih menyeringai, tangannya tak diam. Ia mengelus punggung polos istri cantiknya, bibirnya lekas menciumi telapak tangan Jennie yang menutupnya.

"Sayang ih diem dulu!" Jennie sebal, namun reaksi tubuhnya bertolak belakang. Mengikis jarak yang semakin menipis.

"Sekali lagi sayang, janji"

Let's Meet Again!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang