Seperti permainan takdir
Entah karena apa dan bagaimana
Aku merasa mengenal kamu lebih dekat~ author
Selepas Shandy meninggalkan supermarket tempat Fenly bekerja kini dia bingung harus kemana, dia tidak mungkin pergi ke rumah Ricky karena tidak ingin mendengar ceramah dari temannya yang satu itu. Shandy bisa saja pergi ke rumah Gilang atau Farhan tapi mereka yang sudah mengerti permasalahan Shandy dengan orangtuanya pasti bertanya ini dan itu, dan untuk malam ini Shandy sedang tidak ingin membahas apapun yang berkaitan dengan keluarganya.
Sudah cukup dia berkendara tanpa tujuan, ia menghentikan motor miliknya disebuah halte bus yang tampak sepi, memang siapa yang mau naik bus malam malam seperti ini? Shandy menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi halte, dia benar benar bingung harus pergi kemana, apa dia menginap di hotel saja? Atau dia mencari alasan lain agar bisa menginap di rumah salah satu temannya? Sungguh Shandy lebih suka berfikir untuk ujian ekonomi daripada memikirkan hal semacam ini.
" Kak Shandy... " Tanya seseorang yang entah muncul dari mana, Shandy menoleh ke sumber suara dan mendapati Fenly yang kini mendekatinya. Permainkan takdir macam apa ini? Bisa bisanya dia sudah berkendara beberapa jam tanpa tujuan dan kembali bertemu dengan Fenly.
" Eh... Iya, maksudnya kenapa? Eh... " Shandy mengacak rambutnya sekilas dia jadi bingung harus mengatakan apa pada Fenly padahal Fenly hanya memanggil namanya saja
" Udah malem gini Lo mau kemana kak? " Pertanyaan Fenly seperti soal jebakan pada ujian matematika dia tidak pernah belajar materi itu dan berharap tidak muncul dalam ujian tapi saat membaca soal materi itu muncul.
" Gue juga ngga tahu mau kemana, kalau pulang gue takut diomelin mama, Taulah ibu ibu gimana kalau anaknya pulang telat " kata Shandy berbohong tapi saat mendengar alasan Shandy Fenly langsung terkekeh
" Kenapa Lo ketawa? Ada yang lucu? "
" Ehh... Engga kak maaf " Fenly langsung menyudahi tawanya setelah Shandy mengatakan itu, mendengar cerita teman-temannya tentang Shandy membuat Fenly sedikit takut dengan kakak kelasnya ini.
" Kalau Lo mau, Lo bisa nginep di rumah gue malam ini kak " tawar Fenly ramah
" Boleh? "
" Ya boleh dong kak, lagian gue tinggal sendirian jadi mau ngga? "
Shandy mengangguk setuju, ya daripada dia harus menginap di hotel atau ke rumah temannya yang lain dan mendapat ceramah atau dituntut bercerita mungkin menginap di rumah Fenly adalah pilihan yang jauh lebih baik.
Setelah melewati beberapa gang yang menurut Shandy cukup sempit, ia bahkan sempat berfikir apakah mobil bisa melewati gang ini? Lalu bagaimana mereka memarkirkan mobil milik mereka jika jalan ini saja hanya bisa dilewati oleh motor, sepeda, pejalan kaki dan jika memungkinkan becak. Shandy masih setia mengikuti Fenly hingga mereka sampai disebuah rumah yang jauh dari kata mewah, Shandy menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan yang Fenly tuju adalah sebuah rumah.
" Motor Lo parkir disitu aja kak! Aman kok " kata Fenly yang dijawab anggukan kepala oleh Shandy, sepertinya Shandy masih menganalisa apa yang ia lihat saat ini.
" Masuk kak... Anggap aja rumah sendiri " kata Fenly ramah, andai Fenly tahu jika rumah miliknya ini tidak mungkin Shandy anggap rumahnya sendiri dan tentunya kalian sudah tahu alasannya apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled || UN1TY
Teen FictionUntitled || Un1ty Hasil pemikiran random dari @SaidahSitatiZ (Sayyy) @elen_rue (Ellen_Rue) Tak banyak kata yang dapat digunakan untuk menggambarkan Dia Dia adalah paragraf acak yang sempurna Dia adalah sajak puisi penuh makna Dia skenario Tuhan...