15. Bingung

127 30 79
                                    

"Pikir aja sendiri"
Satu kalimat itu berhasil membuat pemuda yang mendengarnya kebingungan

~Author

Tok tok tok! Pintu kamar Shandy diketuk yang membuat Shandy menghentikan nyanyiannya dan melangkah menuju pintu tersebut.

"Ada apa bi?" Tanya Shandy setelah membuka pintu dan mendapati bi Siti yang berdiri di sana.

"Mau makan malam apa mas?" Tanya bi Siti karena barangkali ada menu yang diinginkan oleh Shandy.

"Mau makan apa Fen?" Tanya Shandy pada Fenly yang masih setia duduk di kasur dan memegang gitar.

"Apa aja yang ada kak atau mau aku aja yang masak?" Tawar Fenly.

"Engga engga gue ngga izinin" kata Shandy kemudian ia lanjut mengobrol dengan bi Siti. Entah apa yang sedang ia inginkan sampai diskusinya dengan bi Siti sedikit lama.

Ting! Satu notifikasi terdengar dari hp Fenly. Ia pun segera mengambilnya dan membuka pesan yang masuk itu.  Terkejut? Tentu saja. Itu pesan dari bosnya yang mengatakan bahwa mulai hari ini ia tidak perlu datang ke supermarket untuk bekerja lagi. Dipecat? Satu kata yang tidak pernah terlintas dalam otak dan benaknya. Bagaimana kehidupannya setelah ini? Bagaimana jika Shandy tau ia dipecat?

"Kenapa Fen?" Tanya Shandy ketika kembali dan mendapati Fenly yang terlihat seperti gelisah.

Duh kak Shan ga boleh tau, batin Fenly. Kemudian dia mencoba menetralkan wajahnya dan menjawab pertanyaan Shandy, "ngga papa kak cuma itu hari ini ada pr ngga ya.. aku belum tanya Aji"

"Rajin banget sih Fen.. ya udah tanya sana" Fenly pun mengangguk tanda memenuhi ucapan Shandy.

Setelah menghubungi Fajri dan mendapat kabar bahwa hari ini ada tugas matematika, Fenly pun segera membongkar isi tasnya dan mengeluarkan buku kesayangannya itu. Bahkan ia meninggalkan Shandy dan juga gitar yang tadi sempat membuatnya antusias. Sekarang justru ia hanya fokus pada rumus matematika yang ada di hadapannya. Berbeda dengan Shandy yang saat ini hanya sibuk melihat Fenly.

"Turun.. makan malam dulu" kata Shandy yang sudah berdiri di samping Fenly. Bahkan ia juga menutup buku Fenly agar pemuda tersebut berhenti dari kegiatan belajarnya.

"Nanggung kak" rengek Fenly yang masih mencoba membuka buku yang sudah jelas di atasnya terdapat tangan Shandy.

"Fen.." baiklah, kali ini Shandy sudah memasang wajah serius jadi mau tidak mau Fenly pun beranjak dari kursi dan berjalan menuju ruang makan.

Selesai makan, Fenly kembali mengerjakan tugasnya yang tadi sempat tertunda dengan Shandy yang masih setia menunggunya hingga selesai. Ia bernyanyi sambil memetik gitarnya asal-asalan. Sebenarnya hal itu ia lakukan hanya untuk mengganggu konsentrasi Fenly. Akan tetapi sepertinya itu tidak berpengaruh apapun karena Fenly tetap saja fokus pada tugasnya.

Pagi ini berjalan seperti biasa. Baik Shandy maupun Fenly sama-sama bersiap untuk berangkat sekolah. Awalnya Shandy meminta Fenly untuk tidak pergi ke sekolah karena lukanya yang belum benar-benar sembuh tapi Fenly menolak dengan alasan itu hanya lebam biasa yang tidak akan menggangu aktivitas belajarnya.

"Woy Shan selamat pagi" sapa Farhan pagi ini ketika Shandy baru saja melangkah untuk masuk ke dalam kelasnya. Shandy yang heran dengan tingkah Farhan pun hanya mengerutkan dahi seolah bertanya ada apa.

"Heran banget Shan.. jadi ini mah gue mau damai sama Lo.. masa mau cekcok mulu sih" Farhan menjelaskan dan Shandy langsung tersenyum kemudian merangkulnya. Akhirnya ia bisa damai dengan Farhan bahkan Farhan sendiri yang meminta berdamai dengannya.

"Jadi Lo udah bisa nerima gue temenan sama Fenly kan?" Tanya Shandy antusias. Pasalnya kemarin mereka cekcok hanya karena masalah sepele.

"Udah sih.. tapi betewe gimana keadaan tuh kasir setelah dipecat? Pasti nangis ya sambil ngadu ke Lo?" Tanya Farhan dengan sedikit meledek.

Untitled || UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang