"Yang mana yang sakit?"
Pertanyaan itu menggambarkan kekhawatiran~Author
"Kalian duluan aja gue mau ke toilet nanti gue nyusul"
"Sendirian aja?"
Fenly pun mengangguk kemudian langsung berjalan menuju arah yang berbeda dari tujuan ketiga temannya. Bel tanda masuk memang sudah berbunyi itu sebabnya mereka beranjak meninggalkan halaman belakang menuju kelas.
"Kog gue ngga tenang ya Fenly ke kamar mandi sendiri" kata Fajri tiba-tiba saat Fenly sudah menjauh dari ketiganya.
"Halah perasaan Lo doang kali.. Fenly cuma ke toilet ngga akan kenapa-napa mending langsung ke kelas habis ini emteka" jawab Fiki sembari memutar balik tubuh Fajri agar ikut melangkah menuju kelas.
"Sorry" kata Fenly ketika jalannya menuju ke dalam toilet dihadang oleh beberapa siswa yang bahkan ia tak kenal siapa mereka.
"Oh jadi ini yang katanya deketin Shandy karena duitnya doang?" Celetuk salah satu pemuda yang berada di sana kemudian tersenyum miring. Fenly pun merasa ada yang tidak beres di sini sehingga ia memutuskan untuk berputar balik dan membatalkan niatnya untuk pergi ke toilet. Dan benar, baru saja dia berbalik bahkan belum sempat melangkah, dua di antara pemuda di sana menarik paksa bahunya agar Fenly menghadap mereka kembali.
"Mau kemana? Buru-buru amat?" Fenly masih terdiam dan enggan menjawab pertanyaan yang menurutnya tidak berfaedah itu. Ia pun mencoba kembali berbalik yang ternyata ada dua orang yang berada di baliknya.
"Permisi gue mau ke kelas" Fenly yang memang pada dasarnya tidak ingin mencari masalah akhirnya berbicara dengan sopan.
"Eits ngapain sih ke kelas? Mending bolos aja di sini sama kita-kita" Fenly kembali diam dan mencoba untuk tidak mempedulikan mereka. Tujuannya saat ini hanya pergi dari sini tapi kenapa dua orang di depannya ini sungguh menghalangi.
"Jangan songong Lo.. mentang-mentang temenan sama Shandy bukan berarti Lo bisa seenaknya juga" Fenly sedikit tersentak ketika suara tinggi itu tiba-tiba terdengar oleh telinganya.
"Inget Lo itu cuma kasir" suara itu terdengar lebih keras lagi bahkan seperti menggema dan sekarang rasanya suara itu terus berputar di kepala Fenly hingga ia menutup telinganya.
Bugh!
Bahkan di saat Fenly belum berhasil menetralkan dirinya, sebuah pukulan sudah ia rasakan pada perutnya. Fenly yang memang tidak siap dengan pukulan tersebut akhirnya terhuyung ke belakang yang kemudian ditangkap oleh dua orang di belakangnya. Bukan untuk membantunya, tapi mereka justru memegang lengan Fenly hingga ia tak bisa melawan.
Bugh! Bugh! Bugh!
Beberapa pukulan kembali ia rasakan. Entah itu di perut maupun di wajahnya. Sungguh rasanya Fenly ingin pingsan sekarang karena nyeri yang ia rasakan di seluruh tubuhnya.
Brak! Pemuda yang tadi memukuli Fenly menendang salah satu pintu toilet kemudian menyeret dan menendang Fenly untuk masuk ke dalam. Fenly yang memang sudah lemah pun akhirnya tersungkur di lantai.
Byur! Byur! Fenly kira urusan mereka telah selesai tapi ternyata belum. Bahkan ia tidak menyangka jika sekarang mereka mengguyurnya menggunakan air dari bak. Dingin, tentu saja bukan tapi Fenly hanya bisa diam.
"Inget ya Fen Lo itu cuma kasir dan ngga seharusnya Lo bisa berteman dengan Shandy" ucap salah satunya setelah mereka puas mengguyur Fenly.
"Kita yang anak lama aja ngga bisa berteman sama dia dan Lo yang anak baru bisa deket gitu? Pake pelet apa Lo?" Tanya seorang di antara mereka sambil menendang Fenly yang memang sudah terkulai lemas di atas lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled || UN1TY
Teen FictionUntitled || Un1ty Hasil pemikiran random dari @SaidahSitatiZ (Sayyy) @elen_rue (Ellen_Rue) Tak banyak kata yang dapat digunakan untuk menggambarkan Dia Dia adalah paragraf acak yang sempurna Dia adalah sajak puisi penuh makna Dia skenario Tuhan...