14. Musik dan lirik

146 31 71
                                    

"Oke gue yang main gitar tapi syaratnya Lo yang nyanyi"
Satu musik satu lirik
Mereka hanyut ke dalam sebuah melodi indah yang mereka ciptakan

~Author

"Kak.. mau kemana?" Tanya Fenly ketika melihat Shandy beranjak dari tempat duduknya.

"Ah elah Fen kaya mau ditinggal kemana aja Lo" ledek Fiki sambil terkekeh.

"Mau izinin Lo pulang duluan.. eh jagain Fenly ya jangan sampek lecetnya nambah" kata Shandy menjawab pertanyaan Fenly sekaligus memperingati tiga temannya yang lain. Fajri, Fiki dan Zweitson pun kompak mengangguk guna mengiyakan perkataan Shandy.

Saat ini Shandy tengah berdiri di ambang pintu kantin. Kantin tampak ramai saat ini karena bel istirahat sudah berbunyi. Shandy memang berniat untuk meminta izin agar Fenly bisa pulang lebih dulu mengingat kondisi Fenly yang tidak memungkinkan untuk mengikuti pelajaran. Tapi sebelumnya, ia juga harus tau siapa dalang dibalik pembullyan Fenly tersebut.

"Siapa di sini yang udah berani ngeroyok Fenly? Ngaku!" Teriak Shandy agar seisi kantin mendengar suaranya dan benar saja semua mata langsung memusatkan perhatiannya kepada pemuda berambut gondrong tersebut.

"Padahal tadinya mau ngajak kenalan sama ngasih hadiah gitu tapi kayanya emang ngga di sini orangnya" lanjut Shandy karena ia tidak mendapatkan jawaban yang ia inginkan.

Shandy, pemuda gondrong yang tadi sempat berdiri di ambang pintu kantin bahkan kemudian bersandar itupun mulai kesal karena tidak ada yang mau mengaku. Sungguh ini membuang-buang waktu yang bahkan harusnya ia sudah membawa Fenly pulang. Ia pun memutuskan untuk berjalan menjauhi pintu kantin meski masih dengan harapan ada orang yang memanggilnya untuk mengakui kesalahan. Hingga langkah beberapa orang di belakangnya tertangkap oleh indra pendengaran.

"Shan.." panggilan itu mampu membuat Shandy menghentikan langkahnya dan tersenyum. Ia pun membalikkan badan demi melihat pemuda yang sudah menyerukan namanya.

"Lo serius mau ngasih kita hadiah karena udah bully Fenly?" Tanya salah satu pemuda di hadapan Shandy tanpa basa-basi.

"Santai dong buru-buru amat sih gue serius kali.. tapi sebelumnya gue mau kenalan dulu dong sama kalian biar makin akrab" satu persatu pemuda itupun menyebutkan namanya dan kemudian tos ala cowok dengan Shandy.

"Nah kalo udah kenal gini kan enak.. ya udah ayo ikut gue buat ambil hadiahnya" seru Shandy kepada mereka bahkan ia merangkul pundak salah satunya. Jika dilihat mungkin ini adalah hal yang aneh karena Shandy bisa menjadi sosok sebaik dan seakrab ini. Beberapa pemuda yang berjalan dengan Shandy pun juga merasa aneh tapi memilih untuk tidak peduli karena yang terpenting sekarang mereka bisa berteman dengan Shandy bahkan Shandy akan memberi mereka hadiah.

"Shan.. mau ngapain ke sini?" Tanya salah satu dari mereka karena saat ini Shandy mengajak mereka berhenti di depan ruang guru.

"Mau ambil hadiah kan? Masuk!" Titah Shandy. Bahkan suaranya terkesan menyeramkan berbeda dengan Shandy yang beberapa menit yang lalu mengajak mereka berkenalan. Mereka yang takut mendengar suara Shandy itupun langsung saja menurut untuk masuk ke dalam ruang guru.

"Ada apa ini Shandy?" Tanya sang guru ketika melihat beberapa pemuda sudah berdiri berjejer di hadapannya dan disusul Shandy yang masuk ruangan paling akhir.

"Mereka adalah siswa-siswa bapak yang telah melakukan bullying di sekolah terhadap siswa bernama Fenly. Saya mau kasus ini ditindak jika tidak saya tidak akan segan-segan untuk menggusur sekolah ini" kata Shandy tegas penuh penekanan. Apa yang tidak bisa dilakukan oleh anak tunggal kaya raya ini, masalah pembullyan yang melibatkan adiknya sebagai korbanpun harus ia tuntaskan.

Untitled || UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang