10. Pertikaian

139 31 25
                                    

~Author

Shandy mundur beberapa langkah setelah menyadari apa yang telah ia ucapkan. Ia kelepasan dan membongkar sendiri sesuatu yang harusnya ia rahasiakan. Sekarang ia begitu linglung dan bingung harus berbuat seperti apa. Apalagi tatapan dari siswa yang berkerumun menyiratkan bahwa mereka bertanya-tanya dan membutuhkan kejelasan lebih lanjut. Shandy benar-benar terpojokkan ibarat seorang pencuri yang sedang dikepung massa. Andai saja bisa, mungkin ia lebih memilih untuk menghilang dari tempat yang penuh intimidasi ini.

Semakin lama Shandy mulai mendengar bisikan-bisikan dari siswa yang tadinya berkerumun. Mereka tengah membicarakan dirinya dan Fenly.

"Shandy kakaknya Fenly?"

"Bukannya Shandy anak tunggal ya?"

"Terus apa hubungannya sama Fenly?"

Mungkin sekiranya itu yang Shandy dengar meski banyak sekali bisikan lainnya. Oh ada satu lagi seorang gadis yang Shandy tidak tau namanya berteriak "oppa Shandy mending lindungi aku daripada Fenly". Oh ayolah Shandy begitu muak dengan sikap dan nada manjanya. Tapi Shandy tidak ingin begitu jauh memikirkan itu hingga ia mendengar suara seseorang yang memanggilnya dari belakang.

"Kak Shandy.." Beo seorang pemuda dari arah belakang Shandy.

Shandy yang merasa terpanggil pun menoleh ke belakang dan menghampiri pemuda yang tadi menyebutkan namanya. Mencoba tidak peduli dengan keadaan sekitar yang sepertinya para siswa yang lain pun juga sudah mulai membubarkan diri.

Fenly masih saja terdiam bahkan ketika Shandy sudah berdiri di depannya ia masih tidak mengucapkan sepatah katapun. Ia masih tidak percaya dengan kejadian yang baru saja terjadi dan benar-benar begitu syok. Bagaimana mungkin Shandy bisa menyangkut pautkan ini semua dengannya.

Melihat Fenly yang diam dengan tangan yang masih berdarah bekas goresan kaca membuat Shandy geram. Bagaimana mungkin pemuda di depannya ini bengong saja ketika tangannya terluka. Shandy segera mengambil sapu tangan dari dalam kantong celananya dan mencoba menahan darah yang keluar dari tangan Fenly menggunakan itu.

"Aaawww" Ringis Fenly ketika lukanya terkena sapu tangan dan hal itu juga yang membuat Fenly tersadar dari bengongnya.

"Tangannya diobati dulu ya sama luka Aji juga itu" Tutur Shandy pelan dan anehnya Fenly hanya menganggukkan kepalanya. "Zwei Fiki bawa mereka ke UKS ya terus diobati" Lanjut Shandy sembari menghadap ke kedua teman Fenly. Zweitson dan Fiki pun langsung membawa Fenly ke UKS tanda mereka mengiyakan permintaan Shandy tanpa mengucapkan sepatah kata. Sedangkan Fajri hanya mengikuti ketiganya dari belakang.

"Brengsek"

Di sisi lain ada pemuda berambut kribo yang sekarang bahkan mukanya sudah merah padam pertanda ia benar-benar marah. Bagaimana ia tidak kecewa dengan temannya yang memiliki rambut gondrong itu. Sudah mengingkari ucapan eh masih bisa-bisanya dia memperhatikan luka Fenly. Hal itu membuat kekesalannya bertambah dua kali lipat.

Sambil menghentakkan kaki dan mengepalkan kedua tangan, Farhan meninggalkan lokasi diikuti oleh Gilang dan Ricky. Entahlah bagaimana keadaan Shandy saat ini mungkin ia membutuhkan temannya tapi mereka juga butuh waktu untuk meredam emosi.

Setelah melihat Fenly dibawa pergi ke UKS, Shandy kembali membalikkan badannya. Dilihatnya ketiga temannya yang juga sudah membalikkan badan dan pergi menjauh dari kantin. Shandy ingin mengejarnya tapi bukan saat ini. Ia paham betul mereka kecewa dan marah, itu sebabnya akan percuma jika Shandy mengejar mereka untuk menjelaskan semuanya serta meminta maaf. Hingga akhirnya ia memilih untuk membiarkan mereka pergi dan berniat menyusulnya nanti.

Kantin sepi karena memang bel masuk kelas sudah berbunyi. Kini tinggal tersisa Shandy dan Nando beserta kedua temannya.

"Good luck bro" Ucap Nando ketika menepuk pundak Shandy sambil tersenyum penuh kemenangan. Kemudian berlalu pergi dan disusul oleh kedua temannya.

Untitled || UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang