20. Pembebasan

173 29 57
                                    

~Author

Seperti biasa, Shandy mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pikirannya yang kacau tidak mungkin bisa membuatnya mengemudi dengan keadaan yang tenang. Beberapa kali ia memukul setir dan membunyikan klakson ketika macet melanda. Entahlah ada apa dengan malam ini yang bahkan bukan malam Minggu tapi jalanan sungguh padat merayap seakan tidak mengizinkan Shandy untuk segera menolong Fenly.

Ciiiiitttt! Brak! Shandy mengerem dan memarkir sembarangan mobilnya di halaman rumah Farhan kemudian menutup pintu dengan kasar meninggalkan sang papa yang entah bagaimana reaksinya di dalam. Pikirannya hanya tertuju pada Fenly. Nafasnya semakin memburu ketika masuk rumah Farhan, menandakan jika emosinya tinggi.

"Sha.. Shandy" gugup salah satu pemuda di sana yang melihat keberadaan Shandy yang tiba-tiba saja sudah muncul di rumah Farhan. Segera saja pemuda yang tadi melakukan siaran langsung mematikan handphone nya dan ingin memasukkannya ke dalam kantong. Tapi nihil, Shandy sudah lebih dulu merebut dan membanting handphone tersebut ke atas lantai. Bahkan ia juga menginjaknya hingga handphone tersebut benar-benar rusak dan tidak bisa terselamatkan.

"Kak Shan.." beo Fenly. Lagi-lagi ia hanya bisa terkejut karena Shandy yang tiba-tiba saja datang dan menolongnya.

Shandy menelisik dengan teliti para pemuda yang sedang berkumpul di rumah Farhan tersebut mengabaikan Fenly yang menyebutkan namanya. Tatapannya yang tajam berhasil membuat mereka semua merasa terintimidasi. Bagaimana tidak, mereka semua kenal siapa Shandy. Kedudukan orang tuanya yang sangat berpengaruh di sekolah, membuatnya bebas melakukan apa saja. Sehingga hal ini membuat mereka semua khawatir dengan pendidikannya.

"Gue udah hafal muka kalian.. lihat aja balasannya" kata Shandy sebelum akhirnya ia merobek kaos yang ia kenakan dan membalutnya ke tangan Fenly yang sudah penuh dengan darah. Ia membalutnya dengan pelan dan telaten karena tidak ingin menekan luka Fenly hingga membuatnya merasakan sakit yang lebih lagi. Sedangkan Fenly hanya diam memperhatikan Shandy.

Melihat tangannya yang sudah terbalut rapi membuat Fenly ingin menangis. Bagaimana mungkin Shandy tiba-tiba sudah berada di sini bahkan membela dan membalut tangannya. Hal itu membuat perasaannya bercampur aduk. Senang, terharu dan yang paling penting ia semakin sayang dengan pemuda yang sudah ia anggap kakak tersebut. Hingga tanpa malu ia memeluk Shandy. Entah apa yang akan dipikirkan oleh semua orang yang berada di sana. Saat ini Fenly hanya ingin melakukan ini.

"Kita pulang ya.. nanti tangannya diobati" kata Shandy lembut berbanding terbalik dengan Shandy beberapa menit lalu yang bahkan terlihat sangat menyeramkan. Fenly hanya mengangguk tanpa mengatakan apapun. Hingga akhirnya Shandy mencoba membawanya bangkit untuk segera pergi dari sana.

"Farhan" suara bariton itu menginterupsi sang pemilik nama yang pada akhirnya menoleh ke belakang, tepat dimana suara itu berasal. Tubuh Farhan langsung menegang kala ia melihat siapa yang memanggil namanya. Bahkan ia hanya bisa mematung hingga pemilik suara tadi mendekat ke arahnya.

"Om tidak tau kelakuan kamu setiap harinya gimana.. Shandy anak om juga sama bandelnya tapi tindakan kamu kali ini sudah di luar batas.."

"Om jangan bilang papa mama ya om" ucap Farhan dengan segera bahkan ia memotong pembicaraan pria yang sedang berbicara dengannya. Farhan memasang muka memohon, ia benar-benar takut jika orang tuanya tahu akan hal ini.

"Om berteman baik dengan orang tuamu.. tidak mungkin om diam saja ketika tau anak dari teman om berbuat seperti ini.. bukan om ingin membandingkan kamu dengan Shandy, tapi lihatlah bahkan dia yang menolong korban bully yang kamu lakukan.. dimana Farhan yang dulu sejalan dengan Shandy? Mengapa sekarang berbanding terbalik seperti ini? Om tau kamu anak baik dan kamu bisa berubah seperti halnya Shandy sekarang" nasihat pria tersebut yang tak lain adalah papa Shandy. "Introspeksi dan berubah" ucap papa Shandy dengan tegas sembari menepuk pundak Farhan. Setelahnya ia pergi untuk menyusul putranya yang sudah keluar rumah dan membawa Fenly.

Untitled || UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang