Bab 6

18 2 0
                                    

Nuansa sakral saat Gendhis memasuki kompleks pantai Parangkusumo, pantai yang terletak 30 Km dari pusat kota Yogyakarta dan diyakini sebagai gerbang masuk ke istana laut selatan.

Wangi kembang setaman akan segera tercium ketika melewati penjual bunga yang dengan mudah di jumpai, berpadu dengan wangi kemenyan yang dibakar sebagai salah satu bentuk sesajen. Sebuah nuansa yang jarang ditemui di pantai lain.

Sebelum Gendhis menuju ke arah pantai, terlebih dahulu dia berjalan ke arah Puri Cepuri untuk berdoa. Saat di depan Puri Cepuri Gendhis sudah di sambut oleh juru kunci Pantai Parangkusumo.

“ Sugeng siang (selamat sore) GRAJ Gendhis sudah lama tidak datang kesini, bagaimana kabar panjenengan?” Sapa sang juru kunci.

“Kabar aku baik-baik saja Pak, bagaimana dengan bapak?” Tanya Gendhis

“Kabar kulo nggeh apik-apik mawon. Wonten nopo GRAJ Gendhis datang kesini? Saya kira GRAJ Gendhis akan datang tanggal 30 Rajab.” Ujar sang juru kunci karena pada waktu tersebut merupakan diadakannya upacara Labuhan Alit Parangkusumo.

“Aku di suruh sama Kanjeng Ibu Ratu untuk menemui beliau malam ini. Jadi sambil menunggu matahari terbenam aku akan melakukan doa di sini.” Jawab Gendhis

“Kalau begitu saya siapkan dulu perlengkapan GRAJ Gendhis. Sambil menunggu perlengkapan selesai silakan GRAJ Gendhis masuk dulu.” Ujar sang juru kunci mempersilahkan Sang Putri Mahkota untuk masuk ke Puri Cepuri.

Gendhis pun masuk ke dalam dan menuju ke tempat batu cinta, yang merupakan saksi bisu pertemuan sang Raja Mataram dan Ratu Selatan. Kemudian Gendhis duduk di depan batu cinta, dan tidak lama kemudian sang juru kunci datang dengan membawa perlengkapan.

“Apakah GRAJ Gendhis mau saya temani di sini?” Tanya Sang juru kunci.

“Terima kasih bapak, tapi bapak bisa meninggalkan saya sendirian di sini.” Jawab Gendhis.

Gendhis datang ke pantai Parangkusumo tanpa di dampingi siapa pun. Biasanya Gendhis akan didampingi oleh beberapa pengawal di keraton karena suatu alasan. Tapi untuk sekarang Gendhis tidak membawa pengawal satu pun. Dan Gendhis pun melakukan penyamaran saat keluar dari area Keraton Yogyakarta untuk menghindari sesuatu hal yang bersifat negatif.

Saat malam menjelang Gendhis pun menyudahi doanya di Puri Cepuri. Gendhis keluar dari Puri Cepuri dan menuju ke arah pantai sambil membawa bunga setaman di dalam wadah yang tadi di siapkan oleh sang juru kunci.

Suasana pantai sudah sepi hanya ada Gendhis yang berada di sana. Tentu saja karena ini sudah pukul 12 malam. Ketika kedua kaki telanjang Gendhis yang terkena air laut di saat itulah angin berembus sedikit kencang dengan wangi kembang setaman yang lebih menyengat.

Gendhis menaburkan bunga setaman yang di bawah dalam sebuah wadah ke dalam air laut. Kemudian kedua telapak Gendhis bertemu seperti orang bertapa dan kedua mata Gendhis terpejam.

Tidak lama kemudian datang pasukan kereta kencana yang di kawal dengan banyak pasukan yang gagah berani dan dayang-dayang yang cantik jelita. Di dalam kereta kencana tersebut duduklah Ratu Penguasa Laut Kidul.

Saat kereta kencana berhenti di depan Gendhis para pengawal membukakan pintu untuk Ratu Pantai Selatan yang turun dari kereta kencana.

“Gendhis cah ayu, buka matanya nduk.” Ucap sang Ratu Pantai Selatan membelai wajah Gendhis.

“Ibu Ratu Laut Kidul.” Ujar Gendhis yang membuka mata.

“Ayo ikut ke tempat ibu, karena ada yang ingin ibu sampaikan kepadamu. Di istana ibu lebih aman dari mereka.” Ajak Sang Ratu sambil menuntun Gendhis ke dalam kereta kencana miliknya.

“Baik Ibu Ratu.” Ujar Gendhis menyanggupi ajakan Sang Ratu.

Kereta kencana pun bergerak menuju istana pantai selatan bersama seluruh pengawal dan dayang-dayang. Dalam perjalanan menuju istana laut selatan Gendhis berpikir tentang apa yang akan disampaikan oleh ibu ratu laut kidul kepadanya.

Apakah ini berhubungan dengan tidur panjangnya atau ada hal lain. Semoga saja bukan hal yang tidak di harapkan Gendhis.

Kereta kencana pun berhenti di depan istana laut selatan. Dimana seperti istana pada umumnya yang sangat megah namun yang membedakan adalah kesan mistik serta keberadaannya di dalam laut.

Ibu ratu laut kidul dan Gendhis memasuki istana tersebut. Saat berada di dalam ruangan yang sering di buat ratu untuk menerima tamu dari keturunan raja Mataram. Gendhis pun duduk menghadap Sang Ibu Ratu Laut Kidul setelah dipersilahkan duduk oleh yang bersangkutan.

“Anakku Gendhis kamu pasti bertanya-tanya kenapa ibu mengundangmu kemari bukan? Kenapa kita tidak berbicara di pantai tadi seperti biasa.” Ujar Sang Ratu Laut Kidul.

“Enggeh ibu ratu kulo sangat penasaran, karena ini baru pertama kali ibu ratu menyuruh hamba kemari.” Jawab sang Gendhis.

“Gendhis pasti sudah tahu yang ibu sebut tadi dengan ‘mereka’.” Pernyataan Ibu ratu laut Kidul.

“Enggeh kulo ngertos ibu ratu, mereka itu musuh dari Rama. Tapi ibu ratu saya kemari tidak memberitahu siapa pun, bahkan saya tidak membawa pengawal. Kanapa mereka bisa..” Ujar Gendhis yang dipotong oleh Ibu ratu laut Kidul.

“Mereka iku duduk menungso nduk. Mereka makhluk halus koyok ibu ngene.” Ujar Ibu Ratu Laut Kidul.

“Tapi saya tidak melihatnya Ibu Ratu.” Ujar Gendhis yang heran karena dari sejak kecil dia sudah  bisa berinteraksi dengan makhluk halus. Bisa di katakan Gendhis adalah seorang Indigo sejak lahir.

“Tentu saja kamu tidak bisa melihatnya. Karena mereka berkontrak dengan salah satu bangsa jin yang sangat jahat dan berilmu tinggi. Ibu tahu ilmu kamu tidak rendah, tapi ilmu kamu akan sempurna jika  kamu sudah bersama dengan jodohmu.” Ujar Sang Ibu Ratu Laut Kidul.

“Tapi aku tidak bisa menerima rencana perjodohan tersebut Ibu. Karena jika aku bersanding dengan salah satu dari mereka itu tidak akan berakhir dengan baik untuk kita semua.” Ujar Gendhis.

“Ibu Tahu Nduk, yang ibu maksud bukan mereka. Tentu saja ibu tidak akan setuju jika kamu bersama salah satu dari mereka.” Jawab ibu ratu laut selatan.

“Semoga saja aku segera bertemu dengan jodohku ibu. Karena aku berharap semua ini selesai dengan baik.” Ucap Gendhis dengan menghela napas karena merasa lelah dengan semua rencana yang dilakukan oleh musuh mereka.

“ Tenang saja nduk jangan khawatir. Berdoa kepada gusti Allah untuk disegerakan bertemu dengan jodohmu. Ibu yakin cepat atau lambat pasti kamu akan bertemu.” Jawab Ibu Ratu sambil tersenyum misterius ke arah Gendhis.

Dan sayangnya Gendhis tidak mengetahui makna tersembunyi dari senyuman Ibu Ratu Laut Kidul. Selama semalam mereka berdua berbicara tentang penyebab Gendhis tidur selama 2 tahun. Dan ternyata itu salah satu dari rencana mereka yaitu musuh dari Rama nya Gendhis. Untung saja Gendhis bisa kembali ke dalam raganya. Jika tidak maka Gendhis di pastikan meninggal.

After We MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang