Bab 40

9 0 0
                                    

Suasana pasar tradisional di Busan sangat ramai di pagi hari. Sudah tiga hari Gendhis dan Jungkook menginap di Busan, dan kini Eomma Jeon mengajak Gendhis untuk pergi berbelanja di pasar tradisional. Banyak pedagang yang menjual hasil laut yang masih hidup, karena memang di biarkan untuk menjaga kualitas produk tetap segar.

“Gendhis menurutmu kita masak apa hari ini?” Tanya Eomma Jeon

“Eomma Jeon mau aku buatkan makanan dari Indonesia?” Tawar Gendhis

“Waaahh Eomma ingin mencobanya. Kita masak itu saja ya Gendhis. Eomma penasaran dengan rasanya.” Jelas Eomma Jeon.

“Kalau begitu kita beli ini Eomma.” Gendhis memegang tangan Eomma Jeon menuju salah satu pedagang yang menjual aneka ikan laut. Hingga 1 jam lebih Gendhis dan Eomma Jeon berbelanja di pasar, kini sudah ada 2 tas belanja ukuran besar dan sedang. Karena sudah mendapatkan bahan untuk di olah menjadi masakan dari Indonesia, maka Gendhis mengajak Eomma Jeon untuk kembali ke rumah keluarga Jungkook.

Jarak pasar tradisional yang agak jauh dari rumah keluarga Jeon, maka mereka memutuskan untuk menggunakan taksi untuk kembali. Walaupun waktu berangkat ke pasar menggunakan bus, tapi karena Eomma Jeon tidak ingin menantunya berdesakan mangkanya sekarang menggunakan taxi.

Saat Gendhis akan masuk ke dalam taxi, dia mematung melihat seorang wanita yang duduk di samping sang sopir. Eomma Jeon yang melihat sang menantu terdiam menjadi agak heran. Karena tidak sekali dua kali Eomma Jeon melihat menantunya seperti ini.

“Gendhis menapa tidak masuk sayang. Ayo duduk di sini.” Eomma Jeon menepuk tempat duduk di sampingnya, yang kebetulan ada di belakang sosok wanita itu.

“Baik Eomma.” Jawab Gendhis yang menolehkan pandangannya dari sosok wanita di depannya, karena kini sosok wanita ini melihat membalikkan wajahnya ke hadapan Gendhis. Wajah wanita ini separuh normal dan separuhnya sudah gosong. Dan di bagian gosong ada belatung yang jatuh ke kaki Gendhis. Wanita tersebut terus melihat ke arah Gendhis bahkan kini sudah melotot.

“Sayang kamu capek ya?” Eomma Jeon khawatir melihat wajah pucat Gendhis.

“Aku tidak capek Eomma.” Gendhis berusaha tersenyum dengan keadaannya sekarang. Dimana Gendhis sedang di ganggu oleh sosok wanita di depannya dan kini rasa sakit di perutnya kambuh, karena memang Gendhis masih datang bulan. Sebenarnya pagi pertama Gendhis di rumah keluarga Jeon, dia sudah minum ramuan yang di buatkan oleh nyonya rumah untuk menghilangkan rasa sakit di perutnya. Namun entah kenapa rasa sakit itu kambuh lagi.

“Sakit perutnya kambuh lagi ya Gendhis?” Tebak Eomma Jeon.

“Sedikit Eomma.” Jawab Gendhis dengan lirih, karena melihat tangan wanita itu mulai menjulur ke arah Gendhis.

“Berhenti.” Ucap Gendhis membuat Eomma Jeon heran.

“Kita belum sampai Gendhis. Sedikit lagi sampai.” Jelas Eomma Jeon melihat Gendhis menatap tajam ke kursi di depannya.

“Jika kau berani menyentuhku, aku akan memusnahkanmu.” Ancam Gendhis membuat sosok di depannya menjauhinya.

“Gendhis kamu bicara kepada siapa nak?” Eomma Jeon khawatir melihat sang menantu berbicara sendiri. Sopir taxi juga heran melihat Gendhis, dia kira wanita muda ini sedikit mengalami gangguan jiwa.

Gendhis masih melihat ke sosok wanita itu jadi dia tidak menjawab pertanyaan Eomma Jeon. Untung saja taxi yang di tumpangi Eomma Jeon dan Gendhis sudah sampai di depan rumah keluarga Jungkook.

Eomma Jeon melihat sang anak bungsu yang menunggunya di depan pagar rumah langsung keluar taxi.

“Jung coba lihat Gendhis, dari tadi dia berbicara sendiri.” Jungkook yang melihat Eomma Jeon turun dari taxi dan mengatakan soal sang tunangan langsung bergegas ke pintu penumpang yang satunya.

Saat Jungkook membuka pintu taxi, dia melihat Gendhis memegang tangan sosok wanita yang ingin mencekik kekasihnya.

“Sayang sudah ayo keluar. Biarkan aku mengurusnya.” Bisik Jungkook setelah memegang tangan sosok wanita dan menuntun Gendhis keluar dari taxi.

“Maaf tuan sebenarnya ada apa ya?” Sopir taxi bertanya karena merasa ada sesuatu di dalam mobilnya.

“Tidak apa-apa ajushii, terima kasih sudah mengantarkan Eomma dan kekasihku.” Jawab Jungkook setelah memusnahkan sosok wanita tadi.

“Benarkah tidak ada apa-apa?” Sang sopir taxi yang belum yakin.

“Iya ajushii, ini ongkos untuk membayar taxi ajushii. Kembaliannya bisa buat ajushii beli makanan.” Jungkook menyerahkan uang lebih kepada sang sopir taxi.

“Tapi ini terlalu banyak nak. Bisakah dengan uang pas saja?” Tanya sopir taxi merasa tidak enak dengan uang yang di berikan Jungkook, karena bisa dia gunakan untuk makan selama satu bulan bersama istri dan anaknya.

“Tidak apa-apa ajushii, itu sudah rezeki anak dan istri ajushii. Hati-hati di jalan ajushii.” Jungkook menutup pintu taxi dan menuntun Gendhis ke dalam rumah dan mengambil alih kantong belanja yang di bawa sang tunangan.

“Jungkook dudukan Gendhis di sini.” Eomma Jeon menunjuk kursi makan.

“Ne Eomma, sini sayang duduk di sini.”  Jungkook menuntun sang tunangan yang masih terdiam.

“Gendhis ayo minum dulu.” Eomma Jeon memberikan segelas air putih untuk sang menantu.

Jungkook membantu Gendhis untuk meminumkan air putih yang di berikan sang Eomma.

“Sayang sudah tidak apa-apa. Maaf ya seharusnya aku yang menjemput kamu dan Eomma di pasar.” Jungkook mengelus kepala Gendhis berharap sang tunangan untuk meresponsnya.

“Jungkook tunanganmu kenapa?” Tanya Eomma Jeon.

“Nanti aku ceritakan Eomma.” Gerakan bibir dari Jungkook tanpa menimbulkan suara. Eomma Jeon yang mengerti langsung mengangguk.

“Ssttt.. akkhh..” Gendhis memegang perutnya karena kembali sakit menyerang.

“Perut kamu sakit lagi, Eomma tolong buatkan air hangat dan taruh dalam botol. Nanti Jungkook ambil, terima kasih Eomma.” Jungkook langsung menggendong sang tunangan kembali ke kamar tamu. Eomma Jeon yang mendengar permintaan sang anak langsung membuatkannya. 

“Sssttt... sakit mas Jungkook.” Ucap Gendhis yang menyembunyikan wajahnya di leher Jungkook.

“Iya sayang, sebentar ya.” Jungkook membuka pintu kamar dengan kakinya dan langsung membaringkan sang kekasih.

“Hiks.. hikss.. sakit.” Gendhis tidak tahan dengan rasa sakitnya.
Jungkook yang melihat sang tunangan menangis merasa kaget, karena setahu Jungkook selama Gendhis datang bulan tidak sampai menangis seperti ini. Sesakit apa pun yang di rasakan Gendhis pada perutnya dia bisa menahannya. Namun melihat Gendhis menangis  membuat Jungkook curiga jika ini perbuatan dari sosok wanita tadi.

“Sebentar ya sayang, mas mau lihat perut kamu. Di buka sedikit ya.” Ijin Jungkook dengan hati-hati.

“Hiskk.. sakit..” Gendhis masih menangis tidak menghiraukan Jungkook.

“Jungkook ini air hangatnya. Ya ampun Jungkook kamu apakan Gendhis.” Eomma Jeon kaget melihat tangisan menantunya.

“Bukan aku Eomma, tapi perutnya sakit.” Jungkook memindahkan tangan Gendhis dari atas perutnya, lalu membuka kaos yang di pakai oleh Gendhis.

“Yaakkk, Jungkook untuk apa kamu mem... Astaga perut kamu kenapa sayang. Kenapa bisa seperti ini?!” Pekik Eomma Jeon yang kaget melihat perut sang menantu yang kini di hiasi dengan lebam-lebam berwarna ungu tua hampir kehitaman.

“Eomma bisa aku minta minyak gosok.” Eomma Jeon langsung pergi untuk mengambilkan permintaan sang anak.

“Ini Jungkook, tapi buat apa. Lebih baik jika membawa Gendhis ke rumah sakit.” Saran Eomma Jeon melihat keadaan sang menantu.

“Terima kasih Eomma. Tapi rumah sakit tidak bisa untuk menyembuhkannya.” Jungkook menuangkan minyak gosok ke telapak tangannya, lalu membalurkan di atas permukaan perut Gendhis yang masih menangis.

Jungkook lalu memejamkan kedua matanya dengan membaca doa. Lalu tangan kanan Jungkook mengusap perut Gendhis memutar ke arah kanan tiga kali dan berhenti di atas pusat Gendhis. Telapak tangan Jungkook menutup secara perlahan, lalu mengangkatnya seperti gerakan menarik sebuah benda.

Awalnya Eomma Jeon yang melihat tindakan Jungkook sangat heran, lalu melihat perut Gendhis yang kini sudah bersih tanpa adanya lebam-lebam tentu saja merasa kaget. Eomma Jeon seperti melihat sihir, bahkan Eomma Jeon melihat anak bungsunya dengan takjub.

“Jungkook kamu bukan penyihir kan?” Tanya Eomma Jeon

“Bukan Eomma, sayang tidur ya.” Jungkook mengusap dahi Gendhis dengan pelan membuat sang tunangan terlelap.

Setelah itu Jungkook dan Eomma Jeon meninggalkan Gendhis di kamar tamu tanpa menutup pintunya, agar jika Gendhis memanggil bisa di dengar oleh si kelinci.

“Jungkook sebenarnya Gendhis itu kenapa?” Tanya Eomma Jeon

“Eomma bisakah menerima tunanganku setelah mengatakan ini?” Tanya Jungkook

“Apa yang kau bicarakan, tentu saja Eomma menerima Gendhis. Bahkan Eomma lebih sayang tunanganmu daripada kamu Jungkook.” Mendengar jawaban sang Eomma Jeon membuat Jungkook tersenyum lega.

“Eomma sebenarnya Gendhis itu istimewa.” Kata Jungkook

“Tentu saja menantuku itu istimewa.” Setuju Eomma Jeon.

“Yang ku maksud bukan itu Eomma.”

“Lalu apa? Kan memang benar Gendhis itu istimewa.”

“Iya memang Gendhis itu istimewa. Yang ku maksud dengan istimewa itu adalah, Gendhis bisa melihat sosok yang tidak bisa kita lihat.” Jungkook melihat respon sang Eomma.

“Apa maksudmu? Eomma kurang mengerti.”

“Maksud Jungkook adalah Gendhis bisa melihat hantu. Dan itu sudah di alaminya semenjak masih bayi.” Jelas Jungkook

“Jadi yang di lihat Gendhis saat di taxi tadi juga Hantu? Tapi kamu tahu dari mana Jung ? Memang kamu bisa melihat hantu juga?.” Tanya Eomma Jeon berturut-turut.

“Aku tahu karena aku memang bisa melihatnya juga Eomma.” Jawaban Jungkook membuat Eomma Jeon kaget.

“Haaahh kau bisa melihat hantu? Sejak kapan? Sejak kecil juga seperti Gendhis? Tapi aku melihatmu seperti biasa-biasa saja.” Eomma Jeon melihat Jungkook dari ujung rambut sampai ujung kaki.

“Aku baru bisa melihat baru saja Eomma, mungkin 5 atau 4 bulan yang lalu.” Terang Jungkook.

“Lalu buktinya apa?” Eomma Jeon yang kurang percaya.

“Bukankah tadi Eomma melihat sendiri menghilangnya lebam-lebam di perut Gendhis.” Jawaban Jungkook

“Ya Eomma melihatnya, jadi Gendhis bisa melihat hantu. Kasihan menantu Eomma, pasti dia takut.” Eomma Jeon khawatir dengan menantunya.

“Gendhis bukanlah gadis penakut Eomma. Jadi dia tidak pernah takut dengan hantu. Namun di saat Gendhis sedang datang bulan, maka hantu akan dengan muda bisa mengganggu Gendhis. Karena mereka bisa bersentuhan secara langsung dengan tunanganku Eomma.” Jelas Jungkook.

“Jadi saat di taxi tadi Gendhis juga melihat hantu?.” Tanya Eomma Jeon khawatir dan merasa bersalah.

“Iya Eomma tadi hantu yang di taxi hampir mencekik Gendhis.” Angguk Jungkook

“Ya ampun Eomma jadi merasa bersalah.” Eomma Jeon menunduk merasa bersalah.

“Eomma tenang saja, hantu itu sudah aku musnahkan. Jadi Eomma jangan merasa bersalah. Jika Gendhis melihat Eomma seperti ini maka kekasihku itu akan merasa sedih.” Jungkook mengusap lengan sang Eomma. Rencana sarapan pagi dengan menu Indonesia terpaksa batal karena kejadian yang tidak di inginkan. Namun itu bukanlah masalah besar karena Eomma Jeon lebih mementingkan keadaan sang menantu. Jadi Eomma Jeon masih bisa menunggunya. Kejadian itu juga sudah Eomma Jeon beri tahu kepada suami dan anak sulungnya mengenai keistimewaan Gendhis. Sehingga jika terjadi hal yang serupa maka mereka bisa cepat mengetahuinya.

After We MeetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang