MASA LALU_8

67 10 0
                                    

Smolensk, Rusia.

Zilya Guetta, perempuan berusia 18 tahun. Mungkin menurut pandangan sebagian orang, tidak ada yang menarik dengan kehidupan nya. Dia sederhana tertutup dan suka menyendiri di sungai Dnieper. Tapi mereka tidak tau kalau darah bangsawan mengalir dalam tubuhnya.

Sore ini seperti biasa dia duduk di depan sungai dnieper. Dia menulis sesuatu di buku diary yang dia pangku. setelah membaca ulang, dia menutup bukunya ada menatap ke sekitar sungai dnieper. Sepi sekali tidak ada sahabat atau teman dekat dalam hidup zilya. Gadis itu meninggalkan kehidupan menyenangkan di jerman 2 tahun yang lalu, sejak dia menemukan ayahnya tewas bunuh diri. di kota inilah zilya Guetta sangat berubah hidup seakan-akan dia satu-satunya manusia di bumi.

Selama bermenit menit zilya merenung, dia pun beranjak meninggalkan sungai dnieper saat langit mulai gelap. sampai di rumah, zilya masuk dengan wajah lesu nya. dia tinggal di salah satu rumah berlantai dua di komplek perumahan.

"Zilya, darimana saja kau baru pulang?" Tanya seorang wanita mengehentikan langkah kaki zilya di ujung tangga.

Zilya menoleh dan menatap wanita yang sedang memasak di dapur.

"Ada banyak hal yang harus aku pikirkan, Bleire" kata zilya dengan menekan nama Bleire lalu menaiki tangga.

Bleire terdiam, dia menatap punggung zilya yang berlalu. Zilya sangat membencinya. Zilya berpikir Bleire adalah perusak rumah tangga orang tua nya dan penyebab ayahnya bunuh diri. Bleire adalah istri kedua ayahnya, mereka menikah pun tanpa diketahui istri pertamanya dan zilya. Bleire sudah pernah menjelaskan, tapi zilya menutup keras hatinya.

Zilya tidak langsung ke kamar nya, dia menuju kamar yang berada diujung lorong. Dia melihat ibunya, wanita paruhbaya yang terbaring dikasur dengan alat alat medis yang menempel di tubuh nya. Zilya menaruh tasnya disofa dan duduk di kursi yang ada disisi tempat tidur, dia menatap ibunya dengan sedih. Rachel Guetta, wanita berdarah Jerman yang mengalami kecelakaan hebat dua bulan yang lalu hingga dia harus kehilangan satu kakinya. Mata Rachel yang sebelumnya terpejam, perlahan terbuka dan menoleh ke arah zilya.

"Hai sayang" gumam Rachel dengan tersenyum.

"Bagaimana keadaan ibu? Ada yang sakit?" Tanya zilya

Rachel menggeleng " ibu baik baik saja, bagaimana hari mu?"

"Tetap sama" jawab zilya, "tapi aku memikirkan banyak hal hari ini"

Rachel diam, menanti kelanjutan ucapan putri nya.

"Aku masih tidak menyangka kalau aku.... Aku keturunan bangsawan" gumam zilya dengan kening berkerut.

Rachel tertawa pelan "ayahmu dulu juga seperti itu, saat dia masih seusia mu. Tadak percaya kalau mendiang kakekmu berdarah bangsawan"

Zilya diam sesaat, kemudian zilya melipat tangannya di depan dadanya.

"Yang lebih membuatku tidak menyangka adalah tentang keluarga Guetta dan wanatabe dizaman kuno itu" kata zilya sedikit sarkas.

Rachel tersenyum "itu benar benar pernah terjadi sayang"

Zilya diam menatap kearah lain. Rachel meminta zilya mengulurkan tangannya, zilya pun menuruti nya. Rachel menggenggam tangan kanan zilya dengan kedua tangannya erat, seperti menunjukkan permohonan.

"Kau harus lindungi anak itu, zilya. Bantu dia melewati masa masa sulitnya" ucap Rachel.

Zilya diam beberapa detik, lalu menarik tangannya dari genggaman Rachel dan melangkah untuk mengambil tasnya.

"Dendam keluarga Watanabe itu nyata" ucap Rachel.

Zilya yang hendak meninggalkan kamar ibunya lantas berhenti dan memekirkan ucapan Rachel, sosok ayahnya terlintas.

DARK  / HARUKYU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang