Bagian 6

1.1K 108 1
                                    



Happy reading

Di hari yang sama, Atthar dan keluarga zahra sedang berkumpul namun tidak dengan ayah dan juga kakak perempuan nya. Zahra tidak tau tentang kedatangan Atthar kerumah nya, apakah Atthar melamar zahra atau kah hanya ingin silahturahmi dengan keluarganya.

Atthar menghela napasnya. "Jadi begini, saya kerumah ingin melamar zahra. Jika tidak keberatan apakah saya bisa menikahi zahra?" Tanya Atthar dengan sangat ragu.

Zahra membulatkan matanya merasa tidak percaya, yang sangat zahra impikan selama ini akan terkabul. "Aduh bagaimana ya Atthar, soalnya ayah nya zahra belum pulang masih jemput kakak nya zahra di bandara" ucap bunda zahra.

"Iya tidak apa apa, saya memanggil dengan sebutan apa?"

"Panggil aja bunda, Atthar kamu bisa menunggu ayah zahra datang dulu ya hanya sebentar saja kok"

"Baiklah bunda, iya bun. Atthar bakal menunggu kok"

Setelah beberapa menit, ayah dan kakak perempuan zahra sudah berada di depan rumah. Atthar tidak tau merasa sangat gugup saat melihat ayah zahra yang sudah datang, ayah dan kakak perempuan zahra merasa bingung dengan kedatangan lelaki ini.

"Siapa lelaki ini? Apakah pacar kamu zahra? Sudah ayah sudah pernah bilang ke kamu jangan bawa lelaki lain kerumah" ucap ayah.

"Mas, lelaki ini bukan pacar zahra tapi lelaki ini ingin melamar zahra apakah mas setuju?"

"Lelaki dari mana kamu?"

"Perkenalkan saya Atthar Athallah Al-Fatih ingin melamar putri anda yang bernama zahra, apakah anda dan keluarga setuju?"

Ayah menatap ke arah zahra namun ayah memalingkan wajah nya dari hadapan zahra, zahra yang hanya bisa menundukkan wajah tanpa ada senyuman sedikit pun.

"Saya tidak setuju dengan lamaran kamu, namun saya memiliki permintaan yaitu kamu menikah dengan kakak perempuan zahra putri saya tetapi bukan dengan zahra"

Zahra mengangkat kepala nya, hati zahra hancur berkeping keping dengan perkataan ayah nya dan keluarganya menatap kecewa ayah nya. "Maksud anda, saya harus menikah dengan kakak perempuan nya?"

"Iya itu benar"

"Tapi saya melamar putri anda yaitu zahra, bukan dengan kakak perempuan nya apakah anda pikir ini lelucon bagi anda?"

"Kamu nggak pantas bagi putri saya, cara bicara kamu tidak sopan dengan orang yang lebih tua"

"Maaf kalau saya lancang tetapi saya menolak pernikahan dengan kakak perempuan nya"

Zahra menghela napas nya. "Ayah kenapa sih, apakah zahra nggak bisa hidup bahagia? Kenapa harus kakak terus yang bahagia? Zahra ngerasa kalau zahra bukan seperti anak kandung melainkan anak tiri" ucap zahra.

"Waktu itu kak Farhan yang ngelakuin kayak gini sekarang ayah yang buat aku kayak gini, apakah zahra nggak bisa bahagia?" Lanjutan zahra.

"Ingat ya zahra, kamu itu hanya sebatas anak tiri saya dan kakak perempuan kamu dan juga neira adalah anak kandung saya sedangkan saudara kamu dan juga kamu itu anak tiri"

"Aku tau ayah, tapi apakah ayah bisa ngertiin perasaan aku? Apakah ayah bisa ngertiin perasaan saudara aku? Dan apakah ayah bisa ngertiin perasaan bunda aku? Apakah bisa ayah?"

"Kamu anak nggak tau di untung zahra! Kamu nggak ada sopan santun nya kepada ayah tiri kamu!"

"Mas! Jaga ucapan kamu dengan anak aku, apakah pantas ucapan kamu untuk anak aku? Ingat mas, anak aku yang sudah membuat keluarga kita bahagia"

"Namun anak kamu itu zahra yang membuat keluarga kita hancur"

Zahra menatap wajah Atthar yang merasa nggak enak. "Kamu pulang aja pak Atthar, maaf kalau keluarga aku buat anda menjadi tidak enak"

"Maaf dokter zahra, mungkin aku bakal kembali lagi"

Atthar pun pergi dari rumah keluarga zahra dan ayah yang menatap sinis kepada zahra, sedangkan saudara zahra melihat zahra dari kejauhan yang sedang berantem.

"Bayar semua keperluan kamu dari kamu kecil sampai dewasa ini zahra, saya sudah mengeluarkan biaya hanya untuk kamu dan juga saudara kamu"

"Butuh berapa ayah? Berapa uang yang sudah di habiskan? Satu miliar? Seratus juta? Ayok katakan biar zahra lunasin semua"

"Zahra kamu apa apaan sih? Jangan ngeluarin uang kamu zahra" ucap gibran

"Iya kak, yang di katakan kak gibran benar" balas Amel.

Zahra tidak peduli dengan perkataan mereka berdua, ia pun mengambil tas nya yang berada di samping nya dan mengambil uang dari dalam tas nya. Zahra memberikan segepok uang di atas meja dan melunasi biaya yang ayah keluarkan untuk mereka.

"Sudah cukup?" Tanya zahra.

"Sudah" ucap ayah dengan kata sederhana.

"Tapi sekarang, anda keluar dari rumah ini dan zahra tidak sudi melihat kalian semua yang ada disini dan juga ayah! Bukan zahra yang tidak merasa sopan namun zahra sudah menahan emosi tetapi anda yang sudah meluapkan emosi zahra muncul"

"Saya akan keluar dari rumah ini dengan anak saya, jangan khawatir"

Zahra tidak menjawab, bunda dan saudara nya tidak bisa berkata kata saat zahra sedang emosi. Tiba tiba saja neira memeluk zahra dengan keadaan nangis. "Kak zahra, jangan tinggalin neira kak"

"Maaf neira, kamu harus pergi dan maafin kak zahra sudah membuat kamu menderita seperti ini. Semoga kamu tidak mengikuti sifat ayah kamu itu"

Zahra melepaskan pelukan dari neira, neira yang tidak berhenti menangis dan zahra harus kuat saat melihat anak kecil yang manis ini menangis karena dirinya. Zahra menutup pintu rumah nya dan menangis walaupun ayah nya adalah ayah tirinya tapi ia sangat Sayang seperti ayah kandung nya.

Namun itu hanya palsu, zahra merasa hancur hancur dan bunda yang hanya bisa melihat zahra dengan kesedihan. Sedangkan saudara nya yang sudah ke kamar nya masing masing.

****

Jangan lupa berikan vote❗️tidak untuk di tiru❗️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jangan lupa berikan vote
❗️tidak untuk di tiru❗️

Perfect Captain Suami (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang