Bagian 17

729 66 3
                                    



Happy reading

"Zahra dimana bekal nya Amel? Dia mau berangkat sekolah cepat" teriakan dari gibran.

"Apa sih kak, di meja makan loh udah ada masa nggak lihat sebesar itu tempat bekalnya"

"Mana sih? Nggak lihat aku?"

Zahra menunjuk ke arah tempat bekal milik Amel, Amel yang hanya bisa menggeleng kan kepala nya melihat kelakuan kedua saudara itu yang sedang bertengkar karena hal masalah tempat bekal.

"Sudah lah kak, nggak usah makan Amel. Ribut mulu mana masih pagi udah ribut aja, nggak sekalian ribut di lapangan komplek biar bangunin semua orang komplek" ucap Amel yang sedang kesal.

Zahra dan gibran pun terdiam mendengar perkataan Amel, zahra hanya bisa mengalah dan gibran mengambil tempat bekal itu lalu memberikan kepada Amel yang sedang kesal.

"Maaf mel, sudah bikin kamu pusing karena hal ini mohon maaf ya mel"

"Iya kak gibran nggak apa apa, tapi jangan lupa minta maaf ke kak zahra"

"Kenapa?"

"Lihat aja kenapa, jangan tanya Amel kak"

Gibran melihat ke arah zahra dan Amel sudah berekspektasi tinggi, gibran pun pergi meninggalkan zahra dan juga Amel di dapur. Zahra merasa kesal apa yang gibran lakukan? Padahal itu salah dan Amel merasa kecewa dengan gibran.

"Kak sabar yaa, kak Gibran emang begitu orang nya" ucap Amel.

"Iya, yaudah sana pergi nanti terlambat sekolah"

"Eh kakak nggak ke rumah sakit?" Tanya Amel.

"Oh iya, bentar siap siap dulu"

Amel hanya bisa menggelengkan kepala nya.

Zahra pun pergi dan masuk kedalam kamar nya untuk bersiap siap ke rumah sakit, untung saja Amel memberitahukan kepada zahra kalau tidak mungkin dirinya akan lupa untuk ke rumah sakit.

Setelah beberapa menit zahra selesai bersiap siap, ia pun keluar dari kamar nya dan mengambil kunci motor nya yang berada di dekat televisi nya.

"Ayok mel, nanti keburu telat"

"Oke kak"

Zahra dan Amel jalan keluar rumah dan mereka berdua pun pergi, zahra yang membawa motor nya dengan pelan pelan dan juga hati hati karena pagi pagi ini ia tidak ingin membawa motornya dengan kecepatan tinggi apalagi ia sudah berjanji kepada Athhar.

Amel pun sudah sampai di sekolah nya dan ia tidak lupa untuk berpamitan kepada sang kakak.

"Kak zahra, Amel sekolah dulu yaa"

"Iya mel, nanti kamu di jemput sama kak Farhan kalau tidak mungkin kak gibran"

"Oke kak, assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"

Zahra melambaikan tangan nya kepada Amel begitu juga dengan sebaliknya, lalu zahra pergi dari sekolah Amel dan bergegas pergi untuk kerumah sakit. Tetapi saat di tengah jalan zahra melihat ada mobil milik Athhar.

Aduh buset, gawat nih kalau ketahuan nanti di tanyain dari mana lagi. Batin zahra.

Zahra segera menutup kaca helm yang berwarna hitam nya itu dan pura pura dingin, setelah lampu merah sudah di ganti lampu hijau zahra menggas motornya agar ia bisa kabur.

Zahra pun masih meninggikan kecepatan nya.

Dan...

Duar..

Ban motor zahra pun bocor dan ia terjatuh ke tanah, zahra merasa sakit dan ia juga merasa malu harusnya zahra tidak meninggikan kecepatan nya tetapi memang zahra yang suka menaikkan kecepatan nya.

"Aduh aku minta bantuan sama siapa ya? Nggak ada yang mau bantuin pada nggak peka nih semua orang yang berada di sini" gumam zahra.

"Naiklah di mobil saya zahra"

Zahra menaikkan alisnya dan ia melihat ke arah yang berbicara. "Loh kok kamu di sini ada Athhar?" Tanya zahra.

"Saya lihat kamu dan saya ikuti walaupun kamu menaikkan kecepatan tinggi dan ini lah akibat nya"

"Ih bantuin kenapa sih"

"Bangun sendiri, belum halal nggak boleh pegangan dan kamu ingat kak besok adalah pernikahan kita bukan nya siap siap malah keluyuran"

"Aku habis antar Amel ya Allah dan aku juga mau ke rumah sakit lihat pasien yang berada disana, kalau tidak percaya tanya saja Amel"

"Iya nanti, yaudah masuk kedalam mobil"

"Motornya?"

"Teman saya akan mengambil motornya kamu, cepat naik"

Zahra berdiri dan merapikan pakaian nya, zahra masuk kedalam mobil milik Athhar dan ternyata di dalam nya ada seorang anak kecil yang sedang asik mainan mobil mobilan milik nya.

"Kamu di belakang ya? Soalnya adik saya duduk di depan"

"Idih, tadi aku salah buka doang jangan baper kali"

"Iya"

Zahra masuk kembali dengan duduk di belakang, zahra melihat anak kecil yang sedang bermain mainan nya. "Hello namanya siapa anak kecil? Lucu banget sih pengen aku gigit pipi nya"

"Namanya zayn" ucap Athhar.

"Boleh aku pangku nggak?"

"Boleh"

Athhar menggendong zayn lalu zahra memangku zayn di pangkuan nya, zahra mencubit pipi zayn ia merasa gemas dengan pipi bayi yang tembem rasanya ia ingin terus menerus mencubit pipi nya. Untung nya saja zayn tidak menangis saat di pangku zahra.

Biasanya zayn menangis jika di pangku oleh orang lain dan seperti nya zahra dan juga zayn sudah mulai dekat walaupun tidak pernah bertemu sekali pun.

***

To be continue

Happy reading

Perfect Captain Suami (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang