"Al, nanti sore temenin Om, mau?"
"Kemana?"
"Nyari keperluan pernikahan."
"Ih, kok tumben ngajak!"
"Temani calon aunty kamu juga."
"Biasanya orang pacaran nggak mau diganggu."
"YA KAN INI BUKAN PACARAN!"
"Kok, Om nyolot sih! Biasa aja dong."
"Makin lama lo itu emang makin ngeselin ya. Pokoknya, jam empat lo udah harus di rumah."
"Ih, maksa. Nggak mau banget, pasti garing deh."
"Ya, udah mau apa? Entar Om beliin."
"Beliin sepeda motor."
"Jangan ngadi-ngadi, deh!"
"Katanya tadi mau apa?"
"Jangan motor juga kali!"
"Neneeeeeek!" Gadis dengan balutan seragam itu memekik keras. Berniat mengadu ulah sang paman. Namun sang nenek yang datang dari dalam hanya menggelengkan kepala.
"Sudah-sudah, masih pagi begini ribut saja kerjaannya. Malu sama tetangga," ucap perempuan paruh baya itu seraya mendaratkan pinggulnya ke atas kursi yang terbuat dari kayu jati.
"Om, katanya mau beliin aku sepeda motor."
"Nggak! Bohong, Bu. Jangan percaya."
"Ya udah nggak aku temenin."
"Jangan gitu dong, Al."
"Om yang mau nikah, masa aku yang repot."
"Liat Bu. Kelakuan cucu ibu makin ngelunjak. Ngejawab aja bisanya."
Gadis bernama Alana Putri itu sudah habis dengan sarapannya. Ia lantas meraih tisu untuk ia usapkan ke atas bibirnya. Meraih piring bekas makan lalu ia basuh sendiri, sekalian mencuci tangan.
Meraih tas dan membuka resleting. Tangannya mengambil lipbams yang selalu tersedia di dalam sana, karena memang bibir Alana tipe-tipe gampang kering. Jadi ia selalu membawanya kemanapun ia pergi.
"Ah, Om aku kan cuma bercanda." timpalnya sedikit terkekeh. "Nenek, aku berangkat ya," pamitnya kemudian seraya melenggang ke luar melalui pintu belakang.
💕💕💕
Jujur saja, hari ini cukup melelahkan untuk Alana. Latihan ekstra kurikuler tidak bisa ia tinggalkan, apalagi sebentar lagi akan ada perlombaan cheerleaders. Kendati begitu dari pada Alana tidak dikasih jatah uang jajan selama satu bulan ia memilih mengabaikan rasa lelah dengan segera berganti pakaian.
Jam menunjukkan pukul enam belas sore hari. Alana yang sudah siap, duduk di tepas rumah. Meski tangan dan matanya begitu sibuk dengan ponselnya. Tapi telinga gadis itu cukup jeli tatkala indera rungunya mendapati suara derung kendaraan berhenti di halaman yang tanpa gerbang.
Tak berhenti sampai situ. Alana yang melirik sekilas pun bisa melihat kehadiran makhluk paling dingin turut ikut serta dan memberhentikan sepeda motornya tepat di samping kendaraan sang paman.
Entah mengapa, Alana malah menyipitkan bola mata. Namun tak lama ketika sebuah speruan memanggil namanya begitu riang. Mood Alana seketika berubah dalam satu jentingan tangan.
"Aunty,"
"Wah, lamanya nggak ketemu." Alana mengangguk setuju.
"Aku masuk dulu ya." Pamit sang paman begitu manis pada tunangannya." Heh, bocah. Ambilin minum sana." tukasnya dengan nada berbeda pada Alana.
"Biar aunty saja, ya." Pacar sang paman segera menyela.
"Nggak usah, Aunty."
"Udah nggak apa-apa. Sekalian mau ketemu dulu sama ibu," ujar calon istri dari pamannya yang memang sudah cukup lama Alana kenal.
Sepeninggal paman dan wanita yang sudah Alana sapa dengan panggilan AUNTY-nya.
Entah kenapa Alana merasakan atmosfer lain. Terkesan dingin sampai merasuk ke dalam empedu. Pahit-pahit gurih gitu. Ditambah menyadari orang macam apa yang saat ini berdiri tepat di sampingnya.
Alana menelan ludah terlebih dulu. "Umm, duduk Om," tawar Alana terkesan datar namun terlebih malas sebenarnya. Akan tetapi ia tidak memiliki pilihan lain selain menghempaskan bantalan pinggulnya ke atas kursi terlebih dahulu.
Bisa kacau jadinya, kalau Alana ikut-ikutan masuk ke dalam rumah. Ia bisa mendapatkan ceramah tujuh hari tujuh malam membiarkan tamu sendirian di luar rumah.
💕💕💕
"Om, capek" adu Alana ketika ia ikut membuntuti sang paman mencari-cari souvernir pernikahan di salah satu pusat perbelanjaan ibu kota.
"Bentar lagi, jangan bawel."
"Aku nggak bawel, aku maunya makan."
"Ya bentar!"
"Aunty," Alana mengalihkan rengekannya pada wanita yang sejak tadi hanya mengulum senyum di sampingnya.
"Mas, aku juga laper."
Pria jangkung bernama lengkap Rey Ananda itu mau tidak mau berhenti. Ia lantas membalikkan tubuh.
"Shah, mau temenin si bawel ini ke kedai ramen?" Rey malah meminta bantuan sahabatnya yang memang ikut bersama mereka. Hanya saja, pria itu memang cenderung lebih suka diam.
Jangan katakan bagaimana sekarang rupa Alana yang mengisyaratkan penolakan.
"Tapi ...,"
"Oke!" sahut laki-laki bernama Shahin itu mengiyakan.
Mampus! Begitulah benak Alana langsung menghakimi diri sendiri. Lalu bertanya, kenapa lagi-lagi harus terjebak dengan si dingin yang menurut Alana sangat menyebalkan.
Namun tetap saja dengan langkah berat. Alana memutar balik badannya yang sekarang melangkah Mengekori pria berusia tiga puluh delapan tahun itu.
Berjalan seakan pasrah dan bisa memastikan bahwa ia akan mengalami rasa bosan yang teramat sangat parah.
Benar saja. Ketika Alana sudah pun mencapai kursi kosong dan memesan. Laki-laki di depannya tidak mengatakan apa-apa. Ikut memesan saja tidak. Dan menurut pengamatan Alana secara diam-diam walau ujungnya tetap ketahuan.
Pria itu diam duduk, wajahnya kelewat datar tanpa senyuman. Alana jadi seram sendiri. Kadang Alana berpikir, kok bisa-bisanya sih pamannya itu betah bersahabat dari kecil dengan pria yang jelas-jelas irit ngomong begini.
Kalau Alana sendiri, tidak bisa membayangkan akan bagaimana hidupnya kalau ditakdirkan hidup bersama laki-laki seperti Shahin. Jangankan bicara, baru melirik saja sudah seperti mendapat penghakiman luar biasa.
"Oh iya. Dengar-dengar Om juga mau nikah ya." Alana mencoba memberanikan mencairkan suasana. "Aku diundang nggak Om?"
Entah kenapa air muka Shahin terlihat agak berubah. Terlihat agak sendu dan mengguratkan luka di sana.
Kendati begitu Alana yang dapat melihat perubahan itu hanya pura-pura tidak mengerti. Karena memang ia tidak mengerti.
TBC💕💕💕

Om-om budjank lapuk balik lagi😂😂
Semoga feel-nya masih sama kek yang dulu🙏
Hepi reading, jangan lupa tinggalkan jejak dan drop coment.
KAMU SEDANG MEMBACA
JODOH SI BUJANG LAPUK
RomancePernah nggak sih, kalian mengolok-olok seseorang hanya karena dia sudah berusia dewasa, tetapi belum menikah? Lalu bagaimana jika akhirnya yang kamu olok-olok itu ternyata adalah jodohmu? Shock, nggak percaya, atau biasa aja! Kalau Alana sih, rasany...