Bab 14

109 21 0
                                    

"Jangan liatin aku kayak gitu terus." Alana memprotes dengan nada yang menurut Shahin sendiri begitu menggemaskan.

Saat ini, Alana sudah bersiap untuk istirahat, sementara Shahin baru saja selesai mengecek beberapa laporan pekerjaan. Posisinya, Shahin duduk bersila di lantai dan Alana tidur tepat di sampingnya.

Ketika laki-laki itu mendengar suara begitu, jari Shahin langsung usil untuk mencubit ujung hidung istrinya yang sudah pasti wajahnya merona.

"Ih, apaan sih!" ujar Alana menepis tangan Shahin secara refleks.

Shahin tertenyum lagi. "Tahu nggak, aku kangen terus sama kamu," ucapnya yang kini telah menyimpan tangan dan dagunya di atas kasur secara bersamaan.

Alana merotasikan kedua bola matanya. "Tidur-tidur, besok senin," tukasnya lalu memilih untuk membalikkan badan ke arah lain. Menarik selimut sampai batas leher dan menyembunyikan senyumnya di sana.

"Heuh! Dasar Om-om syalan. Kenapa sih bikin deg-degan terus." Hatinya mengumpat.

💕💕💕

Jam menunjukkan pukul lima pagi. Rasa-rasanya tidak mungkin kalau langsung pulang kembali ke kota. Sementara perjalanan memakan waktu lebih dari dua jam. Akan kasihan kalau Alana langsung berangkat ke sekolah.

Oke, akhirnya Shahin memutuskan untuk menunggu matahari sedikit meninggi lalu pergi ke dapur untuk membuat secangkir kopi. Membiarkan Alana yang masih terlelap dalam buaian mimpi.

Akan tetapi rupanya, bau aroma pekat dari kopi yang tersaji mampu membuat mata Alana terbuka. Ia mengerjap sejenak seraya melihat-lihat ke segala penjuru ruang, di mana dirinya sendirian.

Lantas tangannya meraih ponsel dan melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah enam. Gadis itu bangun dari atas ranjang untuk menghampiri Shahin.

"Kok nggak bangunin aku, sih?"

Shahin melirik dari televisi yang ia lihat secara sekilas. "Kamunya nyenyak begitu, mana tega saya bangunin."

"Kan aku harus sekolah!"

"Nggak. Besok aja sekolahnya."

"Loh, nggak bisa gitu dong Ay. Hari ini, hari terakhir latihan, minggu depan ada lomba lagi!"

"Al, perjalanan kita itu cukup jauh. Bisa memakan waktu lama, jadi berangkat sekarang pun percuma karena kamu akan tetep bolos sekolah."

"Ah, Om nyebelin! Siapa suruh bawa aku ke tempat beginian." Alana mengentakkan kedua kaki sembari pergi melengos ke kamar mandi.

"Yah! Ngambek lagi pagi-pagi." Gumam Shahin pelan lalu menyeruput kopinya dengan santai.

💕💕💕

Alana tetap manyun. Padahal mereka sudah ada di perjalanan menuju pulang.

"Kamu mau makan dulu?"

"Nggak!" jawab Alana ketus.

"Tapi saya laper,"

"Ya udah makan aja sana."

"Mana bisa saya makan tapi istri saya nggak."

"Pokoknya nggak mau."

"Ih, masa ngambek terus sih."

"Bomat!" Alana tetap jutek dan sekarang memalingkan wajah ke jendela dengan tangan terlipat ke dada.

Shahin hanya pasrah. Namun kendati begitu, pria itu tetap memarkirkan kendaraan roda empatnya tepat di halaman sebuah rumah makan Minang.

"Yakin nggak mau turun?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JODOH SI BUJANG LAPUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang