12. Boyfriend

15 3 8
                                    

Ola.

✎...

Hal yang paling menyakitkan adalah, ketika kita cemburu pada seseorang padahal kita tidak punya hak untuk cemburu. Lebih jelasnya, kamu siapa? Kan kalian cuma teman.

Dan Sasmaya menelan pahit kenyataan tersebut. Oh, mungkin beberapa orang juga seperti itu? (Menyindir seseorang).

Untuk kesekian kalinya, Sasmaya melihat Renata sedang berbicara dengan Aarav. Ia tau bahwa mereka memang dekat, tetapi, apa perlu sedekat itu? Lihat, bahkan Renata tak pernah tersenyum manis seperti itu kepadanya.

Renata selalu memberi senyum paksanya, apalagi setelah dirinya memberi tugas kepadanya. Padahal ia sudah selembut mungkin untuk memberi tugas. Apa yang salah?

Sasmaya menggeram melihat Aarav yang tebar pesona kepada Renata. Hah dasar fake. Jika saja dia bisa memberi tau Renata sifat asli Aarav, tapi sayangnya dia tidak bisa.

Tatapan Sasmaya melembut kala melihat Renata datang kepadanya.

"Kenapa ditunggu? Padahal aku bisa pergi sendiri" tanya Renata saat sampai di hadapan Sasmaya. Alpha dengan surai hitam tersebut mengkerut, "kenapa emang kalo ditungguin? Lo gasuka gue tungguin?" Tuduh Sasmaya.

Pikiran buruk muncul di kepala Sasmaya. Apakah salah menunggu? Apa dia tidak suka ditunggu olehnya? Atau Renata akan pergi bersama--

"Bukan gitu, jadi kasian kamu nunggu lama" ucap Renata cepat. Gadis itu tau pasti Sasmaya akan terus bertanya hal aneh yang padahal tidak akan pernah terjadi.

Wajah Sasmaya langsung cerah, pikiran aneh tadi menghilang seketika.

Tangan besar milik Sasmaya meraih tangan yang lebih kecil. Lalu ia membawa Renata ke arah parkiran.

Kini parkiran hanya tersisa sedikit, karena para murid sudah pulang. Mereka pulang sangat sore karena tadi sedang rapat Osis.

"Lo bawa hoodie kan? Atau mau pake hoodie gue?"

Sasmaya membuka jok motornya, mengeluarkan hoodie hitam yang terlipat rapi.

"Gak bawa" jawab Renata. Sasmaya memberi hoodie hitam tadi ke Renata.

"Terus kamu pake apa?"

"Gue udah lapis kaos" Sasmaya mengangkat sedikit seragamnya dan menunjuk kaos hitam didalamnya.

Renata mengangguk, lalu memakai hoodie milik Sasmaya. Woah, Renata tampak mungil dengan hoodie Sasmaya. Apa hoodienya yang kebesaran atau dirinya yang terlalu kecil? Bahkan lengan hoodie tersebut menggantung karena kepanjangan.

'Harum Sasmaya..'

"Ayo naik"

Renata mengikuti kata Sasmaya. Setelah dirasa selesai, Sasmaya mulai jalan keluar dari pekarangan sekolah.

Tak ada percakapan. Bukan karena canggung, tetapi memang ingin menikmati angin sore.

Terlalu nyaman, tangan Renata mulai memeluk pinggang Sasmaya. Sedangkan Sasmaya udah kesenengan dalam hati.

Renata tersadar kalau ini bukan jalan ke rumahnya, "kita mau kemana?" Tanya Renata, kepalanya mendekat agar dapat terdengar oleh Sasmaya.

"Jalan jalan"

Jawaban singkat tersebut diangguki. Merilekskan diri dengan jalan jalan tidak buruk juga, mengingat mereka seharian sangat sibuk disekolah.

Motor Sasmaya berhenti di depan sebuah cafe. Setelah turun dan melepas helm, Sasmaya langsung membawa Renata ke pintu belakang khusus karyawan.

ABs School's Dark SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang