MEMORIEL-10

12 3 1
                                    

Tring....

Memo menoleh mendengar suara itu. Dia melihat gantungan kunci miliknya yang bergerak ketika menarik tas itu. Lantas dia memakai tasnya dan berjalan keluar. "Ada yang bareng gue?"

"Gue, Mbak!"

Pandangan Memo teralih. Dia menatap Fila yang mengangkat tangan dan buru-buru beranjak. Sekarang sudah waktunya pulang, kali ini dia tidak lembur. Biasanya saat pulang sore, dia mengajak teman-temannya yang tidak membawa kendaraan. Temannya yang sering menumpang adalah Fila, karena searah.

"Lo nggak ada acara, kan, Mbak?" tanya Fila setelah sampai di samping Memo.

"Enggak, sih. Jomblo mau ke mana?"

"Meski jomblo seru tahu keluar sendirian. Nggak ada yang ngeribetin."

"Bener, sih. Jomblo bikin mandiri." Memo mengedipkan mata.

"Tapi, jangan lama-lama. Terlalu mandiri nanti."

Memo dan Fila berjalan beriringan. Hingga mereka sampai di lobi. Parkiran samping tempat Memo sering memakirkan mobilnya sedang dibenahi. Jadinya, parkiran dialihkan ke depan. "Nggak ada yang ketinggalan, kan?" tanyanya sambil menarik tas ke depan. Dia membuka tas bagian depan lalu tangannya mencari kunci.

"Nggak ada, sih," jawab Fila sambil mengingat.

"Memo." Suara berat itu tiba-tiba menginterupsi.

Memo mengernyit. Dia menatap Fila yang juga mengernyit bingung. Dua orang itu lalu mengedarkan pandang, hingga menemukan lelaki yang berdiri tidak jauh dari mereka. Mata Memo memicing, menatap lelaki itu dengan saksama.

"Klien, Mbak?" tanya Fila.

"Bukan, deh!" Memo maju beberapa langkah. Posisi lelaki itu yang membelakangi matahari membuatnya kesusahan mengenali. Terlebih, sinar matahari sekarang masih cukup terik. "Siapa, sih?"

"Riel!" Lelaki itu akhirnya menjawab.

Memo baru bisa melihat wajah lelaki itu. Dia berdiri tegak dan menutup mulut. Lantas dia menatap Fila yang tampak penasaran. Kemudian menatap Riel lagi. "Lo ngapain ke sini?"

Riel melangkah mendekat. Dia memperhatikan wanita dengan rambut diikat asal dengan tas yang berada di depan. Kemudian dia menatap teman Memo yang memperhatikan. "Sibuk?"

"Ya... Ya enggak, sih," jawab Memo bingung. Untuk apa Riel tiba-tiba datang ke kantor dan menemuinya? Dia ingat terakhir bertemu, lelaki itu membuatnya naik darah.

"Mau makan malem sama gue?" tanya Riel agak ragu.

Memo semakin kaget mendengar ajakan itu. Dia menatap Fila yang menunggunya, bahkan dia sudah mengiakan untuk mengantar gadis itu. "Sorry."

"Mbak, kayaknya gue pulang sendiri aja!" Fila mendengar ajakan lelaki tampan dengan kemeja abu-abu itu. Sudah lama Memo jomblo dan tidak dekat dengan lelaki. Mungkin sekarang mereka sedang pendekatan, tentu Fila tidak ingin mengganggu. "Gue duluan, Mbak!" Fila melambaikan tangan kemudian menjauh.

"La! Fila!" teriak Memo sambil memperhatikan Fila yang terus berlari. "Huh...."

Di posisinya, Riel melihat kejadian itu. Dia merasa, kedatangannya tidak pas. "Ada meeting, ya?"

Pandangan Memo tertuju ke Riel. Dia mendekat dan menarik lelaki itu ke sisi samping gedung. "Mata gue sakit lihat lo belakangin matahari kayak tadi."

Riel mengusap tengkuk. "Iya, tengkuk gue sampai panas."

Memo tidak merespons, hanya menatap Riel tak percaya. "Kok lo tiba-tiba ke sini?"

"Emm...." Riel menggaruk tengkuk. Kedatangannya ke mari untuk meminta maaf, tapi terasa susah untuk mengatakan. Terlebih, dia belum percaya ucapan Josan tentang Memo. "Gue mau...."

MemorielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang