MEMORIEL-5

19 3 0
                                    

Bip....

Mendengar suara pintu dibuka, Josan segera keluar kamar. Dia melihat istrinya baru pulang dari mengantar sang mama ke rumah sakit. "Capek?" tanyanya sambil merangkul Emita.

Emita membalas pelukan suaminya. "Iya."

"Gimana keadaan mama?"

"Biasa, kolesterolnya lagi naik."

"Tapi, udah ditangani, kan?"

Emita mengurai pelukan kemudian tersenyum. "Udah," jawabnya. "Sharon tidur? Memo nganternya tepat waktu nggak tadi?"

Mengingat Memo, Josan seketika ingat sesuatu. "Kayaknya Memo suka anak di kantor."

"Ha? Yang bener."

Josan mengangguk. "Dia tadi penasaran sama Riel."

"Temenmu yang baru pindah itu?" tanya Emita dengan mata berbinar. Dia pernah berpapasan dengan Riel kala itu dan tahu lelaki itu cukup tampan. "Terus, kamu udah bertindak?"

Josan menjawil hidung istrinya. Emita sangat peduli ke Memo, karenanya selalu ingin mencomblangkan. Diapun dipaksa membanntu. "Ya udah, aku bantu apa?"

Sudut bibir Emita tertarik ke atas. "Telepon, Riel sekarang."

***

Drrttt....

Memo baru keluar dari ruangan saat ponsel di tangan kirinya bergetar. Dia mengangkat benda itu lalu, tersenyum. "Kenapa mau ajak gue makan?" tanyanya iseng. "Atau mau kasih gue kado?"

"Besok jam makan siang lo sibuk nggak?"

Senyum Memo kian lebar. "Oke, ke mana?" tanyanya sambil berjalan keluar. Ketika berpapasan dengan temannya, dia melambaikan tangan dan tersenyum.

"Besok gue kabari lagi, pokoknya lo harus dateng!" ujar Emita serius. "Pokok besok jangan telat."

"Iya, Bawel!" Memo menjauhkan ponsel dari telinga kemudian mematikan sambungan. Dia memasukkan ponsel ke tas hitamnya kemudian teringat sesuatu.

Tas yang Memo kenakan adalah tas yang sama dengan lima tahun lalu. Dia tiba-tiba teringat dengan gantungan kunci yang telah hilang. "Huh...." Dia menghela napas kala ingat gantungan kunci yang mirip dengan miliknya dikenakan orang lain.

"Besok gue harus interogasi Josan!" gumam Memo kemudian berjalan menjauh.

Begitu sampai luar, Memo mendongak. Dia melihat bulan purnama bersinar terang. Bintang-bintang juga tampak berkilauan.

Tanpa sadar Memo memikirkan kehidupannya sekarang. Dia sudah menginjak 30 tahun, tapi sedang tidak dekat dengan siapapun. Entahlah, rasanya lelah menjalin hubungan. Dia sudah pernah menjalani pacaran selama sepuluh tahun, tapi berakhir putus.

Gagal move on?

Bisa dibilang seperti itu. Ayolah, siapa yang mudah melupakan seseorang setelah sepuluh tahun bersama? Memo yakin Saka sebenarnya juga tidak bisa melupakannya. Bedanya lelaki itu selalu sibuk.

Sampai detik ini, Memo tidak menghapus kontak Saka, meski Emita pernah diam-diam menghapus kontak Saka dari ponselnya. Namun, dia sudah hafal dengan nomor lelaki yang begitu spesial. Ujungnya, dia menyimpan kontak Saka lagi. Emita sampai menyerah dengan tindakannya.

Memo juga tidak memblokir sosial media Saka, meski lelaki itu jarang aktif. Entahlah, di hati kecilnya masih berharap Saka kembali. Meski sudah lima tahun berlalu.

Tin....

Tubuh Memo berjingkat. Dia menoleh dan melihat mobil merah milik Nilam--seniornya. "Apaan?"

MemorielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang