MEMORIEL-13

16 5 2
                                    

"Kenapa nggak telepon gue?"

Riel mengernyit mendengar pertanyaan itu. Dia menatap Memo yang sepertinya juga kaget. Lantas dia menatap depan dan mencoba menguasai diri.

"Maksudnya komunikasi sebagai temen," jelas Memo susah payah. Dia menggaruk belakang kepala kemudian memaksakan senyuman. "Udah jangan bahas itu."

Mata Riel kembali tertuju ke Memo. "Kenapa nggak telepon duluan?" tanyanya lalu menatap depan.

"Lo nunggu gue telepon?" Memo menatap kaget.

"Ya nggak juga, sih!"

Memo mendengus. "Gimana, sih?" Dia mendorong lengan Riel tanpa sadar.

Riel sontak menoleh. "Apa, sih, Mo!"

"Lo bisa ngelucu juga."

"Gue nggak merasa lagi ngelucu."

"Tapi, lucu," jawab Memo lalu terkekeh geli. "Gue sibuk akhir-akhir ini. Baru hari ini doang agak senggang, terus Emita ngajak ketemu."

"Gue juga agak sibuk sebenernya."

Memo memperhatikan Riel yang mengenakan kaus oversize dan celana belel. Saat melihat kedatangan Riel, tatapannya tidak bisa teralih. Pakaian yang menurutnya santai dan kurang rapi, entah kenapa terlihat keren di matanya. Dulu, dia sangat menyukai penampilan Saka yang rapi. Namun, sekarang sepertinya berubah.

"Kenapa, Mo?" tanya Riel sadar sedang diperhatikan.

"Penampilan lo kelihatan fresh."

"Oh, ya?"

Memo mengangguk. "Nggak semua orang kelihatan keren pakai jeans belel."

"Jangan ngejek!" Tangan Riel bergerak mendorong pundak Memo agar menatap depan.

"Serius. Mantan gue dulu pernah pakai gitu, tapi nggak cocok banget."

"Mantan lo suka pakaian rapi?"

"Iya!" jawab Memo sambil duduk menghadap depan. "Pakai celana krem sama kemeja putih, bikin gantengnya maksimal."

Riel mengangguk. "Mantan gue dulu, selalu bikin gue stylish tapi bikin nggak nyaman."

"Mantan lo pasti Mbak OOTD."

"Banget," jawab Riel tanpa sadar.

Memo tersenyum samar. "Lo nggak ada niat cari pacar?"

"Ha?"

"Gue tanya doang, bukan nyalonin diri." Memo buru-buru menjelaskan. "Alasan gue nggak pacaran lagi, susah banget lupain dia."

Riel mencoba relaks dan tidak menganggap ucapan Memo serius. "Males aja deket sama cewek. Ribet."

"Gitu? Emang mantan lo dulu kenapa?" tanya Memo penasaran.

Tidak ada respons dari Riel. Dia membelokkan mobil ke supermarket khusus yang menjual daging lantas menghentikan mobil. "Udah sampai. Gue temenin atau tunggu sini?"

Memo mengedarkan pandang. Ah, karena rasa penasaran hampir saja dia membuat Riel tidak nyaman. "Tunggu sini aja," ujarnya kemudian buru-buru turun.

Bruk....

Kebiasaan Memo yang tidak sabaran, selalu saja ada benda yang jatuh atau dia sendiri yang jatuh. Sekarang dia terjatuh di samping mobil dengan kedua tangan sebagai tumpuan. Sedangkan satu kakinya sedikit menggantung di pintu mobil.

"Ya ampun, Mo!" Riel kaget mendengar suara itu dan melihat posisi Memo sekarang. Namun, dia tidak bisa bohong jika ingin tertawa.

"Ck!" Memo berdecak sambil berusaha bangkit. Dia mengedarkan pandang dan tidak mendapati orang lain. Hanya orang di dalam mobil yang pasti tahu. Memo menahan malu karena terlihat bodoh di depan Riel.

MemorielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang