MEMORIEL-4

25 2 1
                                    

"Lo nggak lagi comblangin gue ke temennya Josan kayak yang udah-udah, kan?"

Bibir Emita berkedut melihat reaksi Memo yang berlebihan. Yah, sebelum-sebelumnya dia sering mencomblangkan Memo dengan teman suaminya, Josan. "Nyokap pagi-pagi telepon, ngeluh kesemutan mulu."

Jawaban itu membuat Memo bisa bernapas lega. "Terus, mau ajak lo ke dokter?"

"Iya, dan nggak mungkin ajak Sharon." Emita kemudian menoleh, menatap anaknya yang sibuk memakan sereal. "Bisa, kan?"

Memo menatap Sharon dengan senyum jail. "Nanti tante yang jemput."

"Udah tahu!" jawab Sharon cuek.

Memo mendengus. Menurutnya Sharon memiliki sifat yang mirip dengan Emita. Hanya wajahnya mirip dengan Josan. Namun, dia ikut senang karena wajah Sharon mirip papanya dengan mata sipit.

"Jam sepuluh Sharon balik, terus antar ke Josan. Katanya dia balik jam istirahat," ujar Emita. "Nanti sekalian gue bawain snack, biar Sharon nggak ganggu papanya kerja."

Ibu jari Memo terangkat. "Sebelum jam sepuluh gue jemput."

Emita menatap anaknya yang tidak rewel dan mudah diajak bekerja sama. Seketika dia berdiri dan mengusap sudut bibir Sharon yang belepotan. "Berangkat, yuk, mama anter! Nanti pulangnya sama Tante Memo. Jangan ngambek, ya."

Sharon melirik Memo sekilas. "Asal Tante nggak ngerjain."

"Nggak akan, Sayang," jawab Memo lalu mengedipkan mata.

"Beneran, ya, jangan telat!"

"Enggak! Masa nggak percaya?"

"Emang!"

Memo menahan tawa. Emita memang sahabatnya. Jarak usianya dengan Emita terpaut dua tahun. Dulunya, Emita seniornya di kantor. Namun, setelah Emita memiliki Sharon, wanita itu memutuskan berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga. Kadang, masih menerima orderan desain grafis secara online.

Bagi Memo, Emita adalah kakaknya yang akan dia dengarkan nasihatnya, meski harus berdebat dulu. Dia tidak memiliki kakak maupun adik. Yah, dia anak tunggal yang kesepian, tapi tidak manja. Sifatnya dan Emita bisa dibilang bertolak belakang. Memo suka telat, Emita yang tepat waktu. Memo yang peluka, Emita yang memiliki daya ingat tajam. Satu yang membuat mereka akrab, sering gila-gilaan tanpa mengingat umur.

***

Bekerja sebagai desain grafis, membuat Memo tidak benar-benar memiliki jam kerja. Kadang di pagi hari bersantai, tapi malamnya lembur. Terlebih, jika perusahaannya akan mengeluarkan prodak kosmetik baru. Dia dan tim mendesain kemasan, desain untuk sosial media, belum lagi desain lain yang kadang diminta secara mendadak.

Seperti pagi ini, Memo tidak sibuk. Karenanya dia sempat ke rumah Emita untuk meminta sarapan. Yah, sebenarnya mamanya sudah membuat sarapan. Namun, sejak lima tahun lalu, saat mamanya terkena hipertensi sejak saat itu setiap memasak, hampir tidak ada rasanya. Jadinya, Memo makan sedikit agar tidak sakit hati. Kemudian, dia memilih membeli atau cari makan gratis di rumah Emita.

"Tante!"

Teriakan melengking itu mengejutkan Memo yang berdiri bersandar di depan gerbang sambil bermain ponsel. Dia memasukkan ponsel ke saku hoodie kemudian menatap ke halaman. Terlihat bocah kecil dengan ikat rambut yang telah turun menggeret tas kopernya dengan bibir mengerucut. "Ada masalah apa, tuh, bocah?"

"Ayo, pulang!" Sharon memberenggut.

Memo mengusap puncak kepala Sharon. "Mukanya jutek banget, Neng?"

"Capek!"

"Oke... Oke...." Memo berjalan menuju mobil dan membukakan pintu untuk tuan putri itu. Setelah gadis itu masuk, dia berlari menuju pintu kemudi. "Langsung ke kantor papa, ya! Bentar lagi Tante harus ke kantor."

MemorielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang