MEMORIEL-9

18 4 1
                                    

Beberapa saat sebelumnya.

"Selamat buat Josan dan Emita!" MC dengan rambut pirang diikat kuda itu memberi ucapan.

Tamu undangan berdiri, menatap dua orang yang berdiri di balik kue tart berwarna pink dan putih dengan bagian atas kue berbentuk rumah.

"Selamat!" seru para pengunjung.

"Nah, giimana kalau kita doa dulu, yuk! Biar Josan sama Emita langgeng, bahaga, semoga cepet dapet momongan lagi.."

"Tuh, tambah momongan!" seru beberapa teman Josan.

MC yang mendengar itu menahan senyuman. "Plus, semoga yang belum ketemu jodohnya, cepet ketemu. Terus, nyusul pasangan romantis ini," ujarnya. "Berdoa di mulai."

Semua orang tampak hikmat memanjatkan doa. Terlebih, Emita dan Josan yang terus bergandengan tangan. Air mata Emita perlahan turun, tidak kuasa menahan haru.

"Selesai," ujar MC.

Sreeek...

Beberapa orang menoleh ke sumber suara, termasuk si MC. Begitu melihat dua orang yang berhadapan dan saling tatap, seketika dia nyeletuk. "Kayaknya bakal ada yang nyusul Emita sama Josan, nih! Pas banget setelah kita berdoa."

Emita yang sebelumnya tidak mengerti, seketika menatap ke para tamu undangan. Mereka sama-sama menatap ke satu titik, pintu. Emita mengikuti dan refleks menutup mulut mendapati Memo dan Riel berdekatan. Kemudian kejadian terduga terjadi.

Bruk....

Memo bergerak mundur dan apesnya membentur pintu. Josan dan Emita yang melihat itu saling pandang. Mereka sama-sama kaget. Sebelum akhirnya kembali menatap ke dua orang itu.

"Silakan masuk!" ujar MC itu.

"Ehm...." Emita sengaja berdeham. Dia melihat wajah Memo yang tampak memerah. Dia sudah hafal dengan temannya itu. "Alih.. Alih...."

MC itu menoleh dan mendapati gelengan pelan. "Yuk! Kita potong gue aja, ya!" ujarnya mencoba mengalihkan perhatian.

Emita dan Josan masih menatap ke dua temannya. Riiel terlihat mendekati Memo, tapi wanita itu menjauh. Kemudian Riel berjalan masuk dan memilih ke tempat semua.

"Duh...." Emita sangat khawatir ke Memo. Terlebih temannya itu memilih ke sudut ruangan dan menutup mata.

***

Usai  memotong kue, acara anniversary Emita dan Josan berlanjut dengan kegiatan santai. Para tamu undangan dijamu dengan makanan terbaik restoran. Tak lupa, ditemani dengan alunan musik dari penyanyi kafe.

"Ternyata keluar tadi nemuin Memo?"

Riel menoleh ke Pablo yang melahap daging kedua. Dia mengangkat bahu dan melanjutkan kegiatan makannya.

"Jangan-jangan Memo lagi lo deketin," ujar Pablo penuh selidik.

"Enggak!" Riel mengambil air mineral dan menegaknya pelan. Setelah itu dia berdiri dan mengedarkan pandang. Dari kejauhan, dia melihat Josan duduk satu meja dengan Emita.
Riel mendekati si pemilik acara, lantas membungkuk. "Bro, gue balik."

Josan kaget mendengar suara dari belakangnya. Dia menoleh dan mendapati Riel tersenyum. "Kok cepetan?"

Emita yang sebelumnya sibuk menyuapi Sharon seketika menoleh. Dia mengernyit melihat Riel yang membungkuk dengan ekspresi tidak nyaman. "Kenapa?"

Riel berdiri tegak dan menatap Emita. "Balik, dulu. Nggak apa-apa, kan?"

"Bentar!" Emita berdiri, menatap ke pegawai yang berdiri di dekat meja kasir. Dia lalu memberikan kode lewat gerakan tangan. "Dia mau balik."

MemorielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang