Setiap orang bisa berargumen jika uang bukanlah sesuatu yang terpenting di dunia ini, tapi segala sesuatu butuh uang. Uang menjadi penentu apa yang kita pakai, apa yang kita makan, dimana kita dirawat saat sakit, dan masih banyak lagi.
Bahkan uang bisa membeli keadilan.
Memiliki banyak uang bisa membuat 80% permasalahan hidup teratasi. Tidak akan merasakan hidup susah atau bahkan memikirkan bagaimana caranya bertahan hidup besok dan hari-hari seterusnya.
Uang, uang, uang, pada akhirnya uang adalah segalanya.
"Jual diri saja. Kau masih perawan, uang yang kau dapat pasti sangat banyak. Apalagi jika klienmu itu seorang konglomerat," ucap seorang manusia pembawa kesesatan di samping Seohyun, gadis berparas rupawan yang tengah kebingungan harus mencari uang ke mana lagi untuk menutupi utang ayahnya.
Baru saja bernapas lega setelah mendapat uang untuk melunasi utang kemarin, besoknya Seohyun harus menghadapi para penagih yang lain.
Kepala Seohyun rasanya ingin pecah, setiap hari ia memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang untuk mencukupi segala kebutuhan rumah dan melunasi pinjaman-pinjaman yang digunakan ayahnya untuk berjudi.
Sial, kenapa hidupnya begini? Kesal Seohyun dalam hati. Ia yang merupakan seorang pendosa, hampir menjadi pendosa paling besar karena menyalahkan Tuhan perihal ketidakadilan yang diberikan padanya.
"Aku memiliki kenalan orang kaya, dia—."
"Shut up," desis Seohyun, ia mendelik tajam ke arah Go Mirae—teman dekatnya, dia terus menghasut Seohyun agar mau terjun ke dunia yang sama dengannya, sebab bisa mendapat uang hanya bermodalkan memuaskan orang lain.
"Ah, ayolah, itu cara satu-satunya. Kau bisa meminta uang sebanyak apapun pada mereka. Lagipula, zaman sekarang gadis-gadis banyak yang tidak perawan sebelum menikah," celetuknya.
Seohyun menyibak rambut hitam kelam miliknya ke belakang, lantas mengembuskan napas kasar.
"Aku harus kembali bekerja," kata Seohyun, seraya mengambil catatan kecil yang kerap ia gunakan untuk menuliskan pesanan pelanggan.
"Pikirkan baik-baik, Seohyun. Kau membutuhkan banyak uang sekarang," ujar Mirae, gadis pemilik tubuh seperti gitar Spanyol itu menaik turunkan alisnya sambil tersenyum miring.
"Lupakan," kesal Seohyun.
Ia kemudian berjalan ke arah sekumpulan pria muda yang tengah bercengkerama. Jika dilihat-lihat, mereka semua memiliki proporsi tubuh yang bagus. Well, Seohyun sudah bisa menebak jika sekumpulan pria gagah itu adalah anggota militer, sebab mereka kerap datang ke club ini tiap 2 bulan sekali.
"Selamat malam, ada tambahan pesanan?" tanya Seohyun, membuat obrolan mereka terhenti selama beberapa saat.
"Kau mau pesan apa lagi?" tanya salah satu dari mereka.
"Dua botol The Dalmore," jawab yang lain.
"Ice cube, 3 gelas cocktail, dan sebotol soju," lanjutnya.
"Baiklah, tunggu sebentar," kata Seohyun.
Saat ia hendak berbalik, Seohyun tak sengaja berpapasan dengan seseorang.
"Seohyun?"
Alis Seohyun berkerut, kebingungan dengan siapa sosok di depannya ini.
"Hei, kau benar Seohyun, kan? Aku masih sangat ingat dengan wajahmu, kau tidak berubah sama sekali."
"Ya, kau siapa?"
Pria itu berdecap pelan, "astaga, kau lupa? Ini aku, Moon Jihoon."
Seohyun diam sebentar, kemudian mata bulatnya membundar sempurna. "Yak, Moon Jihoon?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted
FanfictionHimpitan ekonomi membuat Seohyun terpaksa menjalin sebuah pernikahan kontrak dengan Cho Kyuhyun, seorang angkatan militer berpangkat Mayor. Di awal Seohyun sudah menekankan jika ia mampu menjalani pernikahan kontrak ini selama satu tahun ke depan...