PROLOGUE

8.7K 537 1
                                    






NAMA TOKOH, WATAK/KARAKTER, AGAMA, MITOS, KEPERCAYAAN, TEMPAT, ADEGAN ATAU KEJADIAN-KEJADIAN DI CERITA INI MURNI REKAYASA PENULIS. MOHON MAAF APABILA TERDAPAT KESAMAAN BEBERAPA TOKOH ATAU KEJADIAN DENGAN KARYA/CERITA DI TEMPAT LAIN, HAL TERSEBUT TIDAK DISENGAJA. AGAMA, MITOS DAN KEPERCAYAAN DI CERITA INI TIDAKLAH BERMAKSUD MENYESATKAN, SEMUANYA HANYA UNTUK MELENGKAPI KARYA  DAN TIDAK BERMAKSUD MENYINGGUNG PIHAK MANAPUN.

.

YA HALLO! KETEMU LAGI SAMA SAYA, PENULIS YANG HOBBY NGEGHOSTING PEMBACANYA. BISMILLAH SEMOGA KALIAN ENGGAK DIGANTUNG DI CERITA INI HAHHAHAHAHAHAHHAHAHAHAH.

*Ketawa jahat

Engga, becanda. Aku ni berusaha update meskipun kondisinya sangat tydak memungkinkan.



Ranjang luas berseprai putih itu tampak dingin, dengan sang permaisuri yang terbaring lemah di atasnya. Rupa bak Dewi milik sang permaisuri tetap terlihat meskipun wajahnya amat tirus nan pucat. Bibir mungilnya yang kering sedikit terbuka, ia menggumam lirih.

"Avanzo," Bahkan disaat lemah tak berdaya pun, nama itu terus-menerus diucapnya.

Kepala pelayan istana Permaisuri, yaitu istana Bulan berbisik pada tangan kanan kaisar yang hadir di kamar luas nan kosong milik permaisuri. "Tuan, bukankah sebaiknya kita memanggil kaisar?"

Tangan kanan kaisar--Marquees Teodran menipiskan bibir, pria berusia 30 tahun yang memiliki tampang lembut dengan garis luka di alis kanannya yang tak mampu melunturkan tampang lembutnya itu, memandang dalam permaisuri lalu mengalihkan pandangan. Sejenak tatapannya terlihat sendu.

"Mohon maaf, Nyonya countess. Kaisar tak bisa diganggu, beliau sedang bermalam dengan selir Agung," ujar Marquees itu berat hati.

Permaisuri tersenyum kecewa.

Sang kepala pelayan, countess Arabella Deharvi tersenyum kecut. Ia memandang sendu permaisuri.

"Arabella," panggil permaisuri itu dengan nada lemah. Countess Arabella terduduk di sisi ranjang, mendekati permaisuri.

"Jangan beritahukan kehamilanku pada Avanzo, dia pasti sedih karena anaknya yang belum lahir harus ikut mati bersamaku."

Sontak, Arabella menutup mulutnya terkejut begitupula Teodran yang tak bisa berkata-kata. Sementara sang tabib yang sudah mengetahui hal itu hanya mampu menunduk, merasa amat bodoh lantas tak mampu menyelamatkan Permaisuri sejak awal.

Arabella mulai terisak saat melihat Permaisuri hanya tersenyum lemah, lengan permaisuri menggenggam pelan lengan Arabella--orang yang tidak mengkhianati nya sampai akhir.

"Berjanjilah Bella," Lalu pandangan permaisuri jatuh pada Teodran dan tabib istana. "Kalian juga berjanjilah padaku, sebagai bentuk penghormatan terakhir kalian untukku."

"Kami berjanji, permaisuri." Sang tabib berkata serentak dengan Marquees Teodran.

"Bella, aku mengantuk," lirih Permaisuri. Genggamannya pada Arabella sudah terlepas, kedua tangannya ia gunakan untuk memeluk perutnya yang sedikit membuncit.

"Aku tidur Avanzo, aku tak akan bangun lagi dan mengganggumu."

Kelopak mata permaisuri tertutup, dia terlihat tenang dengan senyuman tipis di bibirnya. Saat Arabella mendekatkan jarinya ke hidung permaisuri, kepalanya menggeleng pelan. Dia menutup mulut lalu terisak hebat.

"Selamat jalan Permaisuri ...."

Hari itu ia menutup mata untuk selamanya, bahkan sampai akhir pun Avanzo tak menemui dirinya. Sang permaisuri hebat pun berubah menjadi permaisuri malang dalam kenangan rakyat.








🥀🦋



Penphilizzylla, 18 Desember 2022.

I AM THE QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang