10

2K 136 17
                                    

"Pelan-pelan Avanzo ...."

Pelayan yang baru saja ingin masuk ke dalam kamar Hanna sontak mengurungkan niatnya mendengar suara erangan yang begitu keras itu, seakan-akan ingin memamerkan keperkasaan sang Kaisar yang tengah bergerak di atasnya.

Dengan wajah memerah dia menjauh dari sana, menghampiri pelayan lain lalu mulai bergosip ria. Beritanya tersebar secepat kilat, katanya, Kaisar sama sekali tak pernah mencintai Permaisuri, Permaisuri kabur dari istana dan menangis tersedu-sedu dalam pelukan Grand Duke sementara Kaisar sedang bercinta hebat dengan wanita simpanannya. Rumor yang tak salah namun juga tak sepenuh benar itu tentu saja sampai ke telinga Selentia.

Perempuan itu mengernyit dengan wajah jijik mendengar perkataan Arabella.

"Cukup Bella, aku mengerti. Sebarkan rumor bahwa aku sampai tak makan dan mengurung diri karena terluka,"

Arabella mengernyitkan dahi namun mengangguk patuh, ia segera pergi dari kamar sang permaisuri guna menjalankan tugasnya.

Selentia menatap Fiona dari pantulan kaca, gadis itu tengah mengepang rambutnya.

"Panggil Desainer terkenal di ibu kota, katakan Permaisuri ingin membuat gaun," Fiona menganggukkan kepala sambil mengikatkan pita di rambut Selentia.

"Sesuai titah Yang Mulia," jawab Fiona lalu menjauh. "Hamba sudah selesai Yang Mulia."

Selentia menatap dirinya di pantulan cermin, rambutnya dikepang satu bersama dengan pitanya. Dia juga memakai topi bundar dengan hiasan bunga mawar di samping sebelah depan, pita merah mengelilingi topi itu.

Ia tak memakai perhiasan apapun, gaun yang dikenakan pun sederhana. Bermotif bunga-bunga kecil di sekitar roknya, sementara di atasnya ada renda berbentuk rompi yang menghiasi gaunnya.

Selentia sudah siap untuk berkebun bersama Servaro.

Melihat penampilannya, Selentia mengangguk puas lalu berdiri dan berjalan pergi ke kebun di belakang kediaman ini.

Empat pelayan mengikutinya dari belakang, dua orang diantaranya tak asing bagi Selentia, itu pelayan yang memandikan dirinya. Juli dan Emelda, dua lainnya Selentia tak mengenalnya sama sekali.

"Emelda," panggil Selentia sembari terus berjalan.

Mata pelayan itu terbuka lebar, mengerjap lambat dengan pipi bersemu merah. Terkejut, tak menyangka Selentia mengingat namanya.

"Hamba, Yang Mulia," sahut Emelda cepat-cepat.

"Katakan pada Maretta, kembalikan semua hadiah yang dikirimkan Kaisar padaku."

"Baik Yang Mulia." Selentia mengangguk puas, diam-diam merasa kesal sebab tadi pagi kamarnya dipenuhi hadiah yang dikirim Avanzo. Sempat lupa akan diapakan hadiah itu, ia memilih untuk mengembalikannya saja.

"Pergilah sekarang, benda-benda itu mengganggu pemandangan." tambah Selentia.

Seusai mengucap salam Emelda segera pergi dari sana, menjalankan tugasnya.

Tinggal Selentia yang berjalan bersama ke-tiga pelayan.

Saat tiba di kebun belakang Mansion itu Selentia mengangkat tangan menolak Juli yang akan memayunginya. "Tidak usah," ujar Selentia.

Ia berjalan menghampiri Servaro yang sedang mencabuti wortel.

"Kakak tidak akan menanam sesuatu?" Servaro berbalik mendengar suara itu, menatap Selentia dengan wajah kusam yang tercoreng tanah, bukti lelaki itu sudah lumayan lama menghabiskan waktu di kebun kecil ini.

Servaro menyahut dengan dengkusan, mengusap pelipisnya dengan punggung tangan, meninggalkan jejak tanah di sana. Selentia berdecak pelan, "kenapa kau tidak membiarkan pelayan mengelap wajah jelekmu itu?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I AM THE QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang